Si kecil sudah banyak tanya ini itu? Asah dan latih terus daya kritisnya.

Damar : “Apa tu, Ayah?“
Ayah : “Jangkrik, Nak“
Damar : “Apa tuh jangkrik?“
Ayah : “Ya binatang“
Damar : “Buat apa jangkrik, Ayah?“
Ayah : “Buat kasih makan ikan arwana kamu itu“
Damar : “Kenapa ikannya makan jangkrik?“
Ayah : “Karena ikannya lapar“
Damar : “Kenapa ikannya lapar, Ayah?“
Ayah : “Duh, adik bawel banget sih, udah ah ayah capek!“

Contoh di atas juga mungkin terjadi pada Anda. Si kecil menjadi bawel belakangan ini.

Masa kanak-kanak merupakan masa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang banyak hal yang terjadi di sekitar kehidupan si anak. Biasanya orangtua langsung panik duluan ketika ditanya macam-macam oleh anak. Apalagi kalau pertanyaannya sulit. Yang terjadi kemudian, karena tak bisa menjawab, terkadang orangtua lantas memotong pertanyaan anaknya atau malah menjawab secara ngawur. Orangtua juga jadi tak suka kalau anaknya banyak bicara.

Padahal pada anak normal, pola penalarannya akan melalui tahapan-tahapan tertentu. Mula-mula ia akan bertanya tentang fakta-fakta, yaitu bertanya tentang "apa". Seiring dengan bertambahnya umur, ia makin memahami kenyataan yang ada di lingkungannya, sehingga ia pun mengembangkan rasa ingin tahunya dengan pertanyaan "mengapa". Nah, "mengapa" ini tentunya butuh penjelasan, butuh nalar. Anak sebenarnya tak butuh jawaban yang panjang-panjang dari orangtua. Yang diperlukan anak adalah jawaban simpel, sesuai dengan kemampuan berpikirnya.

Dan, tahukah Anda bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan anak dapat menjadi indikator tingkat kecerdasannya secara umum. Bila orangtua hanya ingin memuaskan rasa ingin tahu anak, orangtua bisa menyediakan berbagai buku pengetahuan di rumah. Tapi bila ingin anak memiliki kemampuan berpikir kritis, maka rajin-rajinlah untuk mengajak anak berdiskusi dan melakukan eksperimen bersama di rumah.

Anak prasekolah, memang tengah berkembang pesat rasa ingin tahunya. Ia akan banyak tanya, bahkan terkesan bawel. Saat itulah sebenarnya orangtua mengasah sikap kritisnya. Semakin dini anak diasah sikap kritisnya akan semakin baik. Pokoknya, sejak anak mengenal komunikasi sudah bisa diasah. Diantaranya, lewat interaksi dalam keluarga. Bisa juga lewat buku cerita bergambar. Dengan memperlihatkan buku bergambar atau cerita pada anak, maka anak akan banyak bertanya, entah tentang gambar atau cerita tersebut, atau lewat permainan.


Yang tak boleh dilupakan, rangsangan dari luar ikut menentukan kekritisan anak. Itulah pentingnya kesadaran orangtua untuk selalu memberi pengetahuan sebanyak mungkin pada anak. Cobalah kalau hari libur, ajak anak berjalan-jalan ke kebun binatang, ke pantai atau ke tempat-tempat yang dapat menambah wawasan anak. Dengan pengetahuan yang banyak, maka akan mempertajam daya pikir anak.

Bila anak dibiasakan berpikir kritis sejak dini, mereka akan menjadi pribadi yang lebih disiplin dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Misalnya karena takut mencemari dan merusak lingkungan, anak akan selalu membuang sampah di tempatnya. Atau anak akan lebih efisien menggunakan air agar bisa berhemat air untuk generasi mendatang dan sebagainya.
Dengan membiasakan anak berpikir kritis berarti kita membimbingnya menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab akan tindakan-tindakannya dan tidak mudah digerakkan ataupun terpengaruh dengan pendapat umum yang belum tentu benar