Test pack menunjukkan 2 garis, tanda Anda positif hamil. Bukannya gembira, Anda malah bingung. Pasalnya, belum lama Anda melahirkan dan saat ini sedang menikmati memberikan ASI eksklusif pada bayi pertama Anda. Tetap menyusui atau harus menyapih, ya?

Menurut Pakar ASI dr. Eveline PN, SpA dari RS St. Carolus Jakarta, jika kehamilan Anda dinyatakan sehat oleh dokter, teruskanlah menyusui. “Secara alami, tubuh akan memrioritaskan pemberian zat gizi kepada janin yang sedang tumbuh, tanpa mengurangi porsi yang dibutuhkan untuk membentuk ASI,” jelas sang dokter.

Beberapa penelitian juga menyimpulkan, sepanjang ibu sehat, tidak ada teori yang “memvonis” menyusui dapat memicu keguguran atau persalinan prematur.“Ada juga ibu yang takut menyusui saat hamil karena adanya hormon oksitosin yang dilepas tubuh. Pasalnya, hormon ini merangsang kontraksi rahim. Padahal, rahim memiliki daya tahan cukup kuat untuk mencegah efek hormon oksitosin,” tutur Eveline.

Jika masih sulit mengambil keputusan, Eveline menyarankan ibu berkonsultasi dengan dokter, karena setiap kehamilan memang berbeda kondisinya. Yang penting, solusinya harus bijaksana; tidak mengganggu kehamilan dan tidak menghambat tumbuh kembang
janin, sekaligus juga tepat bagi kesejahteraan bayi.

Anda masih bisa terus menyusui saat hamil jika:

Kehamilan dinyatakan sehat dan normal oleh dokter.
Usia bayi di bawah 6 bulan. Rekomendasi American Academy of Pediatrics adalah, susui bayi setidaknya satu tahun, sedangkan rekomendasi WHO, 2 tahun atau lebih.
Faktanya, tetap menyusui lebih mudah dilakukan dibanding menyapih.
Tetap menyusui membiasakan kakak menyesuaikan diri atau berbagi dengan adik. Peluang terwujud lebih besar jika Anda terus menyusui sampai bayi lahir, kemudian menyusui bayi dan kakak bersamaan (tandem nursing).

Jika Anda meneruskan menyusui, wajib lakukan hal berikut:

Selalu menjaga kondisi dan kesehatan tubuh selama hamil. Beri perhatian khusus pada pola makan, baik kualitas maupun kuantitasnya, dan penuhi kebutuhan cairan tubuh.
Jangan terlalu lelah karena dapat mengganggu kesehatan. Menyusui sambil berbaring dan tambah porsi jam tidur.
Berdasarkan penelitian, 74% ibu hamil mengalami perubahan puting, yaitu lebih peka dan lunak, hingga mudah lecet jika tetap menyusui. Cegah dengan posisi yang benar saat menyusui. Jika puting nyeri, atasi dengan teknik olah napas. Jika bayi sudah bisa diajak “berkomunikasi”, mintalah ia menyusu lebih lembut dan dalam waktu lebih singkat.
Jika Anda merasa produksi ASI berkurang sedangkan usia bayi masih di bawah 1 tahun, pantau pertambahan berat badannya untuk memastikan ia mendapat cukup asupan gizi.
Saat bayi lahir, komposisi ASI akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi. Itu sebabnya dua dari tiga kakak akan berhenti menyusu dengan sendirinya karena volume ASI berkurang atau karena rasanya berubah.

Jika setelah berkonsultasi ke dokter dan Anda disarankan untuk menyapih si kakak, lakukan hal-hal berikut:

Lakukan penyapihan secara bertahap. Selain untuk mengantisipasi bayi rewel dan kegelisahan bayi, juga mencegah terganggunya sistem produksi ASI yang sudah terbentuk di payudara.
Pada langkah awal penyapihan, kurangi frekuensi menyusui di siang hari. Alasannya, kebanyakan bayi masih membutuhkan ASI di malam hari. Semakin bertambah usia bayi, semakin jarang ia terbangun di malam hari sehingga lambat laun berhenti menyusu
dengan sendirinya.
Jangan tawarkan ASI, namun jangan menolak jika bayi ingin menyusu.
Bagi bayi di atas usia 6 bulan, tambah frekuensi pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) menjadi 3-4 kali sehari.
Hindari duduk atau berada di tempat yang biasa digunakan untuk menyusui. Ini untuk menghindari kesan Anda siap menyusui. Jika bayi tampak ingin disusui, alihkan perhatiannya, misal tawari dia makan.
Tetap berikan perhatian dan kasih sayang dengan cara lain, misal lewat dekapan, usapan atau ciuman lembut saat memberi bayi susu atau makanan.