Terkadang kita selalu menyepelekan sikap/tingkah laku anak yang bertolak belakang dengan kita.Padahal sebetulnya hal itu bisa saja disebabkan oleh ulah/sikap kita sendiri dalam mengasuh anak.Di sini saya akan menjelaskan beberapa hal yang harus kita perhatikan menuju pengasuhan si kecil yang lebih positif
1. Berhati-hati Ketika 'Menghakimi' Si Kecil
Sebutan yang menggambarkan karakter anak secara menyeluruh, seperti anak baik, anak jahat, anak pintar, atau anak nakal akan menjadi label yang akan terinternalisasi ke dalam diri anak sepanjang hidupnya.

Kelihatannya mungkin tak akan jadi masalah bila sang anak menginternalisasi label anak baik atau anak pinter. Ia akan segera mengerti ketika ia gagal mempertahankan sebutan yang menjadi lawan kata dari anak nakal atau anak bodoh tadi. Sebutan ini secara otomatis akan menempel secara permanen dalam diri anak.

Tak heran bila Si Kecil lalu berpikir, itulah satu-satunya kata yang berharga untuk mendapatkan kasih sayang dari Anda sebagai orangtuanya, yakni ketika ia berlaku sebagai anak baik. Pendekatan yang lebih manis terhadap perilaku Si Kecil adalah memberi deskripsi yang lebih spesifik.

Contohnya, "Mama lihat kamu tadi mau berbagi mainan dengan salah satu temanmu.Dia senang banget, lho, kamu pinjami mainan." Kalimat ini lebih mengena pada anak ketimbang, "Kamu anak yang baik karena mau berbagi."

2. Lakukan Aktivitas Bersama Sang Buah Hati
Ikut serta dalam berbagai aktivitas fisik bersama Si Kecil akan sangat membantu Anda bangkit dari berleha-leha di sofa empuk, sekaligus menjauhkan diri dari layar teve dan komputer yang adiktif. Sejumlah aktivitas fisik menjadi pilihan yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama, sekaligus untuk semakin mengenal kepribadian Si Kecil.

Aktif terlibat dalam kegiatan main sepak bola, berenang, bersepeda, atau mendaki gunung bersama Si Kecil, sebetulnya membuat Anda memperoleh kesempatan untuk membantunya mengembangkan keterampilan fisiknya di dalam lingkungan yang aman dan bersifat nonkompetitif.

Bila Si Kecil memang menyukai olahraga, mengikutkannya dalam pertandingan sepak bola atau berenang mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat. Yang pasti, mayoritas anak ingin mendapat kesempatan untuk merasakan kesenangan bermain bersama teman-temannya.

3. Lebih Sering Membaca Bersama Anak
Membacakan cerita untuk Si Kecil terbukti memberi segudang manfaat lho! Termasuk mengembangkan kesadaran berbahasa, memperluas kosakata, mengasah kreativitas dan imajinasi, meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, sekaligus memberikan kesempatan bagi orangtua dan anak untuk menjalin keakraban dan saling menaruh perhatian.

Membaca bersama juga memungkinkan Anda memperoleh kesempatan dalam mendapatkan momen-momen pembelajaran ketika karakter-karakter dalam cerita yang dibacakan menghadapi masalah. Cobalah untuk menjelaskan seperti apa karakter tertentu akan melakukan sesuatu, atau bagaimana mereka berada di dalam situasi tertentu.

Bukalah kesempatan berdiskusi bersama Si Kecil mengenai pilihan-pilihan perilaku. Bisa juga dengan membuat akhir cerita baru. Seperti cerita yang sudah akrab di telinganya guna mempertebal keasyikannya membaca, sekaligus mengasah kreativitasnya.

Membaca bersama anak juga merupakan resolusi yang relatif mudah untuk diimplementasikan. Cukup sediakan waktu ekstra secara rutin sekitar 10 menit menjelang tidur, untuk membaca bersama cerita apa saja yang akan terdengar menyenangkan.

4. Belajar Bersabar
Menjadi orangtua yang lebih sabar boleh jadi merupakan resolusi yang sulit untuk dilakukan, terutama di masa-masa awal. Berteriak dan bersikap tidak fleksibel kerap kali merupakan pertanda adanya masalah lain, seperti menghadapi stres yang kelewat berat atau tengah ada masalah di kantor/karena tugas rumah yang menumpuk.

Cobalah amati lebih dekat gaya hidup pribadi, dan lihatlah apakah Anda bisa mengubah beban kerja dan menyusun sejumlah harapan untuk membantu Anda bersikap sabar. Cara lain untuk menjadi lebih sabar menghadapi anak adalah menentukan apa saja perilaku-perilaku menjengkelkan yang tergolong normal pada anak seusianya.

Membangkang dan tantrum, contohnya, bisa dibilang sebagai perilaku anak yang pasti membuat orangtua naik darah. Akan tetapi, jika orangtua bisa memahami perilaku itu adalah normal bagi anak usia 2 tahunan, maka lebih mudah bagi orangtua untuk memahami perilaku tadi.
Semoga bermanfaat dan semoga kita bisa lebih bijak menghadapi anak........