Bayangkan skenario ini: seorang ibu baru saja selesai menyusui bayinya yang berusia 10 hari kemudian secara perlahan-lahan (supaya tidak membangunkan) meletakkan bayi tersebut di tempat tidurnya. 15 menit kemudian bayinya terbangun lagi dan menangis, dan si ibu kembali menyusui bayinya selama setengah jam.

Selesai menyusui, ibu beringsut-ingsut ke kamar mandi karena dari pagi belum mandi. Baru hendak melepaskan pakaian, terdengar lagi suara tangisan bayinya. Ibu menjadi stres, cemas, takut dan khawatir ASI-nya pasti tidak cukup/hanya sedikit sehingga bayinya jadi sering terbangun dan menangis karena lapar.