Awas Transgenik Bikin Keguguran
Senin, 01 November 2010
Dokter, saya perempuan 22 tahun, sehari-hari kegiatan saya kuliah dan membantu orangtua. Ada permasalahan yang ingin saya tanyakan ini. Saya termasuk kelebihan berat badan dan belakangan ini menstruasi saya tidak lancar setiap bulannya.

Kadang 1 bulan tidak menstruasi sama sekali, tapi bulan berikutnya menstruasi cukup banyak.

Saya takut ini merupakan tanda-tanda penyakit hyperplasia endometrium. Itu saya ketahui dari beberapa sumber yang pernah saya baca. Dari sumber itu saya melihat penyakit itu menyebabkan ketidaksuburan dan bisa menjadi kanker rahim. Lantas, apa yang harus saya lakukan, Dokter? Semoga dokter berkenan menjawab kegelisahan saya, sebab teman saya juga mengalami hal yang sama. Terima kasih.
Helen – melalui email

Dear Helen,
Dengan pertanyaanmu saya mempunyai peluang mendiskusikan begitu banyak hal yang saat ini sudah harus menjadi perhatian kita bersama – seandainya pemerintah masih belum mau memperhatikan.

Wanita muda seusiamu dengan gangguan haid bisa disebabkan oleh banyak hal. Karenanya, jangan mulai mengambil alih ’pekerjaan dokter’ dulu ya, dengan menebak-nebak masalah kesehatan yang akhirnya malah bisa jadi salah atau kebablasan dan ’parno’ sendiri…

Kata ’hiperplasia’ menunjuk pada pertumbuhan yang berlebihan. Bila ini terjadi pada selaput lendir dalam rahim (endometrium) maka disebut hiperplasia endometrium. Selaput lendir dalam rahim normalnya berkembang dan ’rontok’ sesuai dengan siklus menstruasi.

Ketika darah mens keluar, maka selaput lendir ini pun ikut rontok (karena tidak dipakai untuk kehamilan, sebagai tempat ’nancap’nya plasenta bayi) dan dinding dalam rahim ’gundul’ – yang akan tumbuh lagi sesuai dengan kadar hormon perempuan (estrogen) yang mengatur pertumbuhannya. Estrogen bertanggung jawab untuk pertumbuhan selaput lendir (endometrium ini) sedangkan bila sudah terbentuk baik maka hormon progesteron mengambil alih peran untuk mempertahankan ketebalan selaput lendir rahim ini dan mengontrol pertumbuhannya.

Hari ’subur’ perempuan yang sering disebut ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid keluar. Jadi, pada ovulasi itu sel telur dari indung telur ’pecah’, keluar ’menunggu’ di saluran telur. Bila yang ’ditunggu’ (tentunya sperma ya!) tidak muncul juga, maka sel telur mengalami kemunduran, terjadi penurunan drastis kadar estrogen dan progesteron sehingga menstruasi terjadi.

Siapa Yang Berisiko?
Hiperplasia endometrium bukan ’kelainan tubuh tanpa sebab yang jelas’. Saat ini segala sesuatunya dengan gamblang bisa diterangkan asal ketelitian dan kejujuran pada saat pasien-dokter berkomunikasi terjadi.

Perempuan-perempuan yang mempunyai berat badan berlebih (overweight), penderita kencing manis (atau sedang menuju ke arah itu), pernah didiagnosa dengan polycystic ovary syndrome (indung telur mempunyai kista), atau menjelang menopause di mana ketidaksetimbangan hormon terjadi (estrogen lebih berperan ketimbang progesteron), atau mereka yang diberi ’terapi’ sulih hormon pada usia menopause yang lagi ‘trend’ itu: akhirnya kebablasan mempunyai kadar estrogen tinggi sementara progesteronnya tidak diperhatikan.

Dan yang paling menarik, adalah konsumsi bahan pangan sebagai produk GMO (Genetic Modified Organism) atau transgenik. Dari penelitian terakhir yang sudah dipublikasikan (The Anatomical Record, 2009), terbukti bahwa tikus percobaan (tentunya tidak mungkin dilakukan pada manusia, dengan alasan etika biomedik) yang diberi makan kedele transgenik menunjukkan adanya perubahan hormonal yang berakibat pada hiperplasia endometrium dan pembesaran kelenjar.

Stanley Ewen, seorang pakar patologi Inggris senior menyebutkan bahwa ’sesuatu’ dari kedele transgenik itu memporakporandakan indung telur dan ovarium hewan percobaan tersebut.

Tentang Produk Pangan GMO/ Transgenik
Beliau prihatin dengan perubahan hormonal yang terjadi pada hewan percobaan itu. Karena sebetulnya itu merupakan cermin yang sama persis, yang bisa terjadi pada manusia (perempuan), yang akhirnya berimbas pada kesehatan reproduksinya.

Pendarahan menstruasi yang tidak pada siklusnya (metrorhagia) dan sangat banyak (menorrhagia) menjadi sangat sering dijumpai pada perempuan masa kini.

Kedele GMO dikenal dengan istilah ’Roundup Ready’. Melalui susupan genetik bakteri, kedele yang diperlakukan ‘khusus’ ini menjadi super ’sakti’ – sehingga tetap bertahan hidup sekalipun disemprot anti hama tanaman. Bahan aktif anti hama yang disebut glyphosate terkumpul dalam biji kedele, yang akhirnya dikonsumsi oleh siapa saja, termasuk manusia. Glyphosate ini menyerang kestabilan hormon manusia, selain itu juga toksik terhadap ari-ari/ plasenta, yang menjamin hidupnya janin sebagai pemasok zat gizi dan oksigen dari darah ibu sekaligus ari-ari juga menyalurkan pembuangan metabolisme tubuh janin.

