Bukti-bukti bahwa bayi yang mendapat ASI lebih tahan penyakit infeksi tertentu daripada yang dapat susu formula memang tak bisa dipungkiri lagi.

Ketika zat kekebalan tubuh (immunoglobulin) ditemukan dalam ASI, banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa immunoglubulin akan meningkatkan status kekebalan tubuh bayi. Apalagi, selain immunoglobulin, di dalam ASI juga ditemukan berbagai antibodi spesifik yang dapat melawan bakteri dan virus yang sering menyerang saluran pernapasan dan usus bayi. Dari penemuan-penemuan itu, orang lalu menghubungkan kekebalan “bayi ASI” terhadap infeksi. Benarkah itu?

1. Terhindari infeksi. Dari penelitian Duncan B, dkk., yang dimuat dalam Pediatric Journal, 1993, terbukti bahwa ASI eksklusif paling tidak empat bulan pertama, dapat mengurangi kemungkinan bayi terkena infeksi saluran pencernaan (antara lain diare), infeksi saluran pernapasan, serta infeksi saluran telinga.

2. Faktor psikologis. Penelitian mengenai kekebalan tubuh yang berhubungan dengan faktor psikologis selama satu dekade, telah membuktikan bahwa kondisi psikologi seseorang akan berpengaruh langsung pada fungsi kekebalan tubuhnya. Jadi, kedekatan ibu dengan bayinya pada proses menyusui akan membuat bayi lebih nyaman dan bahagia. Hal ini juga ikut meningkatkan kekebalan si bayi terhadap penyakit infeksi.

3. Immunoglobulin. Immunoglobulin banyak ditemukan dalam ASI. Konsentrasinya yang tertinggi ditemukan di kolostrum (susu jolong yang keluar pada 3 sampai 5 hari pertama kehidupan bayi). Nah, immunoglobulin yang melindungi bayi dari infeksi telinga, hidung dan tenggorokan itu masih dapat ditemukan di ASI sampai usia setahun. Zat ini langsung berhubungan dengan lapisan hidung, mulut dan tenggorokan bayi, seolah-olah sebagai benteng perlindungan bayi agar tidak terinfeksi organisme yang mengancamnya .

4. Laktoferin. Laktoferin akan mengikat zat besi, sehingga kuman tidak mendapatkan zat besi yang diperlukannya untuk hidup dan membelah diri. Zat ini juga paling banyak terdapat di kolostrum, namun akan tetap ada sepanjang tahun pertama usia bayi.

5. Lysozyme. ASI mengandung lysozyme 30 kali lebih tinggi dibandingkan susu formula apa pun. Lysozyme merupakan zat penting untuk proses pencernaan, berfungsi sebagai benteng dari “bakteri jahat” yang ada di usus halus.

6. Bakteri baik. ASI mendorong pertumbuhan bakteri baik, yaitu laktobasilus, yang dapat menekan penyakit yang disebabkan bakteri jahat (seperti E. coli) serta parasit. Pada bayi ASI, jumlah laktobasilus di dalam ususnya 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi susu formula.

7. Faktor alergi. Penelitian membuktikan, penyebab alergi yang ada di susu formula yang berasal dari sapi maupun kedelai, lebih lama berada dalam usus bayi (sekitar 60 menit) dibandingkan dengan ASI. Jadi, kemungkinan munculnya alergi pada anak ASI juga lebih rendah.

Nah, melihat kelebihan ASI bagi benteng pertahanan tubuh bayi, jelas tak ada alasan bagi ibu untuk tidak mengusui bayinya. Anda tak ingin bayi mudah sakit ‘kan?