Amati perkembangan si kecil, bila menemui keanehan dalam perilakunya yang tidak umum dilakukan anak seusianya, mungkin saja si kecil terindikasi autis.

Anak saya 18 bulan, karena aktif ia saya masukkan ke playgroup. Yang jadi kekhawatiran saya, ia tidak bisa berkonsentrasi untuk mengikuti permainan ataupun bermain bersama teman-temannya. Anak saya hanya tertarik dengan mobil-mobilan dan memutar-mutar setirnya. Di rumah juga ada sepeda tapi jarang dinaikinya, malahan dibalik kemudian diputar-putar rodanya, anak saya juga suka berputar-putar, mengepak-ngepakkan tangannya, jika melihat iklan di tv sulit sekali dipanggil, belum bisa bicara, senang mencium-cium kaki orang lain atau menggigit jempol kaki orang lain, tidak kreatif, mendekatkan mata ke tv, sering menjatuhkan atau membanting apa saja. Bila bermain, mainannya diacak-acak dan senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan. Apakah anak saya terindikasi autis?

Itulah isi sebuah surat Gita Pratiwi dari Yogyakarta yang ditujukan kepada sebuah lembaga yang menangani anak-anak penderita autisme. Surat ibu Gita pun langsung mendapatkan tanggapan. Jawaban itu menunjukkan bahwa semua tanda atau gejala tadi memang adalah ciri-ciri dari autisme.

Autisme umumnya muncul pada anak sebelum usia tiga tahun. Penderita autisme biasanya mengalami gangguan interaksi sosial, gangguan dalam berkomunikasi, dan memiliki perilaku, minat, aktivitas hanya itu-itu saja dan dilakukan berulang-ulang. Misalnya, minat tidak sesuai dengan umurnya, melakukan gerakan aneh berulang-ulang, terpaku pada bagian obyek, dan sangat menyukai televisi atau iklan.
Pada umumnya penderita autis mengalami gangguan dengan interaksi sosialnya seperti perilaku nonverbal, tidak bermain dengan teman sebayanya, tidak berbagi kesenangan dengan orang lain, tidak ada respons emosi timbal balik, dan tidak mau meniru. Penderita autis juga mengalami gangguan komunikasi. Contohnya, penderita mengalami keterlambatan bicara atau tidak bicara atau gangguan kualitas bicara (bicara tidak lama). Tetapi, bisa juga si penderita melakukan pengulangan kata atau kalimat (ekolalia) dan berbicara dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti.

Autisme hingga kini belum diketahui penyebabnya. Anak yang menderita autis dapat dikenali karena perilakunya yang menunjukkan sikap berbeda dari anak kebanyakan. Bila belum terlambat, autis bisa disembuhkan. Beberapa jenis terapi yang biasa digunakan pada penderita autis adalah terapi medis, terapi biomedis, terapi alternatif, homeopati, naturopati, pijit, tusuk jarum, terapi perilaku, okupasi dan bicara. Saat ini sudah banyak pusat terapi untuk penderita autis.

Diagnosis dini pada anak autis sangat menentukan masa depannya. Untuk membantu menstimulasi perkembangan anak, orang tua bisa melakukan hal-hal lain di rumah seperti: (1) Memberikan stimulasi dua arah; (2) Selalu berbicara dengan anak Anda; (3) Berikan dorongan pada anak agar anak mau bertanya; (4) Dengarkan anak dan ajak bermain; (5) Bacakan cerita menjelang mau tidur; (6) Setiap mengajarkan kata tunjukkan bendanya; (7) Ajarkan lagu yang disukai; (8) Rencanakan berjalan- jalan.Nah bu, bila menemui gejala keanehan perilaku anak seperti pada kasus ibu Gita, sebaiknya bawa anak secepat mungkin pada seorang dokter atau psikolog yang biasa menangani autisme, sehingga secepat mungkin ditangani. Tapi, tetap yang paling penting adalah selalu berikan perhatian pada putra putrinya ya...