UNTUK pengobatan penyakit, selama ini antibiotik selalu menjadi andalan. Namun, belakangan makin banyak orang yang me­milih probiotik mencegah dan melakukan proses penyembuhan.

Jika seseorang mengalami sakit, umum­nya dokter akan memberi obat antibiotik untuk menyembuhkan penyakitnya. Meski ampuh, ternyata obat-obatan anti biotik dinilai memiliki efek samping.

Fungsi antibiotik adalah membunuh bakteri-bakteri jahat yang ada di dalam tubuh. Namun, bukan hanya bakteri jahat, terkadang bakteri yang dibutuhkan tubuh pun terbunuh obat antibiotik. Akibatnya, keseimbangan bakteri di dalam tubuh terganggu dan dapat menimbulkan pe­nyakit lain.

“Tubuh kita membutuhkan bakteri baik, juga bakteri jahat untuk mengurai apa yang kita makan agar bisa dikeluarkan dalam ben­tuk kotoran. Namun, jumlahnya harus seimbang, jangan sampai bakteri jahat lebih banyak daripada bakteri baik,” ujar Prof. Dr.dr. Robert Utji dari Departemen Mi­krobiologi Fakultas Kedokteran Uni­versitas Indonesia.

Meski membunuh kuman penyakit, tak jarang antibiotik juga membunuh bakteri baik sehingga keseimbangan bakteri di dalam tubuh terganggu. Karena hal itu, belakangan mulai banyak orang yang me­ninggalkan antibiotik dan beralih ke pro­biotik untuk penyembuhan penyakitnya.

“Probiotik adalah kuman hidup dalam jum­lah tertentu yang dapat mengubah mi­croflora yang lain dengan cara menempel dan tinggal di tempat tersebut. Dengan mengkonsumsi probiotik akan mem­be­rikan efek menguntungkan bagi kesehatan, minimal seseorang jadi jarang diare,” katanya.

Sebab, menurut Robert Utji, probiotik menciptakan keseimbangan bakteri di dalam tubuh. Dengan adanya probiotik juga membuat dinding sel menjadi lebih kuat sehingga tak mudah diserang bakteri jahat penyebab penyakit. Bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam probiotik antara lain; Lactobacillus, Bifidobacterium dan Saccharomyces.

Berbeda dengan antibiotik yang ke­ba­nyakan dibuat dari bahan kimia, probiotik berasal dari bahan-bahan alami, seperti susu.

Robert Utji mengatakan, di dalam air susu ibu (ASI) banyak terkandung Bifi­do­bacterium Longum. Menurut dia, bayi yang sejak lahir diberikan ASI akan lebih kuat kondisi tubuhnya dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI.

Selain di dalam ASI, probiotik jenis Lac­tobacillus dapat ditemukan pada susu fermentasi. Hal ini sudah diketahui sejak 1907 melalui penelitian yang dilakukan Dr. Ellie Metccnikoff.

Berdasarkan riset yang dilakukannya terhadap penduduk Bulgaria yang gemar minum susu fermentasi, pemenang hadiah nobel Rusia itu mencetuskan, minuman ter­sebut membuat manusia lebih sehat dan ber­umur panjang. Metccnikoff percaya bah­wa bakteri baik bermanfaat untuk me­ningkatkan kesehatan tubuh secara ke­seluruhan