moditas singkong di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, selama musim hujan laku keras sehingga pendapatan pedagang naik dua kali lipat. "Kami sehari bisa menjual sebanyak satu ton, padahal hari biasa hanya 500 kuintal," kata Ahmad, seorang pedagang singkong di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Ia mengatakan, selama ini permintaan singkong di Pasar Rangkasbitung relatif tinggi sehingga omset pedagang meningkat hingga dua kali lipat. Masyarakat, kata dia, saat ini lebih memilih makanan yang murah dan terjangkau menyusul tibanya musim hujan. Sebab musim hujan dipastikan harga-harga bahan pokok, termasuk beras melonjak dan banyak warga yang tidak mampu membeli kebutuhan pokok tersebut.

Kemungkinan mereka warga yang membeli komoditas singkong sebagai pengganti alternatif makanan pokok. Apalagi, kata dia, singkong memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi dan bisa menggantikan nasi. "Saya kira warga yang datang ke sini mereka dari kalangan ekonomi berpenghasilan rendah," katanya.

Menurut dia, saat ini harga singkong jenis roti maupun mentega dijual dengan harga sebesar Rp1.500 per kilogram. Harga sebesar itu tentu sangat terjangkau bagi kalangan masyarakat keluarga miskin.

Sebagian besar mereka membeli singkong untuk dijadikan makanan alternatif maupun makanan tambahan sehubungan harga beras di pasaran cukup tinggi. "Saya kira selama musim hujan permintaan singkong cukup tinggi dan menguntungkan bagi pedagang dan petani," katanya.

Begitu pula Ade, seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung mengaku dirinya terpaksa mendatangkan singkong dari beberapa kecamatan karena permintaan relatif tinggi. "Kami sehari bisa menjual singkong antara satu ton sampai 1,5 ton, padahal hari biasa sekitar 700 kuintal," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan produksi komoditas singkong atau ubi kayu tahun 2012 mencapai 21.409 ton dengan luas tanam 1.339 hektare. Selama ini produksi singkong mencukupi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat.

Namun, saat ini lahan pertanian singkong di Kabupaten Lebak belum mengarah kepada petani monokultur karena mereka hanya dijadikan tanaman sampingan. Sebab makanan singkong hanya sebagai makanan camilan, sehingga belum diketahui jumlah kebutuhan untuk konsumsi masyarakat.
"Kami hingga kini belum memiliki data pasti konsumsi singkong untuk kebutuhan masyarakat," katanya.

Sebetulnya, kata dia, potensi pengembangaan tanaman singkong di Lebak cukup luas karena merupakan daerah agraris. "Produksi singkong masih surplus jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat," ujarnya


sumber:republika.co.id