Suatu ketika, Adi mencoba mengambil sepatunya yang tersimpan di atas rak. Namun, karena posisinya cukup tinggi, si sepatu tak bisa dijangkau sang bocah yang berumur 2;5 tahun ini. Adi pun kesal. Lantaran tak berhasil, akhirnya dia menyerah. "Ma, aku enggak bisa ambil sepatu," rengeknya. Padahal, kalau dia mau mencoba sedikit menjinjit, kemungkinan besar sepatu itu berhasil didapat. Di lain waktu, si bocah kesulitan membuka tutup botol minumannya. Adi pun menyerah, tak mau berusaha. "Ayah, tolong dong bukain tutupnya. Susah nih!". Padahal, begitu dicoba diputar, tutup botol itu pun langsung bisa dibuka.

Sekali-dua kali orangtua Adi, membantu kesulitan sang bocah. Akan tetapi, begitu terlalu sering, mereka jadi bertanya-tanya, "Kok kamu gampang menyerah, sih? Sedikit-sedikit, minta bantuan." Nah, apakah batita Anda seperti Adi yang mudah menyerah ketika melakukan sesuatu? Agar si kecil tak tumbuh menjadi anak yang gampang menyerah, kita dapat melakukan beberapa hal berikut, seperti dipaparkan Sani B. Hermawan, Psi., Direktur Lembaga Pelatihan Daya Insani, Jakarta.

CARA JITU

1. Ajarkan kemandirian

Beri kesempatan pada si kecil untuk belajar mandiri. Tujuannya agar ia bisa membantu dirinya sendiri. Dapat dimulai dari hal-hal kecil atau sederhana serta kebiasaan sehari-hari. Misalnya, ketika belajar memakai baju, celana, sandal, Anda jangan langsung mengulurkan tangan membantu si kecil. Biarkan dia berusaha sendiri sampai akhirnya berhasil.

2. Beri solusi

Bila si kecil mengalami kesulitan ketika memakai celana, umpamanya, kita bisa memberikan solusi. "Adek susah ya pakai celana? Soalnya kan sambil berdiri. Coba kalau sambil duduk, terus perlahan-lahan kaki kamu masuk ke lubang celana." Lambat-laun anak akan mencari sendiri solusi dari masalahnya. Anak berusaha kreatif mencari jalan menghadapi kesulitannya.

3. Beri motivasi

Beri motivasi dan kepercayaan penuh bahwa anak sebenarnya mampu melakukan sesuatu, tidak mudah menyerah dan berani menghadapi kegagalan. Misalnya si batita minta bantuan untuk menghidupkan mainannya. Padahal, kemarin dia sudah bisa melakukan sendiri. katakan, "Ayo, Sayang, kamu coba lagi deh. Kemarin kan sudah bisa."

Dengan adanya motivasi, anak akan tergerak untuk mencobanya lebih dulu sebelum meminta tolong/bantuan. Dia menunjukkan diri untuk berusaha mencapai atau mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Kelak, ketika anak menghadapi rintangan dan kesulitan, ia punya keinginan untuk mengatasinya. Sebaliknya, bila anak tak mendapat motivasi, dia mudah menyerah, mudah puas dengan hasil seadanya, tak punya semangat untuk maju serta daya juangnya rendah.

4. Beri Reward

Biasakan memberi reward , entah itu pujian atau pelukan sayang, atas apa yang dia raih. Dengan begitu, si kecil merasa didukung oleh orangtua sehingga dia selalu bersemangat mengerjakan sesuatu yang lebih sulit/besar lagi. Meskipun suatu ketika dia mengalami kegagalan, tapi dengan adanya dukungan dari orangtua, dia akan bangkit dan terus mencoba mencapai atau meraih sesuatu yang diusahakannya. Dia pun yakin bisa berhasil. Sebaliknya, anak yang jarang atau tak pernah mendapatkan reward , justru tak memiliki semangat juang tinggi. Pasalnya, bagi dia sama saja berhasil atau tidak.

