Hadapi Ragam Kebiasaan Makan Balita
Idealnya, anak makan hidangan sehat sampai piringnya licin. Tetapi faktanya, kebiasaan makan anak tidak selalu "lurus."
1. Si Pemalas Mengunyah. Dia hanya senang makanan yang mudah ditelan dan licin. Makanan keras ditolak, bahkan yang sudah telanjur masuk mulut, dilepeh. Padahal jumlah gigi anak sudah cukup untuk mengunyah. Bagaimana mengatasinya? Fans terhadap makanan lembut, terbentuk karena beberapa alasan. Salah satunya adalah kebutuhan anak untuk terus menjadi bayi, yang kerap terjadi pada anak-anak yang baru saja memiliki adik. Faktor kenyamanan juga memegang peranan, misalnya, anak protes, mengapa, sih, makanan mesti dikunyah kalau bisa langsung ditelan? Terkadang makanan yang disajikan padanya mungkin juga mudah kering. Penyebab lainnya, rongga mulut anak hanya sedikit menghasilkan air ludah - sangat jarang terjadi, tapi bila memang ini penyebabnya, anak harus dibawa ke dokter. Solusinya adalah, pastikan pemberian makanan bertekstur keras dilakukan dalam porsi sedikit demi sedikit, dan sajikan dengan banyak saus atau kuah.
2. Si Doyan Makan. Kerjanya makan terus, dan ia tampak mengunyah setiap saat, dengan mulut penuh dan banyak. Biasanya penyebabnya berhubungan dengan pengalaman sejak masa bayi; anak-anak yang pada awal hidupnya setiap kali menangis langsung diberi ASI atau susu botol, akan menjadikan makanan sebagai jalan keluar setiap kali ia ingin merasa tenang atau nyaman. Bagaimana mengatasinya? Si Doyan Makan harus belajar untuk menunggu rasa lapar yang sesungguhnya. Bahkan, baginya, jadikan makanan seperti "obat", yaitu, hanya dimakan ketika ia betul-betul membutuhkan dan dalam porsi yang sesuai. Cobalah membuat jadwal makan anak, atur porsi makan sesuai jadwalnya, dan sambil mengisi waktu di sela jadwal makan, ajak anak melakukan kegiatan-kegiatan menarik seperti bermain, membaca cerita, dan mengobrol dari hati ke hati dengan Anda. Kegiatan semacam itu bisa mengalihkan perhatian anak dari makanan.
3. Si Spesialis Makanan. Anak cuma mau makan makanan yang sudah dikenal dan sulit berganti menu, misalnya; pagi makan sereal, siang makan mie, sore makan roti dan malam mie lagi, demikian terus, monoton dan tidak banyak berubah. Si Spesialis Makanan memiliki pandangan skeptis terhadap makanan. Penyebabnya, mungkin akibat pengalaman makan yang tidak baik, misalnya, ia pernah keracunan atau sakit perut setelah menyantap masakan eksperimen bunda. Alasan lain, bisa juga karena anak tengah memasuki perubahan besar dalam hidupnya, seperti baru masuk sekolah atau pindah rumah, sehingga ia memilih makanan yang itu-itu saja untuk mendapatkan rasa aman. Bagaimana mengatasinya? Tetaplah memberinya makanan yang sudah akrab dengannya, namun setiap 10 hari sekali, mintalah dia mencicipi “makanan baru”. Mengapa 10 hari, sebab setiap 10 hari sel-sel indera perasa di permukaan lidah akan memperbarui diri, dengan demikian jenis makanan baru memiliki kesempatan untuk diterima oleh lidah.
4. Si Anti Makanan Bergizi. Balita menyingkirkan setiap makanan berjenis buah dan sayuran. Makanan yang dilengkapi potongan wortel atau labu siam, akan diurainya satu persatu untuk memastikan tidak ada makanan sehat masuk ke dalam mulutnya.
Bagaimana mengatasinya? Anak dengan tipe makan seperti ini, sangat sensitif pada bagian mulut dan bibir. Dia mengenali buah dan sayuran seperti benda asing. Solusinya adalah, secara perlahan-lahan, ubahlah kebiasaannya. Anda dapat memberinya sayur atau buah dalam bentuk bubur, jus, atau saus yang menjadi pelengkap atau siraman makanan yang disukai anak. Bila ia sudah terbiasa dengan rasanya, apel atau wortel boleh disajikan sedikit kasar. Lalu tingkat kekasaran diringkatkan sedikit demi sedikit.
5. Si Penggemar Manis. Maunya hanya mengemil makanan manis, sehingga pada jam makan sesungguhnya nafsu makan anak sudah terbang. Selera camilan manis akan terus berkembang sehingga lama-lama memengaruhi kadar gula darah anak. Akibatnya bila ia tidak makan yang manis-manis, kadar gula darahnya langsung turun dan anak akan merasa lapar yang teramat sangat. Demikian seterusnya hingga terjadi lengkaran setan yang sulit diputus. Bagaimana mengatasinya? Setahap demi setahap, tukarlah makanan manis seperti coklat dan sejenisnya dengan makanan manis yang alami seperti buah-buahan manis, gula buah dan kismis. Pada saat sama, perpanjang waktu antara pemberian camilan hingga anak hanya mengkonsumsi makanan manis di waktu-waktu tertentu seperti setelah makan di siang hari.
6. Si Minimalis. Anak betul-betul "menyiksa" ayah dan bunda agar khawatir sepanjang hari. Bagaimana tidak, dalam hal makanan dia sangat pemilih; jarang sarapan pagi, hanya menyendok yogurt sedikit di siang hari, dan malam hari merasa cukup hanya makan beberapa suap mie. Orang tuanya pasti akan mencari pertolongan ke mana-mana lantaran khawatir, bagaimana anak bisa tumbuh optimal bila pola makannya seperti itu!
Bagaimana mengatasinya? Ini bukan saat yang kondusif untuk memenuhi kepala Anda dengan pendapat para ahli gizi tentang bahan makanan apa yang harus diberikan kepada anak, apa gunanya, berapa miligram takarannya, dan lain-lain, karena, bisa-bisa Anda jadi tergoda untuk menjejalkan makanan ke mulut balita! Bila pola makan anak memang mengkhawatirkan, periksakan ke dokter, apakah ada masalah motorik atau kejiwaan yang memicu, dan apakah tumbuh kembangnya berjalan dengan normal. Bila ternyata anak baik-baik saja, stop khawatir. Lebih baik ciptakan atmosfir menyenangkan di meja makan. Siapa tahu itu membuat Si Minimalis menambah beberapa suap porsi makannya.
Ada 0 komentar pada diskusi ini
Belum ada komentar pada post ini