"Ma, sakit, Ma. Sakit!" rengek si kecil sambil memegangi mulutnya. Sepanjang hari itu, ia pun enggan makan dan minum, sehingga menjadi sangat rewel. Pemandangan seperti itu tentu tak ingin Anda alami.
Melihat si kecil sakit gigi, alamak! Kasihan sekali. Buat kita yang sudah dewasa saja sakit gigi itu menyebalkan. Apalagi si kecil.


Menghindari si kecil sakit gigi sebetulnya gampang-gampang susah. Tentu kita tak bisa menyerahkannya pada si kecil. Karena semua itu masih menjadi urusan/tanggung jawab orang tua.

"Pengalaman dan pengamatan dalam praktek menunjukan, banyak ibu yang belum mengetahui seluk beluk tumbuh kembang gigi anak-anaknya, khususnya dalam usia balita, di mana praktis semua gigi anaknya masih berupa gigi susu," papar drg. Haryanto A.G., Sp.Pros, Konsulen Kesehatan Gigi.

Tak jarang pula orang tua yang menganggap sepele masalah tersebut, karena gigi susu akan digantikan oleh gigi tetap. Sehingga tak perlu dirawat."Wah, tentu saja itu salah!" tukas dokter yang praktek di RS Graha Medika, Jakarta Barat ini.

Pertumbuhan Gigi Susu
Proses tumbuh kembang gigi sebetulnya sudah berlangsung sejak masih dalam kandungan ibu. Benih gigi susu ini dibentuk kurang lebih 10 minggu kehamilan calon ibu. Tak heran, kesehatan umum seorang ibu hamil turut pula mempengaruhi perkembangan gigi-gigi si kecil.
Biasanya gigi susu pertama akan erupsi/muncul ke permukaan mulut ketika si anak berumur 5-6 bulan. Dan terus melengkapi hingga berjumlah 20 sampai usia 3 tahun.

Secara berangsur-angsur pula, gigi-gigi susu ini akan tanggal mulai usia 5-6 tahun dan berakhir sampai usia 12-13 tahun. Dalam dunia kedokteran, periode ini disebut periode geligi bercampur.

Kendati fungsinya akan digantikan, tak berarti orang tua boleh mengabaikan kesehatan gigi susu. Sebaiknya, bila gigi susu sudah muncul ke permukaan, maka pemeliharaan kesehatan dan kebersihan mulut, serta jenis makanan dan minuman yang diberikan akan sangat berperan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Termasuk juga cara pemberian makanan dan minuman tersebut.

Karena itu, terang drg. Haryanto, "Menyikat gigi secara teratur dua kali sehari setelah sarapan pagi dan makan malam sangat bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi."

Lewat Makanan
Kerusakan gigi pada anak-anak bersifat multifaktorial. Karena itu kita perlu memberi perhatian. Ada pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Ini tentu jauh lebih murah. Karena bila rusak, perlu tindakan perawatan agar tak berlanjut parah. Biayanya pun tak sedikit.

Perawatan gigi agar tumbuh sehat dimulai sejak dini. Sejak ibu mengandung. Karena tak jarang si kecil membawa kelainan gigi akibat kurangnya gizi dari dalam kandungan. Selanjutnya berilah si kecil makanan dengan kecukupan gizi tinggi, seperti makanan berserat.

Ayah dan ibu bisa menjadi contoh bagi si kecil. Terapkan kebiasaan makanan sehat di rumah. Anda bisa memasukkan zat-zat gizi yang dibutuhkan si kecil lewat menu makanan sehari-harinya. Entah itu lewat makanan utamanya atau makanan selingan.

Kebiasan ini akan menghindarkan si kecil dari makanan camilan yang tak sehat. Asal ibu tahu, makanan yang buruk untuk pertumbuhan gigi adalah makanan yang mengandung kadar gula tinggi seperti permen, es krim, sirop, kue-kue.

Menghindarinya sama sekali tentu akan sangat sulit. Sesekali bolehlah si kecil memakan makanan-makanan itu, tapi biasakan untuk minum air putih sesudahnya. Berkumur dengan air putih setidaknya akan menghilangkan sisa-sisa makanan di sela gigi.

"Bisa juga dilakukan dengan cara memakan buah-buahan berserat, seperti apel. Secara tak langsung, gigi si kecil dibersihkan. Tapi, jangan lupa untuk tetap menggosok gigi," terang dokter yang juga berkantor di FKG Universitas Trisakti ini.

Jika sudah terlanjur rusak, mau tak mau si kecil harus diberikan perawatan khusus. Jangan terlalu cepat berkeinginan untuk memberi "pagar" agar gigi si kecil rapi. "Ini akan percuma, karena gigi tetapnya belum tumbuh secara keseluruhan," saran dokter yang sudah berpraktek lebih dari 30 tahun ini.

Karena itu, tindakan menambal jika terjadi lubang, adalah langkah tepat. Jangan berpikiran, "Ah, itu, kan, cuma gigi susu. Tak perlu ditambal."

Kendati gigi ini bersifat sementara, toh fungsinya sangat dibutuhkan oleh si kecil. Sehingga, bila fungsi gigi ini terganggu, tentu akan mengganggu kegiatan si kecil. Terutama kegiatan makannya. Akibatnya, bisa saja si kecil jadi malas makan karena giginya sakit. Akibat lebih panjangnya bisa Anda tebak sendiri.