Cacingan merupakan penyakit menular dan sering dianggap penyakit jorok atau penyakit golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit yang disebabkan oleh iklim tropis yang lembab, kepadatan penduduk yang tinggi, sanitasi yang buruk, tinja yang dijadikan pupuk di kebun, kondisi tanah, dan kurangnya pengetahuan masyarakat ternyata dapat mengurangi kecerdasan anak.

Kecerdasan anak yang menurun ini terjadi karena cacing merusak mukosa (dinding) usus dan mengambil zat-zat gizi yang berasal dari makanan sehingga anak dapat mengalami gangguan absorbsi makanan bahkan malnutrisi. Akibat kurangnya asupan nutrisi pada anak ini akan mengganggu perkembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak. Dan pada akhirnya mengakibatkan kecerdasan anak tidak berkembang, bahkan menurun.

Cacingan bisa menyerang siapa saja, tetapi jika penyakit ini menyerang anak-anak, maka anak tersebut akan mengalami lemah, letih, lesu, lalai dan lemas (5L). Anak yang terkena cacingan juga akan menjadi sangat rentan sakit, hepatitis, rabun mata, kurang gizi, dan tingkat kecerdasannya menurun. Gejala yang paling sering muncul pada anak cacingan ialah masalah pencernaan seperti nafsu makan berkurang, mual, diare, sulit buang air besar, berat badan menurun dan kecerdasan anak menurun. Dan anemia, TBC, dan malaria merupakan penyakit yang bisa muncul akibat cacingan.

Cacingan pada anak dapat diakibatkan oleh berbagai jenis cacing tambang (Ascaris lumbriocoides, Neactur smericanus, Ancylotomaduodenale), cacing gelang, cacing cambuk (Truchuris trichiura), dan beberapa jenis cacing lainnya. Menurut Survei, 60-80% penduduk Indonesia terkena cacingan dan 90% di antaranya ialah anak-anak SD. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan anak cara hidup bersih, misalnya dengan mewajibkan mencuci tangan sebelum makan dan minum.