Ini sebuah kisah yang bisa mengundang air mata siapa saja yang membacanya. Kisah ini saya dapat dari seorang rekan melalui e-mail. Setiap kali membaca kisah nie mesti bergenang air mata. Walaupun manusia memang sering melakukan kehilapan...mungkin ada kehilapan yang dilakukan bisa di maafkan atau diperbaiki kembali..dan mungkin juga ada kesalahan yang dilakukan bakal mengundang kekesalan yang tidak berpenghujungnya. Karena itu Allah telah memberi akal kepada setiap manusia supaya boleh menilai menimbang dan berfikir sebaik-baiknya dalam melakukan sesuatu samada baik atau sebaliknya..terlajak perahu boleh diundur..terlajak perbuatan..sesal selamanya...



Kisah Si Kecil Ita...



Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun melukis teras tempat letak mobil ayahnya tetapi karena dibuat dari marmar,lukisan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya....karena mobil itu bewarna gelap, lukisannya jelas. Apa lagi anak ini pun melukis dgn melahirkan kreativitasnya. Hari itu bapa dan ibunya pergi dgn motor ke tempat kerja karena jalannya macet ada perayaan Thaipusam.

Penuh sebelah kanan dia beredar ke sebelah kiri mobil. Dilukisnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu langsung tak disadari si pembantu rumah.

Pulang petang itu, terkejut besar pasangan itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran ansuran yang belum habis dibayar, berbatik-batik.

Si bapa yang belum pun masuk ke rumah terus menjerit, 'Siapa punya kerja ni?' Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. .Mukanya merah padam ketakutan tambah-tambah melihat wajah bengis tuannya.

Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 'Tak tahu... !''Saya tak tahu Tuan..!

''Duduk di rumah sepanjang hari tak tahu, apa kau buat?' herdik si isteri lagi.

saat anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamar. Dengan penuh manja dia berkata 'Ita buat ayahhh.. cantik kan !' katanya menerkam ayahnya ingin bermanja seperti biasa.

Dengan kasih murni seorang anak yang belum memahami apa-apa, menarik lembut kantung celana abahnya, manja.

Si ayah yang hilang sabar mematahkan ranting kecil pokok bunga raya didepannya, terus dipukul bertalu-talu tapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan.

Puas memukul tapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan diri, mungkin setuju dan berasa puas dengan hukuman yang dikenakan.Pembantu rumah melopong, tak tahu mau buat apa-apa, sungguh kesian dan teramat sedih, namun dia sangat takut .

Si bapa cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya. Setelah merasa puas, si bapa masuk ke rumah dituruti si ibu. Pembantu rumah segera memeluk dengan penuh sayang dan duka, cepat-cepat menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dilihatnya tapak tangan dan belakang tangan si anak kecil calar balar.Menangis teresak-esak keduanya, dalam kamar.Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia menangis. Anak kecil itu pula terjerit-jerit menahan kepedihan sebaik calar-balar itu terkena air.

Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapa sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anakbengkak. Pembantu rumah mengadu. 'oleskan minyak gamat tu!' balas tuannya, bapa si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak menyapa anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapa konon mau mengajar anaknya.

Tiga hari berlalu, si ayah langsung tidak menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. 'Ita demam... ' jawap pembantunya ringkas. 'kasih minum panadol tu,' balas si ibu.

Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia melihat kamar pembantunya. saat dilihat anaknya ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup kembali pintu.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahu tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. 'Petang nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap' kata majikannya itu.

Sampai waktunya si anak yang longlai dibawa ke klinik. Doktor mengarahnya ia dirujuk ke rumah sakit karena keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat doktor memanggil bapa dan ibu anak itu.

'Tiada pilihan..' katanya yang menyarankan agar kedua-dua tangan anak itu dipotong karena jangkitan yang sudah menjadi gangren sudah terlalu parah.

'Ia sudah bernanah, demi nyawanya tangan perlu dipotong dari siku ke bawah' kata doktor. Si bapa dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dirinya jungkir balik, tapi apalah dapat dikatakan.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapa tergetar-getar menandatangani surat persetujuan pembedahan.

Keluar dari ruang pembedahan, setelah obat bius yang di pakai habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga terpinga-pinga, melihat kedua- dua tangannya berbalut putih.

Direnung muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah.Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak yang keletah bersuara dalam linangan air mata...

'Abah.. Mama... Ita tak lakukan lagi. Ita tak mau ayah pukul. Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang mama.' katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa.

'Ita juga sayang Kak Narti..' katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung seperti histeria.

Tidak seorang pun yang melihat suasana itu tidak menangis.... 'Abah.. kembalikan tangan Ita. Buat apa di ambil.. Ita janji tak lakukan lagi! Ita mau makan, bagaimana? mau main bagaimana? Ita janji tak conteng mobil lagi,' katanya bertalu-talu.

Bagaikan gugur jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraunglah dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya..

"Didiklah dan pukullah anak anda dengan penuh kasih sayang, bukan untuk lepaskan geram & marah anda...." (,")(",)