Ditilik dari kodratnya, laki-laki dan perempuan memang berbeda. Perempuan diberkahi kemampuan untuk mengandung dan melahirkan sedangkan laki-laki tidak. Namun ini bukan berarti keduanya harus diperlakukan dan diberi kesempatan berbeda sejak dari kecil. Justru, baik anak laki-laki maupun perempuan perlu diberikan kesempatan eksplorasi dan pola pengasuhan yang sama. Anak laki-laki pun perlu mengembangkan afeksinya dan sebaliknya anak perempuan pun perlu sama tegarnya seperti anak laki-laki.
Sadar atau tidak sadar, orangtua mungkin kerap melakukan batasan-batasan yang menjurus diskriminasi pada anak-anak sesuai dengan jenis kelamin mereka. Terlalu banyak larangan atau kontrol dari orangtua akan menimbulkan perasaan bersalah pada anak karena merasa perilakunya selalu tidak benar di mata orangtuanya.
Jika anak terbiasa dibedakan, maka ada sebagian dari kehidupan ini yang tidak dia kenal. Sayang sekali bukan? Padahal kondisi saat ini menuntut perempuan untuk sama kuatnya dengan laki-laki dan sebaliknya laki-laki sama sensitifnya dengan perempuan.
Berikut ini beberapa tindakan diskriminatif yang sering terjadi. Mungkin satu diantaranya pernah Anda lakukan juga:
? Cepat memberikan bantuan jika anak perempuan mengalami kesulitan dibanding anak laki-laki. Misalnya, jika anak perempuan jatuh cepat dibantu berdiri tapi sebaliknya anak laki-laki diharapkan bangun sendiri.

? Melarang aktivitas main tertentu. Misalnya, ank perempuan tidak boleh main berantem-beranteman atau anak laki-laki tidak boleh main masak-masakan.

? Mengidentikkan warna dengan jenis kelamin. Misalnya warna biru hanya untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan.

? Membatasi ekspresi emosi. Misalnya anak perempuan tidak boleh tertawa terbahak-bahak, anak laik-laki tidak boleh menangis.

? Melarang jenis mainan tertentu. Misalnya, mobil-mobilan/ robot untuk anak laki-laki dan boneka untuk anak perempuan.