“Ma, kapan beli baju baru? Pokoknya aku mau baju Lebarannya tiga ya!” ucap Sarah seraya mengacungkan tiga jari mungilnya.


Wah...wah, jangan sampai si kecil hanya memaknai Idul Fitri dengan baju baru, angpau, kue-kue atau makanan berlimpah Moms! Lantas bagaimana mengajarkan si kecil memaknai hari raya?


Ikuti ulasan Efnie Indrianie MPsi, psikolog sekaligus staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung berikut ini:


Makna Lebaran

Lebaran adalah saat yang paling ditunggu-tunggu setelah sebulan berpuasa. Terlebih bagi anak-anak.

“Pada usia ini anak-anak biasanya menandai Lebaran dengan baju baru, ketupat, kue-kue yang enak, makanan lezat, dapat tambahan uang jajan dari kakek dan nenek, dan sebagainya. Tapi, berkaitan dengan makna Lebaran itu sendiri sebenarnya terkandung makna yang lebih esensial dibandingkan hanya sejumlah ritual yang memang sudah dilakukan selama ini. Dikaitkan dengan tahapan perkembangan kognitif, mereka memang belum mampu memaknai sesuatu secara esensial karena untuk bisa menemukan makna, dibutuhkan pola berpikir abstrak dan hipotetis,” terang Efnie.

Nah, sesuai dengan tahapan perkembangan mereka, masih ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan. Sekarang mari kita tarik terlebih dulu hikmah Lebaran itu sendiri. Sering kali Lebaran disebut sebagai hari kemenangan, dan kembali kepada fitrah (kesucian). Pada masa ini memang sebaiknya seseorang sudah benar-benar mampu menanamkan rasa kasih sayang dalam dirinya. Oleh karena itu, saat Lebaran sering diucapkan “mohon maaf lahir dan batin” sebagai tanda bahwa kita sudah melepaskan semua hal yang dapat menimbulkan permusuhan dan dendam.

Ajaklah Salat Id

Hari kemenangan yang selalu diawali dengan Salat Id bisa menjadi pembelajaran pertama akan makna Lebaran kepada si kecil. Hanya saja, untuk membiasakan anak-anak beribadah tak harus dimulai dari salat Id. Semua bisa dimulai dari rumah. Ibadah salat tarawih yang biasanya dilakukan di masjid secara berjamaah dapat juga dilakukan di rumah, berjamaah dengan anggota keluarga lain, misalnya. Nah, jika selama bulan Ramadan ia sudah bisa tertib beribadah, ajaklah buah hati Anda mengikuti salat Id. Jangan lupa sisipkan sedikit pesan moral untuknya, tentu dengan bahasa yang mudah dipahami.

Tak dapat dipungkiri, kadang saat melihat anak-anak lain bermain, berlari, dan mengganggu, seorang anak cenderung mengikuti perilaku tersebut. Namun melalui pembiasaan yang sudah dilakukan sebelumnya di rumah, biasanya perilaku tersebut dapat diminimalisir di masjid. “Sampaikan bahwa jika ia melakukan hal itu bisa mengganggu orang yang sedang beribadah. Ajak ia diskusi dengan bahasa sederhana secara perlahan-lahan dengan tujuan memberi pengertian bahwa perilaku mengganggu itu bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman dan marah. Jadi, bukan dengan memarahi anak saat di masjid!” ujar wanita kelahiran 27 Desember 1982 ini.

“Supaya jamaah lain tidak terganggu dengan perilaku si kecil, sebaiknya pilih saf (barisan) bagian ujung dan di urutan belakang. Selain itu, lebih mudah untuk Moms mengawasinya,” sarannya.