Jumat, 12/08/2011 17:14 WIB

Jakarta - Adeela, Adeena, dan Adeeva adalah tiga bayi kembar yang baru tiga hari hadir di dunia. Namun sejak kehadirannya, ketiga makhluk mungil yang lahir prematur ini tidak merasakan pelukan hangat seorang ibu.

Ya, Lily Riyana Lubis, ibu ketiga bayi perempuan itu telah tiada tak lama setelah melahirkan. Lily, perempuan yang dikenal periang itu meninggal diduga akibat preeklamsia.

"Awalnya Lily mengaku sesak nafas pada 5 Agustus lalu, tapi gejala itu tidak terlalu dikhawatirkan karena katanya orang hamil yang sudah besar memang suka sesak nafas," kata Watary Kurniawan, suami Lily.

Namun selang sehari yakni 6 Agustus, sesak nafas Lily semakin menjadi. Karena tak ingin terjadi sesuatu, Watary membawa istrinya ke rumah sakit Mitra Keluarga, Bekasi Timur.

"Setelah dicek dokter, saat itu juga diminta rawat inap dan langsung dipakaikan oksigen. Saat itu dokter bilang katanya gejala preeklamsia karena tensinya juga tinggi, 160," cerita Watary sedih.

Minggu 7 Agustus, kondisi Lily agak membaik. Dokter kandungan yang memeriksa mengharuskan Lily untuk melahirkan secara caesar pada Senin 8 Agustus atau Selasa 8 Agustus. Namun saat itu Lily menolak karena tidak ingin anaknya lahir prematur.

"Lily takut kalau terlalu cepat nanti dedek (bayi) prematur dan harus masuk inkubator, dan biayanya nggak sedikit," kata Watary. Saat itu, usia kandungan Lily baru mencapai 29 minggu. Lily ingin bayinya lahir paling tidak seminggu lagi agar ketiga buah hatinya sudah kuat dan matang.

Namun Senin pagi 8 Agustus, setelah sahur, Lily kembali sesak nafas. Watary langsung menghubungi suster untuk memeriksa Lily. Usai makan siang, Lily diberi obat batuk.

"Saat itu ada yang aneh karena pada saat meludah, ada warna semu kemerahan di tisu," kata Watary. Namun hal itu tidak terlalu dikhawatirkan Watary karena istrinya dalam pengawasan dokter.

Sekitar pukul 14.00 WIB dokter kembali bertanya apakah mau melakukan operasi caesar. Namun lagi-lagi Lily menolaknya. Lily terus menyebut anak-anaknya masih betah di dalam perut.

Sekitar 10 menit setelah dokter pergi, Watary melihat ada yang aneh dari istrinya. Kuku istrinya agak biru. Watary langsung melaporkan hal itu pada suster.

"Semua suster yang ada di situ panik dan langsung panggil dokter jaga, mereka cek tensi dan cek jantung dedek (bayi). Dokter jaga langsung menghubungi dokter kandungan by phone karena dokternya sudah pulang," kata Watary.

Dokter jaga mengatakan operasi caesar harus dilakukan saat itu juga. Kali ini, Lily tidak menolak. Menurut Watary, Lily justru terlihat sangat tenang saat itu. Watary mengantarnya sampai pintu kamar operasi.

Sekitar pukul 16.35 WIB, suster terlihat keluar dari kamar operasi sambil membawa bayi-bayi Lily. Watary yang menunggu bersama keluarga yang lain lantas menghampiri suster tersebut.

Namun suster tersebut terlihat buru-buru masuk ke dalam ruang bayi dan memasukkan bayi-bayi mungil itu ke inkubator. Selang oksigen dan infus juga dipasang untuk ketiganya.

Setelah menyempatkan diri melihat si kecil, Watary lantas menanyakan kabar istrinya kepada suster. Ternyata Lily masuk ke ruang ICU karena harus observasi terkait sesak nafasnya.

"Saya sempat bertemu, dia masih sadar. Saya juga sempat ngobrol sedikit, saya minta dia istirahat dan tidak banyak bicara," kata Watary. Meski sempat panik, Watary lega melihat istrinya dalam kondisi sadar.

