Jika kemampuan mengisap dan menelannya baik, bibir bayi seharusnya bersih dari luberan air liur. Benarkah demikian? Ternyata tidak selalu begitu. Bayi yang ngeces terus belum tentu memiliki gangguan pada kemampuan mengisap dan menelannya. Lantas, apa penyebabnya?

* Radang dan sariawan

Terus-menerus ngeces bisa disebabkan radang tenggorokan, ataupun sariawan di kerongkongan, gusi, dan lidah. Radang disebabkan infeksi, sedangkan sariawan biasanya muncul akibat luka. Pada bayi sariawan sering disebabkan oleh infeksi jamur akibat pemakaian dot yang kurang bersih atau pemakaian antibiotik jangka panjang. Sariawan (oral thrush) yang berasa nyeri membuat bayi enggan menelan ludah. Keengganannya inilah yang membuat liur bayi keluar dari mulut. Tentu saja, baik radang tenggorokan maupun sariawan harus diatasi agar tidak bertambah parah dan merugikan.

* Tumbuh gigi

Demikian pula menjelang keluarnya gigi bayi, air liur akan muncul lebih banyak daripada sebelumnya. Saat tumbuh gigi, gusi bayi terasa gatal dan mungkin sakit sehingga merangsang produksi air liur. Ini merupakan mekanisme yang alamiah.

Semasa tumbuh gigi, produksi air liur yang berlebih pun masih bisa terjadi, yakni saat dia menggigit-gigit segala macam barang. Gerakan menggigit melibatkan gerakan otot rahang yang membuat produksi liur meningkat.

TAK MASALAH

Pernah menggunakan air liur untuk mengobati luka si kecil? Kebiasaan kuno ini sebetulnya bukan sekadar meringankan nyeri, tapi juga menyembuhkan. Air liur terbukti mengandung antibodi, mineral, antioksidan, dan berbagai zat lain yang efektif untuk membunuh kuman. Kesimpulannya, jika air liur (saliva) bayi sampai mengalir atau berlebihan (hipersalivasi) kita tak perlu khawatir karena air liur sangat efektif membunuh kuman. Apalagi seiring dengan bertambahnya usia, umumnya hipersalivasi lambat laun akan berhenti.

Yang justru harus lebih dikhawatirkan adalah mulut bayi minim air liur (hiposalivasi). Kondisi kekurangan air liur ini bisa berdampak buruk terhadap kerusakan gigi karena tidak adanya mineral yang melindungi. Akibatnya, gigi mudah berlubang atau karies. Dampak merugikan lainnya, jaringan lunak rongga mulut akan mudah mengalami gangguan oksidatif karena kurangnya oksidan. Bila si kecil mengalaminya, akan mudah terjadi sariawan dan luka-luka kecil di rongga mulutnya.

KAPAN REFLEKS MENGISAP MUNCUL?

Sejak berusia 13-15 minggu, janin sudah punya refleks mengisap.

Melalui USG munculnya refleks mengisap pada janin terlihat dari kemampuannya mengenyot jempol. Kemampuan mengisap ini akan berkembang seiring dengan bertambahnya usia.

Nah, setelah dilahirkan, kemampuan mengisap bayi akan lebih kuat daripada sebelumnya diikuti refleks menelan. Terbukti, tanpa diajari ia bisa mengisap payudara ibu dan menelan ASI. Padahal mekanisme mengisap ASI membutuhkan daya yang besar dengan melibatkan gerakan menyedot sekaligus memerah.

Refleks mengisap ini muncul kala bayi merasa lapar. Bayi langsung menunjukkan reaksi ingin mengisap ketika ada sesuatu di dekat mulutnya. Coba saja sentuhkan salah satu jemari kita di bibirnya. Ia pasti akan mengarahkan mulutnya untuk mengisap jemari kita. Refleks ini tergolong refleks primitif yang membuat bayi mampu bertahan hidup.

Seiring dengan pertambahan usianya, bayi perlu mendapat makanan pendamping ASI di usia 6 bulan. Selain karena kebutuhannya akan zat gizi meningkat dan tak lagi tercukupi hanya dari ASI, secara bertahap bayi juga perlu dilatih untuk mengunyah dan menelan makanan. Dari makanan cair beralih ke semipadat hingga akhirnya kelak saat berusia setahun makanannya sama dengan menu keluarga.

Pelatihan ini akan membuat bayi kelak benar-benar siap mengonsumsi makanannya.