Bagaimana Menjelaskan Kondom Pada Anak?
oleh Seseorang, 31 December 2010, 12:00 PM
"Ma, ini seperti yang di lemari mama rasa stroberi juga," ujar seorang anak kelas 1 SD yang berteriak kepada mamanya ketika melihat kondom di supermarket. Bisa ditebak sang mama malu karena orang-orang sekitarnya pada tertawa. Bagaimana ya menjelaskan kondom ke anak kecil?
Sebagian besar anak kecil mungkin tidak tahu apa itu kondom, tapi jika secara tidak sengaja ia menemukan alat tersebut di rumah atau di toko, maka ia akan menjadi penasaran.
Dr Andri Wanananda MS dalam konsultasi seksologi menuturkan, ibu atau orangtua harus fokus pada aspek 'kepantasan' informasi yang dapat diterima anak sesuai dengan usianya. Serta harus tangkas dalam menjawab pertanyaan anak yang terkejut melihat suatu benda yang sama dengan yang ada di lemari ibunya.
Jika anak belum pantas atau tepat untuk dijelaskan secara gamblang mengenai fungsi kondom sebagai penampung sperma yang dipasangkan di penis, maka tidak perlu dijelaskan secara rinci. Ibarat seorang guru yang enggan menjelaskan tentang fisika murni pada muridnya yang belum mengenal apa itu matematika.
"Selain itu hendaknya orangtua berhati-hati dalam menyimpan benda-benda yang sangat 'privacy' seperti halnya kondom, vibrator atau alat lainnya. Hal ini untuk menghindari si kecil menemukan benda tersebut," kata Dr Andri dalam jawaban konsultasi, Senin (29/11/2010).
Orangtua sebaiknya tidak membohongi anak dengan menjelaskan sesuatu yang salah mengenai kondom atau justru memarahinya yang membuat anak semakin penasaran dan berusaha mencaritahu sendiri dari teman atau internet. Tapi tetaplah tenang dalam memberikannya penjelasan.
Orangtua hanya cukup mengatakan apa fungsi dari kondom sesuai dengan kapasitas si kecil atau usianya, dalam hal ini tidak perlu menjelaskan secara mendetail tentang kondom.
Orangtua bisa mengatakan sebatas kondom adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur kelahiran. Selain itu orangtua juga bisa memberikan pemahaman bahwa kondom hanya boleh digunakan oleh pasangan yang sudah berumah tangga.
Usahakan orangtua memberikan penjelasan tentang kondom pada anak saat keduanya memang memiliki waktu luang, sehingga orangtua dapat menjelaskannya dengan baik. Saat menjelaskan orangtua sebaiknya bertindak sebagai pemberi informasi dan bukan menginterogasi.
Cobalah tanyakan pada anak apa yang sudah ia ketahui tentang kondom, dari jawaban anak akan memberi petunjuk mengenai apa yang telah didengarnya dan membantu orangtua bagaimana harus menjawabnya.
Ada 2 komentar pada diskusi ini
31 December 2010, 14:00 PM
31 December 2010, 12:53 PM
begini bun ..mitos tentang pendidikan seks
Mitos: Mengajarkan tentang alat kontrasepsi akan mendorong para pelajar aktif secara seksual dan meningkatkan angka kehamilan pada remaja.
Fakta: Para ahli yang telah mempelajari isu ini menyimpulkan, pendidikan tentang seks dan HIV/AIDS yang komprehensif, termasuk program ketersediaan kondom, tidak menambah aktivitas seksual, tetapi justru efektif dalam mengurangi perilaku seksual berisiko tinggi di antara para remaja.
Mitos: Kerap terjadi kegagalan alat kontrasepsi, sehingga kita lebih baik mengajari para remaja untuk bersikap menghindarinya.
Fakta: Kontrasepsi modern sangatlah efektif, asalkan memilih jenis yang benar-benar cocok dan digunakan secara benar. Rata-rata kehamilan pada perempuan yang menggunakan suatu jenis pil sekitar 0,03 persen, sementara yang memakai kondom untuk perempuan sekitar 21 persen, dan yang tanpa KB sekitar 85 persen. Bandingkanlah.
Mitos: Alat kontrasepsi tidak menangkal HIV dan infeksi menular seksual lainnya.
Fakta: Memang hanya kondom yang dalam memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penularan infeksi seksual, termasuk HIV. Itu sebabnya para remaja sebaiknya mendapat pendidikan yang benar mengenai kondom.
Mitos: Kondom memiliki angka rata-rata kegagalan yang tinggi.
Fakta: The National Institutes of Health (TNIH) menjelaskan, kondom sangat efektif untuk menangkal penularan HIV dan mencegah kehamilan. TNIH juga melaporkan, studi laboratorium memperlihatkan bahwa kondom mampu mencegah penyakit akibat infeksi menular seksual yang lain seperti gonorea, klamidia, dan trichomonasiasi.
Mitos: Kondom tidak dapat melindungi kita dari HPV (Human papillomavirus).
Fakta: Kondom memang tidak dapat menangkal infeksi virus pada bagian tubuh yang tidak tertutup kondom. Namun, TNIH melaporkan, penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan HPV, misalnya kanker serviks. Penyakit jenis ini dapat dicegah dengan penggunaan kondom secara konsisten dan efektif, serta deteksi dini HPV melalui pemeriksaan pap smear.
Mitos: Kondom tidak efektif untuk mencegah penularan HIV.
Fakta: TNIH mengonfirmasikan bahwa kondom merupakan alat kesehatan masyarakat yang efektif untuk melawan infeksi HIV. Studi lain di Eropa yang disebut pasangan HIV-serodiscordant (pasangan di mana salah satunya sudah terinfeksi HIV dan yang satu sehat), menunjukkan tidak terjadi penularan pada pasangan yang sehat, di antara 124 pasangan yang menggunakan kondom setiap kali mereka berhubungan seks. Pada pasangan yang tidak secara konsisten menggunakan kondom, sekitar 12 persen terjadi penularan pada pasangan yang sebelumnya tidak terinfeksi.
Mitos: Pendidikan seks hanya perlu diberikan pada orang yang mau menikah.
Fakta: Menurut sebuah penelitian, sikap seperti itu tidak bakal menunda aktivitas seksual di kalangan remaja. Justru pemahaman yang sangat sedikit dan keliru tentang seksualitas memudahkan banyak remaja terjerumus ke dalam perilaku seks tidak sehat.
Mitos: Pendidikan seks mendorong para pelajar menjadi aktif secara seksual.
Fakta: Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengevaluasi 47 program di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Dalam 15 studi, pendidikan seks dan HIV/AIDS menambah aktivitas seksual dan tingkat kehamilan serta infeksi menular seksual. Namun, 17 studi lain menunjukkan, pendidikan seks dan HIV/AIDS menunda aktivitas seksual, mengurangi jumlah pasangan seksual, juga mengurangi tingkat kejadian infeksi menular seksual ...
wah kira paham tidak ya si kecil??????