1.Sakit kepala dan migrain
Todd Schwedt, MD, seorang praktisi kesehatan yang juga merupakan direktur pusat sakit kepala di Washington University, mengemukakan bahwa stres yang berkepanjangangan menyebabkan daya tahan tubuh menurun, lalu kemudian muncul gejala sakit kepala yang disertai dengan efek migrain atau sakit kepala sebelah.

2.Resiko diabetes yang membesar
Ketika seseorang terkena stres, ia akan lebih banyak memiliki nafsu makan pada jenis makanan manis. University of Pennsylvania menemukan fakta bahwa seorang wanita yang mengkonsumsi lebih banyak coklat bukan disebabkan oleh meningkatnya hormon progesteron saat menstruasi, melainkan karena stres.

Selain itu, ketika stres melanda, terjadi peninkatan hormon adrenalin dan kortisol yang memicu hati untuk menghasilkan lebih banyak glukosa dalam darah untuk memberikan energi. Hal ini sangat berbahaya karena peningkatan kadar glukosa bisa memperbesar resiko terkena diabetes tipe 2.

3. Nyeri di sekitar mulut
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stres meningkatkan risiko penyakit periodontal (gigi dan mulut) pada seseorang. Stres memicu rahang bagian atas dan bawah saling menekan satu sama lain. Hal ini menyebabkan tekanan yang cukup besar di bagian pelipis.

Jika Anda merasa sakit di bagian mulut setelah bangun tidur, ini merupakan tanda bahwa anda terkena stres. Ketika stres terjadi, tubuh manusia memproduksi lebih banyak hormon kortisol yang turut melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini kemudian memudahkan infeksi bakteri ke dalam gusi. Akibatnya, gusi seseorang yang sedang dalam keadaan stres akan mengalami pendarahan.

4. Gangguan syaraf
Ketika seseorang stres, otak memicu kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan kortisol dalam jumlah yang cukup banyak. Tingginya hormon tersebut dapat mengganggu ingatan dan risiko depresi sangat besar. Produksi yang berlebihan dari kedua bahan kimia tersebut menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang bisa mengakibatkan kram yang sangat menyakitkan, terutama pada wanita. Saat stres, risiko mengalami kram dua kali lebih besar karena aktivitas syaraf simpatis lebih tinggi.

5. Memperparah alergi
Penelitian di Ohio University mengungkapkan bahwa tingginya produksi hormon ketika seseorang terkena stres memicu tubuh memproduksi protein Imunoglobulin E yang memperbesar reaksi alergi

6. Peradangan dan jerawat

Gil Yosipovitch, MD, seorang dermatologis dari Wake Forest University menyatakan bahwa resiko inflamasi meningkat ketika seseorang mengalami stres. Inflamasi atau peradangan pada kulit, terutama kulit wajah mengakibatkan munculnya jerawat yang lebih banyak dari biasanya.

Gangguan kulit lain yang muncul akibat stres yaitu timbulnya sensasi gatal pada kulit. Hal ini diakibatkan oleh aktifnya sejumlah serabut syaraf ayng memicu sensasi gatal ketika seseorang mengalami stres.

7. Rasa sakit di perut
Meskipun masih belum ditemukan sebab pastinya, namun stres juga mengakibatkan rasa sakit pada perut meningkat. Sebuah teori menyebutkan bahwa jaringan syaraf di otak yang bereaksi terhadap stres memberikan respon tertentu pada syaraf di usus dan kemudian dirasakan sebagai rasa mulas pada perut.