Namun pada pukul 20.00 WIB, Watary melihat ada rembesan darah di selimut Lily. Namun menurut suster, hal itu wajar karena merupakan darah nifas. Selama menunggu, Watary harus menandatangani berbagai berkas untuk tindakan medis Lily. Saat itu disebutkan kondisi Lily cukup stabil.

Namun tiba-tiba sekitar pukul 23.30 WIB telepon di ruang tunggu berdering. Watary yang saat itu tertidur bersama ayah Lily langsung terbangun dan mengangkat telepon. Watary diminta datang ke ruang ICU.

"Karena saya pikir hanya untuk ACC keuangan, saya nggak bangunin ayah Lily," kata Watary.

Namun begitu terkejutnya Watary saat tiba di ruang ICU. Watary mendapati istrinya sedang dikelilingi dua dokter dan para suster. Dada Lily sedang ditekan-tekan. Saat melirik ke layar detak jantung, ternyata detak jantungnya 0.

"Langsung saya menangis dan tambah lemas, tak hentinya saya berdoa kepada Allah untuk kesembuhan Lily. Salah satu dokter menunjukkan hasil rontgen. Menurut dokter itu, jantung Lily besar dan tidak normal," ceritanya.

Watary masih memiliki tenaga untuk memberi kabar orang-orang di rumah bahwa Lily kritis. Sejumlah anggota keluarga berdatangan. Pada Selasa 9 Agustus pukul 00.10 WIB, kondisi Lily membaik. Detak jantungnya normal.

"Namun saat saya menghampirinya, layar monitor menunjukkan detak jantung Lily semakin menurun. Saya langsung panggil suster dan mereka langsung panik lagi. Dada Lily kembali ditekan-tekan," kata Watary.

Sementara Watary sudah tidak bisa mengontrol emosinya. Pria itu hanya gelisah, gemetar, lemas, dan menangis. Watary hanya bisa duduk berjarak 5 meter dari Lily yang sedang berjuang hidup.

"Tiba-tiba aku lihat ayah Lily menunduk dan adik Lily menangis dengan sangat. Aku lihat suster menghampiri "Pak, yang tabah ya, kami sudah berusaha sekuat mungkin, Ibu sudah tidak ada," cerita Watary.

"Astaghfirullahal'adzim...langsung saya menghampiri Lily dan menangis sejadinya. Saya ciumi wajahnya dan bilang ke Lily, "Yang, jangan pergi, nanti dedek sama siapa? Yang, bangun yang. Saya berusaha membangunkan Lily dan menciumi wajahnya..Saya istighfar terus menerus dan berdoa untuk meminta mukjizat-Nya dan menolong Lily. Wajahnya saat itu masih hangat, tapi setelah aku genggam tangannya terasa dingin," kata Watary.

Meski sedih luar biasa, Watary berusaha tegar. Watary ingin berjuang demi kesehatan anak-anaknya yang hingga kini masih harus dirawat di rumah sakit. Berbagai tindakan medis harus dilakukan untuk ketiga bayi mungil itu.

Saat ini, ketiga bayi Lily yang diberi nama Adeela Arlyana (1.450 gram), Adeena Rilyana (1.450 gram), dan Adeefa Lilyana (1.200 gram) membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Per hari, masing-masing bayi membutuhkan dana perawatan sebesar Rp 3 juta.

Hingga saat ini, biaya rumah sakit yang harus dibayar telah mencapai Rp 30 juta rupiah. Watary dan Lily memang bukan dari keluarga mampu yang bisa menyediakan uang puluhan juta

"Kalau saya sendiri, saya tidak mampu. Tapi saya akan berusaha sebaik-baiknya. Ini semua demi Lily, demi perjuangannya," kata pria yang bekerja di usaha konveksi milik saudaranya ini.

Untuk pembaca detikcom yang ingin membantu ketiga bayi mungil itu bisa menyumbangkan melalui rekening BCA 8420305801 a/n Watary Kurniawan.
(ken/nrl)