Mengajarkan si kecil mengerti fungsi rumah ibadah, tentu tidak mudah. Butuh kesabaran dan pengertian dari orangtua.

Kala tiba saatnya shalat Magrib dan Isya, Papa selalu mengajak Galih ke masjid dekat rumah. Begitu pula Meike, yang setiap Minggu ikut Ayah dan Bundanya ke gereja. “Besok kita ke gereja kan, Yah? Asiiik, Meike nanti ketemu Ronald, Indah, dan Kak Bayu, petik bunga lagi deh di taman belakang gereja,” atau “Pa, Galih boleh main batman pakai sarung ya di masjid?” Itu hanya satu dari sekian banyak tingkah anak saat diajak ke tempat ibadah.

Sadarilah, bukankah bermain memang dunia anak-anak? Dan sudah pasti mereka menyukainya. Mereka tak memedulikan dimana pun tempatnya, termasuk di rumah ibadah sekalipun. Bagi orangtua, walaupun kelihatannya sepele hal ini tidaklah mudah. Misalnya, bagaimana menyampaikan apa yang kita tahu tentang rumah ibadah dan fungsinya dengan cara yang menyenangkan bagi si kecil, salah satunya ya dengan membiarkan mereka bermain-main di rumah ibadah tersebut.

Nah, kapan sebenarnya anak sudah bisa kita latih beribadah, atau paling tidak mengenal kebiasan-kebiasaan yang kita lakukan saat beribadah, misalnya pergi ke masjid atau gereja? Sebuah hadis dalam kepercayaan Islam mengatakan bahwa anak sudah bisa diajarkan beribadah kala dia sudah dapat membedakan tangan kanan dan tangan kirinya. Kira-kira pada usia berapakah itu? Tentu sekitar 2-3 tahun bukan?

Bagaimana dasar ilmiah dan psikologis melatih anak beribadah sejak dini? Hasil temuan tentang otak yang dipublikasikan bulan Oktober tahun 1997 di Amerika menunjukkan bahwa saat lahir manusia dibekali dengan satu miliar sel-sel otak yang belum terhubungkan satu dengan yang lainnya. Sel-sel ini akan saling berhubungan bila anak mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang, perhatian, belaian dan lain-lain. Nah, hubungan sel-sel tersebut akan mencapai trilliun begitu anak berusia 3 tahun.

Dari usia 3 sampai 11 tahun terjadi apa yang disebut proses restrukturisasi atau pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Hal-hal yang tidak ulang-ulang akan menjadi lapuk dan gugur. Temuan ini kita hubungkan pengenalan anak terhadap sesuatu hal. Untuk itulah kita perlu memperkenalkan berbagai hal kepada anak, termasuk di dalamnya masalah pergi ke masjid atau gereja sedini mungkin dan mengulang-ulangnya terus. Sehingga kelak, anak kita bukan saja sudah mampu melakukannya dengan baik tapi juga telah memahami makna pentingnya pergi ke tempat ibadah untuk beribadah.

Kita tentu tahu anak lahir dalam keadaan bersih dan suci, sehingga mudah dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan orangtuanya. Pada usia muda, anak menerima nilai dan kebiasan yang kita tanamkan dengan mempercayainya tanpa argumen. Usia 0-3 tahun ego anak belum begitu berkembang sehingga dia tidak seperti anak yang lebih besar yang egonya sudah mengalami perkembangan lebih baik, sehingga gampang protes.

Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kepribadiannya kelak. Hal-hal yang baik maupun buruk yang terjadi di masa balita mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupannya kelak. Karenanya, manfaatkanlah daya ingat anak yang kuat semasa kecil. Ingat, sebelum usia 5 tahun tokoh identifikasi anak adalah orangtua.

Jika orangtua kerap mengajaknya ke tempat ibadah dan sedikit demi sedikit mulai memperkenalkan fungsi rumah ibadah tersebut sesuai dengan keyakinan yang dianut, kelak hal tersebut akan tertanam kuat dibenaknya. Bila dia bertambah besar dan lingkungan pergaulannya sudah melebar dari hanya rumah serta mulai mengidentifikasi orang-orang lain di sekitarnya, dia sudah punya bekal pengetahuan yang cukup.

Namun, perlu diingat, mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak – termasuk memberikan pendidikan agama-- adalah membantu anak mencapai kedewasaan baik dari segi akal, ruhiyah, dan fisik. Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu anak untuk kenal dan tahu sesuatu, kemudian dia mau dan bisa, lantas menjadi biasa dan terampil mengamalkannya. Hal ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tetapi juga kemauan yang kuat, kasabaran, keuletan. Dan, semakin awal memulainya tentu saja semakin baik hasilnya.