5. Mencoba hal baru

Berikan stimulasi atau rangsangan untuk mencoba hal-hal baru. Dengan makin banyak dan sering mempelajari hal baru, bakal tumbuh keyakinan dalam dirinya bahwa dia bisa melakukan banyak hal. Dia percaya bahwa dengan berusaha maka semua hal bisa dicapai. Nah, sebaliknya, bila orangtua justru banyak melarang anak untuk bereksplorasi, dia jadi enggan mengerjakan sesuatu yang baru. Dia selalu takut mengerjakan ini-itu, karena ujung-ujungnya malah dimarahi. Bukan tidak mungkin si anak jadi gampang menyerah hanya karena ia takut dimarahi orangtua. Pikirnya, daripada dimarahi lebih baik menyerah sebelum "bertanding". Jadi, bebaskan anak untuk bereksperimen atau mencoba hal baru sebatas itu positif efeknya bagi perkembangan si kecil. Satu hal yang penting, ketika memberikan stimulasi, ciptakan suasana yang menyenangkan.

BOLEH DIBANTU

Ada dua hal lain yang perlu diperhatikan juga, yaitu:

* Kemampuan fisik

Perhatikan apakah yang diupayakan anak memang sudah sesuai dengan kemampuan fisiknya atau belum. Misalnya, ketika hendak mengambil sesuatu di tempat yang tinggi, bila anak tak bisa menjangkau, boleh dibantu. Jadi, dalam hal ini orangtua bisa menimbang-nimbang mana yang sebenarnya bisa dikerjakan anak dan mana yang perlu dibantu.

* Keterampilan

Kenapa anak mudah menyerah padahal sebetulnya dia bisa melakukannya? Muara persoalannya karena dia belum tahu bagaimana cara melakukannya dengan benar. Misalnya, anak ingin membuka botol minuman, tapi karena belum tahu bagaimana caranya memutarkan tutup itu, dia pun menyerah. Maka ajarkan bagaimana cara melakukannya dengan baik dan benar.

BUKAN KEMUDAHAN

Pola asuh orangtua berkaitan dengan "daya juang" si kecil, apakah mudah menyerah atau sebaliknya. Misalnya, orangtua yang terlalu memanjakan anak, kemungkinan besar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang gampang menyerah dan selalu bergantung pada orangtua. Pasalnya, dia akan selalu mengandalkan orangtua daripada berusaha sendiri. Anak tak punya inisiatif untuk melakukan sesuatu sendiri. Jadi, sebaiknya tidak membiasakan memberikan kemudahan atau bantuan pada anak, entah itu dengan alasan "kasihan" atau "karena masih kecil". Biarkan dia belajar mengasah kemampuannya agar mandiri di kemudian hari.

PERHATIKAN DAMPAK BURUK

Bila tak segera diantisipasi, sikap gampang menyerah bisa menyeret anak menjadi pribadi yang rewel, manja, selalu ingin dilayani serta rentan pada tekanan. Itu efek buruk dalam jangka pendek. Nah, untuk jangka panjang, sikap seperti ini bisa berdampak luas. Kelak, seiring pertambahan usia, akan makin banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi. Bila sejak kecil sudah mudah menyerah, maka dikhawatirkan anak bakal mengalami banyak kesulitan. Tak sedikit kegagalan yang dialaminya. Pun si anak ini akan tumbuh menjadi pribadi yang selalu ragu mengambil keputusan, kurang bertanggung jawab, selalu menyalahkan orang lain, dan sebagainya.

Jadi, sebelum terlambat, mengingat dampaknya sampai ia dewasa, maka lakukan berbagai antisipasi yang dianggap perlu. Jangan berpikiran bahwa seiring pertambahan usia, anak akan berubah sendiri menjadi pribadi yang memiliki daya juang tinggi. Awali sekarang juga dari diri kita sebagai orangtuanya. Bukankah begitu?