Waspada ya Bunda terhadap benda yang membuka dan menutup yang dapat menyebabkan si kecil kejepit.

Tiba-tiba Galuh menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Alamak, Galuh kejepit pintu mobil! Bunda, harap hati-hati ya... Perihal kejepit ini memang bisa dialami si kecil dimana saja dan kapan saja. Baik di luar pengawasan orangtua, maupun akibat perbuatan si kecil sendiri. Maklum, si tiga tahun adalah bocah yang sedang aktif-aktifnya, serba ingin terburu-buru dan memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala hal.

Bila anak kejepit, lihat kondisinya. Jika sampai bengkak dan membuat suhu badan anak meninggi karena menahan sakit, segera periksa ke dokter karena mungkin saja ada tulang yang retak atau bergeser. Jika ingin memastikan kondisi fisik anak tidak ada yang berubah, lakukan rontgen. Namun jika kondisinya tidak parah, obati dengan obat gosok agar tangan yang kejepit terasa hangat.

Hanya saja yang perlu diingat, jika si kecil kejepit di luar pengawasan Anda, memarahinya adalah tindakan yang tidak tepat. Apalagi memaksanya menjelaskan kejadian yang menimpanya, ini menimbulkan rasa tidak nyaman bagi si kecil. Dan pasti, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Anda di tengah kondisi yang ia sendiri kesakitan, panik, dan ketakutan dimarahi Anda. Jadi, nyaris merupakan kesia-siaan bila orangtua ngotot mengorek pengalaman terjepit yang dialami si anak batita.

Agar anak bisa menjawab dengan tenang, orangtua harus bisa mengupayakan tempat yang nyaman seperti di kamar tidur atau di luar rumah. Dalam kondisi demikian, anak biasanya akan menjawab pertanyaan itu dengan santai dan jujur. Meski mungkin anak akan memberikan jawaban dengan sedikit kata dan banyak isyarat tubuh tentang luka di tubuhnya.

Jika si anak sudah bisa menjawab pertanyaan, atau bahkan tidak bisa menjawab sama sekali, orangtua bisa mengorek informasi dari orang sekitar yang saat itu berada dekat dengan anak. Jika cara ini juga tidak berhasil, orangtua bisa menanyakan langsung pada si pengasuh. Bila perlu, berikan jaminan Anda tidak akan memecatnya jika ia mau berterus terang.

Dengan cara itu, diharapkan dia bisa menceritakan kejadian dengan sebenar-benarnya. Pengasuh yang baik pastinya akan berterus terang menceritakan peristiwa apa pun yang menimpa anak asuhnya. Ia tidak akan menutup-nutupi, bahkan langsung melaporkan saat majikannya datang. Misal, “Bu tadi Adek jatuh dari mainan kuda-kudaan. Tangannya lecet dan saya sudah menetesinya dengan obat luka.”

Yang penting, terus monitor perilaku dan sikap si kecil saat di rumah maupun kala bermain di luar rumah. Cara ini sangat efektif mengingat kemampuan berkomunikasi anak batita sangat terbatas. Batita awal, contohnya, manalah bisa diharapkan mampu menuturkan kejadian buruk yang dialaminya dengan lancar, jelas, dan lengkap. Jadi, jangan paksa si kecil menjelaskan. Tunggu sampai tangisnya reda, dan sampai ia dalam keadaan nyaman untuk menceritakan.

Jangan lupa untuk menjelaskan hal-hal apa saja yang harus ia hindari agar kejadian terjepit tidak lagi terulang.