Kisah Orangtua Yang Tega Mencekoki Anaknya Obat Agar Tidur Lelap
oleh Seseorang, 20 April 2013, 07:58 AM
Nggak Bermaksud Menyakiti
Seorang anak memang nggak bisa memilih dilahirkan oleh orangtua yang mana. Dan mungkin nasib gadis cilik ini bisa dibilang nggak beruntung. Sejak dari umur dua tahun, ia secara rutin diberikan paracetamol oleh ayah dan ibunya. Alasannya sederhana, agar si anak tidur lelap tanpa terbangun di malam hari dan nggak menggangu tidur orangtuanya. Perbuatan pasangan suami-istri berusia 40 tahun dan 41 tahun ini bisa dibilang sangat tega, dan itulah mengapa pihak berwajib setempat akhirnya menangkap dan memenjarakan mereka.
Pasangan yang bertemu saat berada di panti rehabilitasi narkoba ini mulai memberikan paracetamol pada buah hatinya sejak September 2009 hingga Juni 2011. Pemberian obat yang mereka lakukan sama sekali tanpa pertimbangan karena gadis kecil yang nggak disebutkan namanya ini diberikan paracetamol yang nggak sesuai dengan dosis untuk anak seusianya. “Anak itu diberikan obat untuk usia 6-12 tahun untuk mengobati demam, flu, dan sakit kepala,” jelas hakim pengadilan setempat, Jamie Tabor QC.
Nggak cuma paracetamol, anak yang sekarang diasuh oleh bibinya ini dicurigai pernah beberapa kali diberikan Diazepam oleh sang ibu, meskipun hal ini nggak diakuinya. Diazepam adalah obat penghilang rasa cemas, yang juga sering diminum oleh ibu satu anak ini. Kabarnya, dia sudah “rutin” meminum obat tersebut sejak hamil dan bahkan saat mengandung. Akibatnya, saat lahir, bayinya memiliki masalah pencernaan yang membuatnya harus diberi makanan lewat selang.
Karena perbuatannya ini, mereka dihukum dua tahun penjara dengan percobaan hukuman 18 bulan untuk sang istri dan 12 bulan untuk suami. Mereka juga diberikan waktu untuk mengunjungi anaknya saat akhir minggu dengan ditemani oleh seorang pengawas. Salah seorang teman dari ayah anak ini, Martin Steen, menjelaskan bahwa dia sama sekali nggak bermaksud untuk menyakiti anaknya. “Dia pikir dengan memberikan paracetamol, itu akan menenangkan anaknya dan juga dirinya sendiri. Setelah tahu bahwa hal tersebut membahayakan, dia sangat menyesal telah melakukannya,” kata Martin.
Meski berpisah dari kedua orangtuanya, gadis cilik ini ternyata tetap tumbuh menjadi anak yang periang. “Dia dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya sehingga dia sama sekali nggak merasa kekurangan kasih sayang. Selain itu, dia juga masih bisa bertemu dengan ayah dan ibunya saat akhir minggu,” jelas bibinya.
Ada 3 komentar pada diskusi ini
21 April 2013, 07:02 AM
20 April 2013, 09:17 AM
20 April 2013, 09:13 AM