Kalau perlu, abaikan ajakan bermainnya di waktu tidur malam tiba.
Umumnya, anak usia batita sudah pergi tidur malam sekitar pukul 8 dan bangunnya sekitar pukul 6 atau mungkin sedikit lebih siang. Sebetulnya, anak yang dibiasakan dengan pola tidur teratur, akan mudah tidur malam. Dengan sendirinya pada jam-jam tersebut karena irama jam biologisnya akan mengikuti.
Tetapi memang, pada usia batita sering ditemui anak yang tidur larut malam. Namun, apa pun penyebabnya, anak seperti ini berarti mengalami gangguan tidur. Tarafnya masih tergolong ringan kecuali bila frekuensi tidur larut malamnya sering sekali.
Kebiasaan tidur larut malam perlu dikoreksi karena akan berdampak tak baik buat kesehatan anak. Antara lain, membuatnya lelah secara fisik karena kurang tidur. Ketika bangun pagi, anak biasanya masih mengantuk atau malah susah bangun. Secara psikologis, ia jadi malas melakukan sesuatu, kurang bersemangat, mungkin mudah rewel, dan lekas marah.
Orangtua pun terkena dampaknya. Waktu untuk beristirahat yang dibutuhkan setelah bekerja keras sepanjang hari, otomatis akan terganggu dengan pola tidur si batita yang kacau. Waktu tidur berkurang karena harus menemani si kecil yang tidurnya larut. Dampaknya akan memengaruhi kondisi emosi juga; rasa penat membuat orangtua tidak sabar, gampang marah, dan anak juga yang akan menjadi sasaran kemarahan.
Jika gangguan tidur ini dibiarkan saja, dampaknya bisa terus berlanjut di usia berikutnya. Anak jadi sulit bangun pagi. Ini akan jadi kendala bila anak harus masuk sekolah. Ia juga mungkin kurang bersemangat dan berkonsentrasi dalam menerima kegiatan yang diberikan di sekolah.
Sementara anak yang sudah terbiasa dengan pola tidur teratur, tentu punya waktu tidur yang cukup. Dampaknya juga baik bagi kesehatan fisik dan jiwanya. Tubuh anak akan terasa fit, kondisi emosinya pun baik, tidak gampang rewel dan marah karena anak merasa nyaman dengan dirinya. Di kelompok bermain atau taman kanak-kanak dan selanjutnya, anak dapat dengan mudah menerima kegiatan yang diberikan, termasuk mudah bergaul dengan teman.
Jika gangguan tidur ini cukup serius, mintalah bantuan pada ahli. Barangkali anak mengalami gangguan neurologis ataukah ada masalah dengan psikisnya.

PENYEBAB GANGGUAN TIDUR LARUT MALAM
• Awalnya karena orangtua membiarkan
Anak-anak mungkin pernah sesekali tidur larut malam. Jika orangtua kemudian tidak membantu mengatasi atau malah membiarkannya, lama-kelamaan pola tidur anak berubah. Jam biologisnya pun akan mengikuti pola tidur larut malamnya.
• Anak sedang mengembangkan otonominya
Anak merasa punya power untuk mengatur dirinya. Ditambah pula dengan sikap negativistiknya yang sedang berkembang di usia ini. Ketika orangtua menyuruhnya tidur, si batita mencoba bertahan dan menolak tak mau segera tidur. Bentuk penolakan ini terkait dengan tahap perkembangannya tadi. Apa yang disuruh orangtuanya tidak ingin dia lakukan.
• Ada kekhawatiran berpisah (separation anxiety) dengan orangtua
Bagi anak, mungkin saja tidur bukanlah aktivitas yang menyenangkan. Di usia ini, anak juga memiliki ketakutan akan bermacam-macam hal. Saat tidur malam, ada kecemasan kalau-kalau ditinggal orangtuanya. Anak merasa takut sendirian, takut jika terjadi sesuatu pada orangtua apabila tidak bersamanya.
• Ada tekanan emosi yang tak terungkap
Misal, si batita punya adik bayi dan ia merasa perhatian orangtuanya terbagi. Tekanan secara emosi karena berkurangnya perhatian orangtua bisa membuat anak mengalami gangguan tidur; tidurnya jadi larut. Dengan begitu, ia berharap mendapat perhatian lebih dari orangtuanya.
• Belum mengantuk
Bisa jadi anak masih ingin bermain atau melakukan suatu kegiatan bersama orangtua, ikut menonton tayangan televisi seperti ayah-ibu, dan sebagainya. Bisa juga anak tidak mengantuk karena terlalu lama tidur siang dan waktu tidur malamnya bergeser lebih larut.
• Berharap kedatangan orangtua dari kantor
Sering kali anak-anak yang ditinggal pergi kerja oleh orangtuanya berusaha menahan kantuk supaya bisa bertemu ayah-ibunya. Bisa jadi perhatian di pagi hari dirasa kurang dan ada sesuatu yang diharapkan seperti oleh-oleh untuknya dari orangtua.

