Karbohidrat merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk kelangsungan hidup. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai bahan bakar penghasil energi, bahkan merupakan sumber utama energi bayi Anda.

Energi dalam diet/makanan diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Ketiga zat gizi tersebut diberi nama makronutrien. Kebutuhan energi disuplai oleh karbohidrat dan lemak. Fungsi utama dari protein lebih untuk menyediakan asam-asam amino untuk sintesa protein sel, selain itu harga yang dibutuhkan mahal untuk konversi protein menjadi energi.

Contoh sumber karbohidrat adalah beras, roti, mie, gandum, kentang, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan dan serealia lainnya.

Karbohidrat terdapat dalam makanan dapat sebagai gula tunggal (Monosakarida), gula ganda (Disakarida) juga dapat sebagai karbohidrat kompleks (Polisakarida). Gula tunggal contohnya adalah glukosa dan fruktosa yang terdapat dalam buah-buahan, sayuran dan madu. Gula ganda contohnya adalah sukrosa, maltosa dan laktosa (karbohidrat yang terdapat dalam susu). Sukrosa yang kita kenal dalam keseharian dengan nama gula pasir, terdapat dalam tebu, bit, nira, buah-buahan, sayuran. Karbohidrat komplek terdiri dari pati, dekstrin dan serat makanan. Pati terdapat di dalam serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan dan sebagian buah-buahan yang belum matang.

Dengan pertumbuhan volume tubuh dan perkembangan bayi yang pesat, menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi bayi, sehingga tidak cukup lagi jika hanya asupan energi dari ASI.

Untuk menunjang semua aktifitas bayi Anda yang semakin aktif dengan semakin bertambahnya usia bayi, diperlukan jumlah energi yang semakin meningkat pula.

Status gizi bayi dan balita di Indonesia sangat kompleks, analisa data susenas (Survey Ekonomi Nasional) 2002 menunjukan prevalensi Kekurangan Energi Protein atau KEP masih tinggi yaitu diatas 25%. Gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang diperlukan. Kekurangan Energi dan Protein yang terjadi pada bayi, akan berdampak gangguan psikologik dan sosial, secara klinis menyebabkan kelambatan pertumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan makanan akibat kerusakan permukaan epitel mukosa usus sehingga timbul kekurangan enzim – enzim pengurai karbohidrat, protein dan lemak. Kerusakan permukaan usus halus dapat berdampak pemendekan jonjot usus halus atau pendangkalan kripta (Firmansyah A, 1992).

Bahaya kekurangan karbohidrat yang parah khusus tipe marasmus. Anak penderita marasmus terlihat kurus kering, dan berat badannya bisa turun 80% lebih rendah dibandingkan berat badan rata-rata anak dengan tinggi badan yang sama. Tingkat kejadian marasmus lebih tinggi pada anak umur di bawah satu tahun.

Sebaliknya jika konsumsi berlebihan, maka penyakit yang ditakuti adalah sindrom akibat kelainan metabolisme karbohidrat dan obesitas, karena kelebihan karbohidrat ditimbun dalam bentuk lemak tubuh. Obesitas atau kelebihan berat badan adalah kondisi medis dimana kelebihan lemak tubuh terakumulasi hingga kadar yang dapat membahayakan kesehatan dan bisa memperpendek usia. Mengkonsumsi kebanyakan serat mengakibatkan pembentukan gas perut, kram perut bahkan juga dapat menyebabkan diare.