Anemia atau yang biasa disebut dengan penyakit kurang darah adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (HB) seseorang di bawah normal akibat kurangnya zat besi. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal. Pada orang dewasa, batas normal hemoglobin adalah 12 gr/dl, sementara pada anak berusia di atas 1 tahun hingga masa pubertas dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl.

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, seperti perempuan yang sedang hamil dan menstruasi, para pekerja, mereka yang melakukan program diet, dan tak terkecuali bayi serta anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Penyebab

Penyebab anemia dapat bermacam-macam. Namun faktor utama penyebab anemia kekurangan zat besi adalah asupan besi yang tidak adekuat karena makanan yang kurang mengandung zat besi.

pada bayi baru lahir Anemia bisa terjadi akibat, kehilangan darah, penghancuran sel darah merah yang berlebihan atau gangguan pembentukan sel darah merah.

pada bayi yang terlahir prematur anemia biasanya disebabkan oleh hilangnya darah karena proses pemeriksaan darah yang dilakukan berulang untuk keperluan tes laboratorium atau juga karena berkurangnya pembentukan sel darah merah.

anemia juga bisa terjadi pada bayi berusia 3-6 bulan jika diberikan susu sapi atau susu formula yang tidak diperkaya dengan zat besi.

sedangkan pada anak-anak, anemia bisa diakibatkan infeksi cacing tambang, malaria, atau pun disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

Gejala Anemia

Umumnya penderita anemia akan terlihat lemah, lesu, lunglai, letih, muka pucat, merasa kurang bergairah, mata berkunang-kunang, daya tahan tubuh menurun dan mengalami keringat dingin.

Sementara pada bayi yang mengalami anemia biasanya mengalami gejala :terlihat

Terlihat lebih rewel
Nafsu makan menurun
Kulit terlihat pucat
suhu tubuh kadang-kadang dingin
Mengalami penurunan daya tahan tubuhnya sehingga mudah jatuh sakit

Dampak

Anemia pada bayi, dampaknya baru bisa terlihat ketika anak memasuki usia pra sekolah dan usia sekolah. Mereka akan mengalami gangguan konsentrasi, memiliki daya ingat rendah, kemampuan memecahkan masalah rendah, gangguan perilaku, serta tingkat IQ yang lebih rendah. Sudah pasti ini akan mempengaruhi kecerdasan dan kemampuan fisiknya.

Pencegahan dan Penanganan
Pemeriksaan kadar zat besi pada bayi dan balita mulai umur enam bulan secara rutin
Tingkatkan pemberian ASI eksklusif
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, seperti buah-buahan segar dan sayuran yang banyak mengandung vitamin C. Zat besi paling banyak terkandung dalam hati, daging sapi, telur, ikan, gandum, jagung, kentang, ubi jalar, talas, beras merah atau putih, ketan hitam, kacang-kacangan, kismis, tahu, dan kacang mete, kurma, apel, jambu, pepaya, belimbing, alpukat, nangka, salak, dan srikaya

Berikan zat besi tambahan pada penderita anemia karena kekurangan zat besi. Pemberian suplementasi besi dapat dipenuhi lewat susu formula maupun sereal yang mengandung besi (tron fortified milk formula dan iron fortified infant cereal). Pemberian diet serta suplementasi besi ini diberikan sejak bayi berusia 6 bulan, sedangkan pada bayi prematur dapat dimulai lebih cepat yaitu pada usia beberapa minggu karena kebutuhannya meningkat untuk pertumbuhan

Transfusi darah diberikan jika terjadi gejala anemia yang berat dimana kadar hemoglobin kurang dari 3 g/dl, atau kurang dari 6 g/dl dengan didapatkan tanda-tanda gagal jantung

Pola hidup bersih dan sehat, seperti membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan sabun