5 Tips Si Kecil Berhenti Mengisap Jempol
oleh Seseorang, 2 December 2011, 07:59 AM
Mengisap jempol pada anak menimbulkan dua efek yang saling bertentangan, pertama dengan mengisap jempol bisa membuat anak anda merasa nyaman, sebaliknya efek kedua, kebiasaan mengisap jempol dapat menimbulkan masalah ortodontis. Lalu, kapan seharusnya orang tua mulai mempermasalahkan kebiasaan si kecil mengisap jempol?
Anak-anak punya alasan tersendiri tentang kebiasaannya mengisap jempol. Bagi bayi, mengisap jempol merupakan reaksi alamiah yang telah dimulai sejak mereka masih didalam perut. Seiring dengan pertumbuhan bayi, mereka belajar tentang tubuh mereka serta lingkungan sekeliling mereka melalui isapan jempol. Mereka mengisap jari, pakaian, dan mainan mereka, dari aktivitas tersebut mereka belajar tentang kesenangan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya. Sebagai contoh, bagi bayi yang baru saja akan tumbuh gigi pertama, mengusap es batu, atau teething yang dingin akan membuat mereka merasa nyaman, namun saat gigi mereka sudah tumbuh mengisap mainan plastik tidak akan terasa nyaman lagi oleh mereka.
Anak anda juga mengisap jempol untuk menyenangkan dan membuat diri merenya nyaman. Karena aktivitas ini merupakan sebuah relaksasi begi mereka, tak jarang isapan jempol lah yang akhirnya membuat mereka terlelap, bahkan anak yang mengisap jempol cenderung lebih mudah terlelap dan kembali tidur saat bermimpi dibanding mereka yang tidak mengisap jempol.
Kapan Kebiasaan ini Harus Berhenti
Setelah gigi permanen si kecil muncul, mengisap jempol dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti gangguan pertumbuhan mulut, susunan gigi, dan berubahnya langit-langit mulut anak anda.
Salah satu faktor yang menentukan apakah anak anda akan mendapat masalah gigi adalah intensitas mereka mengisap gigi. Anak yang hanya sesekali mengisap jempol akan lebih jarang mengalami masalah gigi dibanding mereka yang mengisap jempol secara terus menerus. Bagi anda yang memiliki anak pengisap jempol, ada baiknya anda lembih memperhatikan lagi pertumbuhan gigi mereka, sehingga bisa secepatnya berkonsultasi pada dokter jika terjadi masalah.
Di sarankan untuk mulai membiasakan anak anda berhenti mengisap jempol saat gigi permanen bagian depannya muncul, yaitu sekitar usia 5 tahun. Berita baiknya, beberapa anak cenderung mulai berhenti mengisap jempol sebelum mereka berusia lima tahun. Jika anak anda masih juga mengisap jempol setelah usia 5 tahun, bantu mereka untuk segera berhenti dengan mengalihkannya pada hal-hal lain. Sebuah penelitian menyatakan, salah satu yang mendorong anak berhenti mengisap jempol adalah peran serta orantuanya.
Berikut beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk membantu anak anda berhenti mengisap jempol:
Tumbuhkan Kesadarannya
Bantulah anak anda menyadari bahwa seiring dengan pertumbuhan dan perubahan pada tubuhnya ada banyak hal yang harus ditingkalkannya untuk menuju kedewasaan seperti, ia tak lagi harus menggunakan diaper, botol susu, dan sebagainya. Katakan pada mereka bahwa betapa bangganya anda dengan perubahan tersebut. Tanyakan padanya hal apa saja berikutnya yang akan ditinggalkannya. Jika mengisap jempol bukan menjadi jawabannya, maka sarankan untuk berhenti mengisap jempol padanya.
Bantulah Mengingatkan
Saat anak anda memutuskan ingin berhenti mengisap jempol, ceritakan padanya tentang betapa berat usaha anda dulu menghentikan kebiasaan anda dimasa kecil. Tawarkan bantuan anda padanya, lalu buatlah kesepakatan antara anda dan sikecil tentang kode apa saja yang bisa mengingatkan si kecil jika ia mulai memasukan jempolnya kemulut lagi.
Gunakan Pihak yang Berwenang
Pendapat dari dokter anak dan dokter gigi akan sangat didengar oleh sikecil. Figur berwenang ini akan membuatnya merasa ingin betrhenti mengisap jempol karena pertumbuhannya.
Pertimbangkan Dorongan dari Teman Sebaya
Pada Usia balita , peran teman sangat penting dalam hidup mereka. Acara tidur bersama dengan teman yang tidak mengisap jempol akan sangat membentunya memebri motivasi untuk berhenti mengisap jempol.
(source: www.babyzone.com)
Ada 0 komentar pada diskusi ini
Belum ada komentar pada post ini