Hamil anggur bisa terjadi karena terhentinya perkembangan sel telur pada kisaran minggu ke-3 atau ke-4. Sebaliknya, sel-sel yang berkembang adalah sel-sel trofoblas yang tidak mengandung pembuluh darah, yang kemudian membentuk gelembung-gelembung berisi cairan.

Gejala-gejala. Calon ibu yang mengalami hamil anggur, perutnya tetap membesar seperti hamil normal. Bahkan mengalami pula morning sickness. Akibatnya, hamil anggur tidak dapat dilihat dari luar, melainkan melalui beberapa tes seperti USG dan tes kadar hormon HCG.

Beberapa tanda hamil anggur itu seperti:

* Kadar HCG tinggi
* Kandungan tampak lebih besar dari usia yang sebenarnya
* Ibu mengalami mual dan muntah luar biasa di trimester pertama
* Perdarahan berulang

Penanggulangan dan Bahaya. Ketika Anda menemukan gejala-gejala tadi, jangan ragu untuk segera melakukan USG dan tes kadar hormon HCG, karena hamil anggur sangat berbahaya bagi calon ibu. “Jika tidak dikeluarkan, sel anggur itu akan berkembang dan membahayakan kesehatan, bahkan nyawa ibu,” ungkap dr. Stephen Mandang, SpOG dari RS Siloam Hospitals Lippo Karawaci, Tangerang. Ibu akan sering mengalami perdarahan yang mencetus anemia, bahkan mengakibatkan kematian karena kehilangan banyak darah. Pada beberapa kasus, hamil anggur menyebabkan krisis hormon tiroid yang juga dapat menyebabkan kematian. Jika calon ibu terdiagnosa mengalami hamil anggur, maka kehamilan harus segera dihentikan oleh dokter. Hamil anggur tidak selalu menyebabkan keguguran spontan, sehingga harus dikeluarkan dengan cara kuretase.
Plus, perawatan yang intensif pasca-kuretase, karena sel-sel trofoblas bisa menyebar tidak terkendali sehingga merusak sel-sel lain di sekitarnya. Calon ibu harus rajin melakukan pemeriksaan darah dan foto rontgen, serta pemeriksaan kadar HCG.

Namun jangan khawatir, Bunda. Dengan penanganan dan perawatan yang tepat, hamil anggur dapat diatasi dengan baik, dan Anda pun bisa hamil lagi!