Syaraf motorik memang dapat membantu anak berkembang dengan baik. Untuk itu, bagi orangtua sebaiknya perlu untuk mengetahui bagaimana cara terbaik unuk melatih motorik halus anak.

Dio Gracias, bayi berumur 17 bulan, mengambil buku dari dalam tas sang mama dan merobek-robek setiap lembar kertasnya tanpa mengerti apakah itu kertas berharga atau bukan. Sepertinya Dio sangat menikmati mainan kertasnya itu karena terlihat tidak rewel.

“Dio gak boleh robek-robek, ini penting. Udah Dio tidur aja sini,” ucap sang ibu, Haznia, 26, yang langsung mengakhiri kegiatan Dio merobek kertas dan Dio seketika itu juga menangis.

Yang dilakukan oleh Nia merupakan perlakuan yang salah dalam melarang anak. Seharusnya yang musti dilakukan adalah dengan mengambil selembar kertas dan perlihatkan cara merobek yang benar kepada anak. Seketika anak akan merobek kertasnya secara perlahan karena mengikuti gerakan Anda. Karena orangtua harus tahu bahwa gerakan-gerakan sederhana tersebut ternyata memiliki manfaat yang besar untuk anak, yang di antaranya untuk melatih keterampilan motorik halus anak.

Perkembangan motorik halus anak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.

Dikatakan oleh psikolog yang juga konsultan biro pendidikan Go Bion, Bandung, Alfa Handayani SPsi, masa tiga tahun pertama dalam perkembangan anak adalah saat ideal untuk mempelajari keterampilan fisik. Itu dikarenakan, pada masa tersebut anak memiliki tubuh yang masih lentur dan lebih mudah diarahkan.

“Terlebih, anak yang masih kecil lebih berani ketimbang anak yang lebih besar untuk mencoba sesuatu yang baru. Hal ini akan memotivasinya untuk belajar,” kata psikolog lulusan Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran, Bandung ini.

Alfa menjelaskan, dua istilah yang penting dalam memahami perkembangan motorik anak adalah kematangan dan latihan. Kematangan terkait dengan kesiapan organ-organ fisik dalam menguasai keterampilan baru, terutama dalam perkembangan gerakan motorik kasar di tahun pertama. Anda akan melihat bayi “otomatis” menguasai kemampuan-kemampuan tersebut.

Seperti halnya tengkurap di usia 4 bulan, duduk di usia 6 bulan, merangkak di usia 8 bulan, dan berdiri di usia 9 bulan. Setelah anak siap berjalan, maka keterampilan berjalan yang benar seperti tidak jinjit, berlari, atau memanjat selanjutnya perlu dilatih.

“Latihan ini diperlukan untuk penguasaan beberapa keterampilan motorik yang khusus, dengan begitu anak juga siap untuk diarahkan dalam mempelajari tingkat keterampilan yang lebih tinggi,” paparnya.

Nah, keterampilan motorik anak tersebut biasanya dikaitkan dengan fungsi mata dalam mengarahkan fokus gerakan sehingga lebih sering disebut kemampuan “koordinasi mata-tangan”. Kemampuan konsentrasi anak juga turut menentukan dalam mempelajari keterampilan motorik halus.

Beberapa anak yang mengalami gangguan konsentrasi agak kesulitan untuk mempelajari hal-hal yang membutuhkan keterampilan motorik halus karena sering “tergoda” untuk melakukan hal lain sebelum dia benar-benar menguasai suatu hal.

“Namun orangtua tidak perlu khawatir karena kemampuan konsentrasi ini akan semakin baik sejalan dengan bertambahnya usia. Orangtua juga akan melihat bahwa anak akan mampu bertahan cukup lama dalam mengerjakan atau memperhatikan hal-hal yang diminatinya,” kata Alfa.

Ketika anak sudah makin menguasai gerakan fisiknya, anak akan semakin yakin dan percaya diri ketika mengerjakan sesuatu. Dengan keterampilan motorik yang baik, si kecil juga dapat leluasa bermain kejar-kejaran, melompat, maupun memanjat seperti anak-anak lainnya.

Gerakan yang membutuhkan energi dan keterampilan motorik kasar yang baik, terutama menonjol di permainan anak laki-laki. Sementara itu, anak perempuan cenderung lebih tertarik pada permainan boneka atau role playing, di mana motorik halus muncul lebih dominan.

“Anak-anak yang memiliki perkembangan motorik sejalan dengan kemampuan teman sebayanya akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam permainan dengan kelompoknya,” papar psikolog yang juga menjadi staf pengajar di Universitas Islam Bandung (UNISBA).

Masih dikatakan oleh Alfa bahwa kematangan dan latihan adalah kunci dalam mempelajari sesuatu. Apabila anak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya, bukan berarti kemudian orangtua berhenti mendorongnya, tetapi yang harus dilakukan adalah dengan memberi stimulasi agar si kecil mau belajar dan menguasai keterampilan tertentu.

“Yang perlu dimiliki oleh para orangtua adalah kepekaan mengenali situasi anak,” tandasnya.

Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan dan jari yang terkoordinasi dengan penglihatan. Pada bayi, motorik halus harus terus dirangsang. Untuk itu, cinta, dukungan, dan kemampuan orangtua untuk membuat anak merasa nyaman akan sangat membantu anak dalam berlatih kemandirian dan membangun rasa percaya dirinya sehingga keterampilan motorik halus pun terangsang. (Okezone.com)