UPAYA MENGATASI
Agar tak sampai terjadi gangguan tidur larut malam yang berkelanjutan, maka atasi dengan langkah-langkah berikut:
• Lakukan pembiasaan waktu tidur yang teratur
Tentukan pukul berapa anak seharusnya tidur. Begitu pula dengan waktu bangunnya, agar bisa beradaptasi dengan jadwal playgroup-nya kelak. Lakukan pembiasaan tersebut secara konsisten dan terus-menerus. Lama-kelamaan jam biologis tidur anak pun akan mengikuti.
• Jangan secara mendadak dan tiba-tiba menyuruh anak tidur malam
Sebelum waktunya tidur, lakukan persiapan, yaitu menggosok gigi, cuci kaki, ganti baju dengan piyama, membacakan cerita, dan berdoa. Anak perlu waktu transisi sekitar 5-10 menit untuk naik ke tempat tidur. Jika dilakukan secara tiba-tiba, anak umumnya akan menolak.
• Suasana menjelang tidur malam hendaknya mendukung
Misalnya, lampu kamar diredupkan, lampu ruang keluarga dimatikan, tak ada lagi televisi menyala, dan tak ada lagi aktivitas lain yang bisa menarik perhatian anak dari ritual tidur.
• Perhatikan kenyamanan yang dibutuhkan anak di ruang tidur
Jika anak takut gelap, sebaiknya atur pencahayaan di kamar menjadi redup tetapi tidak gelap. Bersihkan tempat tidurnya, rapikan seprainya, selimuti anak, dan berikan boneka kesayangannya agar ia merasa nyaman di tempat tidur.
• Lakukan kegiatan bermain tenang di kamar
Jika anak menolak tidur di waktu yang dijadwalkan dengan berbagai alasan, ajaklah anak beraktivitas di dalam kamar. Pilih aktivitas yang menenangkan seperti, mendengarkan cerita, bernyanyi lagu tenang, dan mengajaknya bercakap-cakap.
• Perhatikan jam tidur siangnya
Jika anak tidur larut karena tidur siang yang lama, maka kurangi waktu tidur siangnya.

TERBANGUN DI TENGAH MALAM
Bisa terjadi, anak tidur malam sesuai jam tidurnya, namun kemudian di tengah malam terbangun. Ini wajar saja. Biasanya si kecil terbangun karena mau buang air kecil atau haus. Setelah kebutuhannya itu direspons dengan baik oleh orangtua, anak pun akan tidur kembali.
Akan tetapi, ada pula anak yang terbangun tengah malam dan kemudian tidak tidur lagi. Ini juga berarti si anak mengalami gangguan tidur. Orangtua harus memerhatikan apa yang menjadi penyebab si kecil terbangun di tengah malam. Antara lain:
• Ada pengalaman sebelum tidur yang membuatnya resah sehingga ia terbangun di tengah malam. Biasanya adalah pengalaman yang mengecewakan seperti harus berebut mainan dengan adiknya dan merasa orangtua tidak membela dirinya.
• Mimpi buruk (nightmare). Bisa karena anak melihat tayangan yang menakutkan di televisi hingga terbawa dalam mimpi, atau mimpi sesuatu yang menakutkan tanpa sebab sebelumnya. Jika anak terbangun karena mimpi buruk, orangtua perlu menenangkan di samping anak. Tak perlu panik karena anak akan bertambah takut.
• Anak terbangun karena sakit, entah karena terbentur pinggiran tempat tidur atau rasa sakit lainnya. Segera atasi rasa sakit dan penyebabnya. Anak perlu merasa nyaman agar dapat tidur kembali.
• Sebelum tidur banyak makan sehingga pencernaannya tetap bekerja.
• Aktivitas di siang hari berlebihan, contohnya terlalu banyak berlari-lari dan tertawa-tawa.
• Bisa juga karena ada gangguan pada sistem sarafnya yang membuatnya terbangun di malam hari.
• Ingin mendapat perhatian orangtua atau anak ingin melakukan kegiatan seperti bermain.

Abaikan saja keinginan anak bermain dan pergi ke luar kamar. Beri penjelasan pada anak bahwa waktunya untuk tidur dan main bisa dilakukan esok hari. Sebaiknya, orangtua juga tidak menemaninya karena akan memperkuat perilakunya dan mengulang kebiasaan bangun di tengah malamnya. Ini berarti mendukung pola tidurnya yang kacau. Biarkan ia bermain sendiri dengan mainannya di dalam kamar. Hanya saja sebelumnya, pastikan suasana kamar aman buat anak. Selain itu, jangan sediakan banyak mainan dalam kamar yang bisa dimainkan anak saat terbangun di tengah malam. Bila anak dibiarkan main sendiri, ia akan cepat merasa bosan, lelah, dan akan tertidur sendiri.
Sering kali sebelum anak terbangun di tengah malam, ia merengek dalam tidurnya. Jika tampak seperti itu dan penyebabnya bukan karena si anak sakit, orangtua tak perlu mengelus atau menepuk-nepuknya agar tertidur lagi. Bisa-bisa anak malah terbangun. Anak juga jadi tergantung secara fisik pada orangtuanya. Padahal, semakin usianya bertambah, ia sudah harus belajar untuk bisa tidur sendiri. Jadi, sebaiknya abaikan saja dan alihkan pada kenyamanan lain, seperti membetulkan letak selimut dan bantal gulingnya, atau mendekatkan mainan kesayangannya.
Dedeh Kurniasih /nakita
Narasumber Ahli:
Rini Hildayani, M.Si.
dari Fakultas Psikologi UI