Glyphosate yang dibutuhkan untuk ’membunuh’ plasenta sangatlah kecil, cukup 1/500 dari dosis untuk mematikan rumput liar. Yang perlu menjadi perhatian adalah residual level, yaitu jumlah zat berbahaya yang masih dipertahankan sel, tidak bisa dibuang melalui proses detoksifikasi tubuh. Akhirnya makin lama makin menumpuk dosis mematikan dalam sel, yang berkembang menjadi gangguan kesehatan, kecacatan bahkan kematian atau keguguran.

Sebenarnya residual level itu juga terjadi pada semua produk pangan buatan, yang melibatkan pengawet, pewarna, perasa, dalam pembuatan makanan di pabrik! Jadi, meributkan ’level aman’ untuk setiap kali dimakan sudahlah ketinggalan zaman, karena apa yang dimakan hari ini tidaklah lenyap dibuang tubuh esok pagi. Melainkan masih ditumpuk dalam sel tubuh manusia dan terus bertambah banyak!

Dalam penelitian epidemiologi Kanada yang mencermati 4000 kehamilan dari 1898 pasangan suami istri, perempuan yang terpapar glyphosate selama tiga bulan sebelum hamil mempunyai risiko yang sangat signifikan untuk keguguran terutama bagi yang berumur 34 tahun ke atas (Arbuckle TE, Lin Z, Mery LS. 2001. An exploratory analysis of the effect of pesticide exposure on the risk of spontaneous abortion in an Ontario farm population. Environ Health Perspect 109:851-57.) Peran pria sebagai pasangannya pun sama. Calon ayah yang terpapar glyphosate sebelum istrinya hamil menunjukkan keguguran spontan dari kandungan istrinya atau kelahiran prematur (Savitz DA, Arbuckle T, Kaczor D, Curtis KM. 1997.Male pesticide exposure and pregnancy outcome. Am J Epidemiol 146(12):1025-36.).

Di Argentina, naiknya cacat lahir dimulai sejak beberapa tahun terakhir ini. Daerah Cordoba di mana masalah tersebut ditemukan dengan keguguran berulang ternyata mempunyai wilayah pertanian GMO.

Melalui percobaan yang telah diekspos bulan April 2010 oleh para peneliti dari Russia’s Institute of Ecology and Evolution of the Russian Academy of Sciences and the National Assoc.for Gene Security hewan percobaan hamster yang diberi makan kedele GMO selama 2 tahun berturut-turut terbukti bahwa pada generasi ketiga hewan percobaan tersebut terjadi kemandulan. Bukan itu saja, bagi yang bertahan hidup memperlihatkan keterlambatan tumbuh kembang, tingginya angka kematian di usia dini dan kejadian aneh seperti tumbuhnya bulu/rambut di dalam mulut.

Suatu penelitian pemerintah Austria yang dipublikasi di bulan November 2008 menunjukkan bahwa semakin banyak jagung transgenik diberikan pada tikus percobaan, semakin sedikit bayi tikus yang dilahirkan dan semakin kecil ukuran tubuhnya.

Tanpa setahu kita, sudah banyak produk agrikultur yang ’direkayasa’ secara genetik. Yang tentunya dibutuhkan masyarakat dalam jumlah besar sebagai ’makanan pokok’ sesuai ’kepercayaan’ tentang memberi ’rasa kenyang’. Beras, kentang, jagung, kedele, wortel, tebu, sama sekali tidak luput. Tanaman menjadi begitu ’super sakti’nya sehingga mampu bertahan dalam berbagai cuaca, bahkan tahan air asin, bertahan terhadap serangan hama mana pun (tentunya dibantu dengan semprotan herbicida atau pestisida yang super ampuh).

Yang penting rakyat kenyang. Kalau perlu impor habis-habisan produk GMO dari negeri lain, tampang lebih bagus, harga lebih murah. Saat ini. Besok? Soal nanti. Aduh…

Boks
Jalan keluarnya…
Bereskan permasalahan gangguan haid dari sumbernya. Bagi yang overweight apalagi sudah menderita diabetes, atur gaya hidup dan pola makan serta gerak tubuh (baca paparan saya di edisi-edisi Nyata terdahulu, sudah banyak lho). Berhentilah menyikapi masalah jelang menopause dengan obat-obatan atau terapi sulih hormon yang tidak bertanggung jawab. Menopause adalah kondisi normal dalam seluruh sejarah umat manusia sejak awal manusia diciptakan. Tubuh akan menyesuaikan diri bila manusia-nya pun ’tahu diri’. Menghadapi masalah sesuai secara proporsional, menjadi lebih aktif bergerak, melihat dengan kacamata bijaksana (kan sesuai umurnya!) “Apa yang bisa saya ubah, dan apa yang memang bukan wewenang saya untuk mengubahnya”.

Menikmati kebersamaan dengan keluarga dan bersyukur dengan apa yang dimiliki. We have what we have, we cannot have what we don’t have. Indah kan?

Saya sangat menganjurkan bagi siapa pun yang ingin menjadi kritis dan menyelamatkan keutuhan manusia dengan rajin mengikuti perkembangan melalui akses internet, belajar menjadi mau tahu’. Ketika banyak penduduk dunia mencanangkan bulan Oktober sebagai bulan gerakan anti produk GMO, banyak orang-orang pintar di negeri kita masih sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Silahkan klik ‘Institute for Responsible Technology’ di google atau wahana pencari lainnya, maka mata kita akan terbuka lebar tentang apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Bukan di tanah air orang lain, tapi bisa jadi di tanah air kita sendiri…