Bayi kuning umumnya selalu mengantuk dan gampang tidur. Itu karena kadar bilirubin pada darahnya memengaruhi kerja organ tubuh, termasuk saraf otaknya. Bilirubin yang bersifat toksik ini jika tidak ditanggulangi segera bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak.

Cara sederhana mengetahui apakah bayi menderita kuning atau tidak sebetulnya tak terlampau sulit. Amati bagian putih matanya saat ia menyusu. Bila benar sakit kuning biasanya akan terlihat jelas di matanya.

Kuning pada bayi timbul karena adanya timbunan bilirubin (zat/komponen yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah) di bawah kulit. Itulah sebabnya kulit bayi terlihat kuning. Selagi masih dalam kandungan, janin membutuhkan sel darah merah dalam jumlah sangat banyak karena paru-parunya belum berfungsi. Sel darah merah inilah yang bertugas mengangkut oksigen dan nutrien dari ibu ke bayi melalui plasenta.

Namun begitu lahir, paru-parunya sudah berfungsi sehingga sel darah merah yang berfungsi sebagai sarana transportasi ini tidak dibutuhkan lagi. Sel-sel ini kemudian dihancurkan dan salah satu hasil pemecahannya adalah bilirubin. Pada bayi lahir cukup bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl. Sedangkan bayi prematur, batas amannya adalah 10 mg/dl. Jika tergolong ringan, bayi tidak memerlukan pengobatan khusus. Cukup dengan terapi sinar biru (blue light) selama di rumah sakit atau menjemurnya di bawah sinar matahari pagi bila sudah di rumah.

Yang mengkhawatirkan dan dikatakan parah bila kadar bilirubinnya lebih dari 20 mg/dl. Atau timbul tanda-tanda keracunan bilirubin, antara lain kejang. Kalau sudah seperti ini mau tidak mau harus dilakukan transfusi tukar. Tindakan ini diperlukan untuk membuang bilirubin indirek yang bersifat toksik dalam tubuh bayi. Terutama bila sudah mencapai saraf otak karena sel-sel otak yang rusak tidak dapat diperbarui atau digantikan oleh apa pun.