Keju adalah hasil olahan susu dengan bantuan fermentasi bakteri. Selain lezat dan gurih, Anda dapat memanfaatkannya sebagai salah satu sumber zat gizi andalan, yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang menggugah selera seluruh anggota keluarga, khususnya si kecil.

Namun, tidak semua jenis keju ”aman” untuk diberikan kepada batita Anda. Jenis keju yang ”aman” untuk si kecil adalah keju Cheddar, keju Swiss, dan keju Cottage.

• Keju cheddar. Umumnya merupakan keju semi-keras. Tapi, ada juga yang tergolong keju keras. Jenis bakteri yang digunakan untuk memproses keju cheddar adalah Streptococcus sp. Bakteri ini berfungsi menghasilkan asam laktat dari susu. Semakin lama proses pematangan keju, rasa dan aroma keju cheddar akan semakin tajam.

• Keju Swiss. Ciri khas jenis keju Swiss adalah ”bolong-bolong” alias berlubang-lubang. Semakin baik mutu susu sapi yang digunakan sebagai bahan baku, semakin banyak lubang-lubang yang akan terbentuk. Pembuatan keju Swiss menggunakan bakteri dari jenis Streptococcus thermophilus, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus helveticus, dan ditambah bakteri Propionibacterium shermanii. Bakteri Propionibacterium inilah yang membuat jenis keju ini berlubang-lubang dan memiliki rasa manis.

• Keju cottage. Ini merupakan jenis keju yang tergolong rendah lemak. Sebab, bahan bakunya berupa susu tanpa lemak (nonfat). Keju ini biasanya diberi tambahan rasa buah, antara stroberi,peach, raspberry, blueberry, dan nanas. Itu sebabnya, keju ini cenderung mudah rusak (busuk), sehingga harus disimpan di dalam lemari pendingin

Anda bisa memperkenalkan keju untuk si kecil dalam bentuk langsung, misalnya diserut halus atau dipotong kecil-kecil (finger foodf), atau sebagai campuran dalam bubur, kue, atau snack anak lainnya. Jadi, Anda dapat menyertakan keju, baik pada jadwal makan utama, maupun makanan selingan. Soal batasan pemberian, the American Dietetic Association merekomendasikan sebanyak 30 gram/hari.