1. Trauma

Guru galak atau teman yang nakal tentu meninggalkan trauma berupa perasaan tak aman selama berada di sekolah.

Solusi:

Pastikan apa yang membuat anak trauma dengan cara menggali ceritanya bukan menginterogasi. Kemudian, sampaikan bahwa pengalaman buruk tak perlu terus dipikirkan. Bila menyangkut teman yang "nakal" mungkin kita bisa melibatkan pihak sekolah untuk membicarakan masalah yang terjadi. Memang, trauma tak bisa diatasi dengan mudah. Jika dirasa cukup berat, ada baiknya cari bantuan ahli seperti psikolog untuk mengatasinya.

2. Tak Percaya Diri

Biasanya karena anak merasa kalah pintar, penampilannya tak semenarik yang lain, dan sebagainya. Atau anak tergolong introver sehingga sulit mengungkapkan isi hati dan pikirannya secara gamblang.

Solusi:

Tentu saja kita pun mesti memupuk rasa percaya diri anak. Caranya, lontarkan kata-kata positif. Misalnya, "Siapa bilang kamu tidak pintar? Kamu pandai menggambar dan menyanyi kok." Atau, "Kalau kamu rajin belajar kamu pasti dapat menyamai kepintaran teman-temanmu." Dari segi penampilan kita juga bisa melontarkan pujian bahwa dia tampil sangat menarik dengan tas punggungnya, pita di kepalanya, dan sebagainya. Bangunlah rasa percaya diri anak lewat ungkapan-ungkapan bernada positif.

3. Didera Rasa Bosan

Antara lain karena aktivitas di sekolah tidak menantang atau tidak menyenangkan. Metode belajarnya tidak menarik, suasananya begitu-begitu saja dan tak me-muncul-kan hal-hal baru.

Solusi:

Jika anak duduk di TK atau SD, mintalah kepada gurunya untuk tidak memberikan materi pelajaran dengan cara didiktekan atau memintanya menghafalkan. Anak-anak TK dan SD awal paling efektif kalau belajar sambil bermain karena mereka menyerap pengetahuan dengan cara mengalaminya (konkret).

4. Merasa Terbebani

Tugas yang kelewat banyak membuat anak merasa terbebani. Begitu pula mata pelajaran yang disampaikan terlalu cepat, melulu teori, dan harus dihafalkan dalam waktu singkat.

Solusi:

Libatan pihak sekolah. Mintalah mereka memperbaiki metode pengajarannya. Namun, orangtua juga perlu membantu anak melepaskan bebannya. Salah satunya dengan memberi kesempatan kepada anak untuk menikmati kesehariannya di rumah dengan bermain dan beristirahat. Jangan menambah beban anak dengan menyuruhnya mengerjakan PR sambil mengancam. Lebih baik, dampingi anak untuk mengerjakannya tapi bukan mengambil alih tugasnya.

5. Berselisih dengan Teman

Bila anak harus terus-menerus bertemu dengan seterunya, tentu itu membuatnya merasa tidak nyaman.

Solusi:

Tekan-kan pada anak bahwa ia harus berteman dengan baik. Dibanding "kakak"nya, anak usia TK umumnya lebih mudah me-lupakan peristiwa pertengkaran. Bila perselisihan tak kunjung selesai, kita bisa meminta bantuan pihak sekolah untuk turun tangan.

Irfan Hasuki. Foto: Dok. nakita