Menstruasi yang tidak teratur merupakan salah satu keluhan yang banyak dirasakan para penderita anoreksia. Akibatnya, muncul mitos bahwa gangguan pola makan tersebut bikin perempuan susah punya anak. Benarkah demikian?

Siklus menstruasi hanya bisa berjalan dengan normal jika perempuan memiliki komposisi lemak minimal 22 persen dari berat badannya. Tidak saja siklusnya akan terganggu, haid bahkan bisa berhenti sama sekali pada perempuan yang sangat kurus.

Terhentinya siklus menstruasi pada perempuan superkurus diduga merupakan mekanisme alami untuk menjaga ketersediaan protein dan darah di dalam tubuh. Di dalam darah, mekanisme ini memicu ketidakseimbangan hormonal sehingga penderita anoreksia pada umumnya juga kehilangan gairah seksual.

Gangguan siklus menstruasi bahkan masih bisa terjadi ketika seorang penderita anoreksia sudah sembuh dan mendapatkan kembali berat badannya yang normal. Hal ini dipicu oleh defisiensi atau kekurangan zat besi yang kronis, sebagai dampak dari gangguan pola makan sebelumnya.

Tak heran jika untuk mendapatkan kembali siklusnya yang normal, mantan penderita anoreksia harus menjalani diet tertentu selama beberapa waktu. Kadang-kadang campur tangan dokter kandungan juga dibutuhkan, terutama jika diet tersebut tidak berhasil mengembalikan siklus normal.

Meskipun demikian, anggapan bahwa penderita anoreksia susah punya anak ternyata tidak sepenuhnya benar. Satu hal yang perlu diluruskan, ovulasi atau pematangan sel telur tetap terjadi sekalipun pengidap anoreksia mengalami gangguan siklus menstruasi atau bahkan tidak haid sama sekali.

Bahkan penelitian terbaru di University of North Carolina membuktikan tingkat kehamilan tidak diinginkan pada penderita anoreksia justru lebih tinggi yakni 50 persen, dibandingkan pada perempuan sehat yang hanya 19 persen. Parahnya, 24 persen penderita anoreksia pernah aborsi sementara pada perempuan sehat hanya 15 persen yang pernah melakukannya.

Penelitian yang dilakukan terhadap 62.060 perempuan di Norwegia itu juga mengungkap bahwa pendertia anoreksia melahirkan anak pada usia rata-rata 26,2 tahun. Relatif lebih muda bila dibandingkan kelompok perempuan sehat yang melahirkan di usia rata-rata 29,9 tahun.