sumber : http://balitasmart.com/2011/02/jika-anak-cemburu-pada-adik-baru/

Kehadiran buah hati baru di tengah keluarga tentunya membuat ayah dan bunda merasa bahagia. Namun tidak selalu demikian respon dari seluruh anggota keluarga. Sang kakak yang masih balita biasanya tidak menyambutnya dengan ‘tangan terbuka’. Berbagai perasaan seperti iri, cemburu, dan takut tersaingi dalam mendapatkan perhatian maupun kasih sayang, seringkali muncul dalam bentuk sikap-sikap penolakan kakak terhadap adiknya. Rasa cemburu ini bisa berlanjut terus sampai sang adik bertambah lucu, tumbuh semakin besar dan mulai melakukan milestone pertamanya yang tentu saja menyedot perhatian keluarga.

Anak balita pada dasarnya senang dengan hadirnya si adik. Bagaimanapun juga sang bayi baru memang membutuhkan perhatian dan fokus bunda dalam mengurus dan merawatnya, sehingga wajar sang kakak akan merasa tersisihkan. Kenali tanda-tanda cemburunya dalam bentuk sikap, antara lain:

Marah-marah tanpa penyebab atau alasan yang jelas.
Membuang atau melempar barang-barang, dan bahkan mungkin merusaknya.
Menunjukkan sikap bermusuhan kepada Anda maupun adiknya.
Tak jarang, sikapnya muncul dalam bentuk perilaku memukul atau bahkan menyakiti adiknya karena terdorong oleh rasa cemburu.
Menjadi senang bermain di luar rumah, padahal biasanya lebih banyak bermain di dalam rumah. Atau, menjadi lebih senang bermain di luar rumah dalam waktu yang lebih lama dari biasanya.

Meskipun hal ini wajar dan lumrah terjadi, sebagai orangtua kita perlu segera mencari cara untuk mengatasinya supaya kecemburuan tidak berkelanjutan. Karena bila dibiarkan, bisa jadi akan terbentuk perilaku buruk yang menetap. Berikut ini adalah beberapa kiat yang bisa diterapkan untuk mengatasi rasa cemburu sang kakak balita terhadap adik barunya :

Kenalkan adik sejak masih dalam kandungan dengan mengajak si kakak mengelus perut ibu, ‘bicara’ pada adik dan merasakan gerakan adik.
Memberikan contoh cara memperlakukan bayi. Misalnya, dengan memberikan si kakak mainan berbentuk boneka dan menggunakannya sebagai alat untuk menirukan cara memperlakukan dan menyayangi adiknya yang masih bayi.
Libatkan kakak dalam mengurus adik. Buat dia merasa, mama sangat membutuhkan bantuannya. Sang kakak bisa membantu dengan cara : mengambilkan popok, menyanyikan lagu untuk adik dan lainnya. Sesekali katakan pada kakak, “Ini Lho, adik kangen deh, ingin lihat senyum kakak.”
Menjadikan si kakak sebagai “penasihat” Anda. Misalnya, meminta dia memilihkan barang-barang bayi untuk adiknya saat Anda mengajaknya berbelanja perlengkapan bayi. Puji dia, dan tunjukan rasa bangga dia sudah menjadi anak besar atau kakak yang baik.
Merayakan peran baru sebagai kakak. Misalnya, ketika Anda mengadakan acara syukuran atas kehamilan Anda (7 bulanan) atau kelahiran bayi Anda, manfaatkan waktu ini juga sebagai acara perayaan untuk si calon kakak. Mintalah beberapa orang yang hadir untuk memberikan ucapan selamat kepadanya.
Luangkan waktu berdua saja dengan kakak, agar kakak tidak merasa terlalu kehilangan. Anak masih perlu perhatian ibu secara utuh tanpa berbagi dengan adik. Hal ini berlaku sama dengan papa. Jangan lewatkan untuk meluangkan waktu bermain bersama kakak, saat adik bayi tidur.
Meneruskan rutinitas. Misalnya, kebiasaan membacakan dongeng sebelum tidur yang sudah menjadi rutinitas si kakak sebelum Anda hamil atau si adik lahir. Rutinitas membuat anak balita merasa aman dan nyaman karena dia sudah dapat memperkirakan sesuatu yang akan terjadi padanya. Mengubah rutinitas akan memicu sikap tantrum dan tangis si kakak. Anak bisa di ajak baca buku bersama, main bersama atau pergi sebentar ke supermarket berdua saja.
Mengajak kakak bermain bersama adik. Misalnya, membiarkan si kakak naik ke tempat tidur Anda dan bermain bersama adik bayi. Kebiasaan ini akan membuat si kakak “terbiasa” bila mainan kesayangannya dipegang si adik cukup lama. Agar sikap cemburu si kakak tidak terpicu, selalu berikan waktu bermain berdua saja bermain dengan si kakak. Kebiasaan bermain bersama adik ini juga akan membuat mereka berdua berinteraksi dan berbagi hal-hal yang mereka sukai.
Bantu anak mengungkapkan perasaan. Anak butuh waktu untuk bisa mengungkapkan rasa sayangnya pada adik. Biarkan anak mengungkapkan perasaannya terhadap adik. Menyakiti adik bukan cara untuk menyampaikan pesan. Ketika anak bersiap menyakiti adiknya, alihkan perhatiannya, ajak anak bicara. Tanyakan keinginannya, apa yang dia butuhkan. Bila ia ingin mandi dengan bunda, mintalah asisten Anda untuk menjaga bayi, sementara Anda mandi bersama kakak.
Bicarakan dengan keluarga besar seperti kakek, nenek, paman atau tante agar mereka menyadari untuk tetap berbagi perhatian dengan sang kakak. Seringkali kehadiran anak baru menyedot perhatian keluarga besar sehingga seolah melupakan sang kakak yang sebelumnya mungkin menjadi satu-satunya pusat perhatian. Usahakan peralihan ini sehalus mungkin.
Hindari memposisikan kakak pada posisi mengalah terus. Anak yang lebih besar tidak harus selalu mengalah dari sang adik. Lebih baik terapkan asas keadilan. Kakak yang selalu dituntut mengalah akan merasa semakin tersisih dan memperbesar rasa cemburunya.
Sabar. Berikan kakak waktu untuk beradaptasi. Bagi setiap anak, ini bisa berbeda-beda lamanya. Jadi, jangan berharap masalah ini akan hilang semudah membalik telapak tangan. Tentu saja dibutuhkan kesabaran dan pengertian dari orang tua untuk melewati masa-masa ini.