Enam Kecemasan Ibu Baru Tentang Karier
oleh Seseorang, 14 Tahun Yang Lalu
Apa yang dialami ibu baru ketika mereka kembali bekerja?
Ibu baru mengalami berbagai macam penyesuaian. Salah satu tantangan yang terbesar adalah keadaan transisi untuk kembali bekerja setelah melahirkan. Irene S. Levine, psikolog klinis dan profesor psikiatri di School of Medicine, New York University baru-baru ini mendokumentasikan enam masalah utama yang dihadapi ibu yang kembali bekerja sebagai ilmuwan.
Riset dilakukan untuk memahami "pikiran-sebagai-ibu" seorang ilmuwan yang kembali bekerja setelah cuti melahirkan, biasanya selama 3 bulan. Akan tetapi, masalah ini berlaku untuk semua ibu baru yang sedang berjuang dengan dunia karir dan pengasuhan anak.
1. Tidak siap secara fisik atau emosional untuk kembali bekerja
"Tanggalnya sudah ditentukan di kalender seperti alarm jam di pagi hari. Dibayar atau tidak, cuti melahirkan ada batasnya. Bahkan mungkin sudah berakhir sebelum ibu siap kembali bekerja", kata Levine.
"Rasanya seperti ada kehampaan yang mendalam pada diri saya setiap kali saya meninggalkan rumah di pagi hari", tulis Jesse Meiller, yang bekerja di Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA), A.S."Sudah pasti saya merasa bersalah, tapi terutama sangat sedih dan hampa setiap kali saya meninggalkan putri saya. Saya mulai menghindari kerja... Tiga bulan masih terlalu dini bagi saya untuk kembali bekerja".
Levine menjelaskan,"akibat tingkat hormon yang menurun tajam dan perubahan gaya hidup, hingga 10% wanita akan mengalami depresi ringan atau bahkan parah pada periode tahun pertama sejak melahirkan. Perpisahan terpaksa karena pekerjaan dapat memperburuk keadaan ini, atau setidaknya membuat sang ibu sulit menyikapi depresi ini.
2. Tidak fokus, ibu perlu melakukan yang terbaik di tempat kerja
Konsentrasi dan fokus menurun karena kurang tidur dan karena si ibu sedang menyesuaikan diri dengan rutinitas pekerjaan serta memikirkan bayinya, ketimbang tugas yang dihadapinya.
3. Menyesuaikan diri dengan aktivitas pengasuhan anak yang baru
Sebagian masalah yang dihadapi ketika kembali ke lika-liku suasana kerja adalah mencemaskan keadaan si kecil. Sangatlah penting untuk memiliki opsi pengasuhan anak yang dapat diandalkan, "bebas-cemas" dan terjangkau untuk memuluskan proses transisi kembali bekerja.
4. Masalah menyusui
"Jika seorang ibu ingin memeras ASI di tempat kerja, maka dia perlu memiliki perlengkapan pendukung dan menyiapkannya setiap hari, mencari ruang di tempat kerja untuk melakukannya - melakukannya di kamar mandi sangatlah menjijikkan - dan mencari jadwal yang tidak mengganggu rapat atau tugas yang lebih berat lagi, yaitu melakukan eksperimen", kata Amanda Lewis, asisten profesor di Washington Unversity di St. Louis.
5. Berjuang mencapai keseimbangan
Bahkan ibu yang paling teratur sekali pun tiba-tiba harus menghadapi pekerjaan kantor yang mendadak dan tanggung jawab keluarga. Levine menyatakan,"Perasaan seimbang harus terus menerus dicari, setiap hari dan terkadang jam demi jam. Banyak wanita mengatakan mereka perlu lebih disiplin dalam mengelola waktu dibandingkan sebelumnya".
6. Rasa takut akan "jalur para ibu"
"Meski wanita harus menempatkan keluarganya sebagai prioritas utama pada tahun-tahun pertama si kecil, hal tersebut tidak menjadikan karir mereka kurang penting. Mereka akan terjerat di dalamnya jika mereka merasa karier mereka memasuki "jalur para ibu" - yaitu dicabut dari jalur cepat menuju sukses - sebelum mereka dapat memulihkan diri.", kata Levine.
Diadaptasi dari AFP Relaxnews
Ada 0 komentar pada diskusi ini
Belum ada komentar pada post ini