@ Bunda Duhitha Suchy
oleh Seseorang, 26 October 2011, 10:09 AM
Selama ini, jika para pria diajukan pertanyaan “dukungan apa yang telah diberikan kepada istrinya”, maka penekanannya hampir selalu pada bantuan fisik. Mencukupi nafkah, membantu istri mengurus rumah, atau mengurus anak. Padahal, menurut seorang psikolog Amerika, dukungan moril merupakan hal yang lebih penting dibanding bantuan yang bersifat fisik. Pria jarang menyadari, bahwa dukungan moril yang selama ini tampaknya sepele berdampak besar terhadap kebahagiaan keluarga. Dukungan tersebut bisa disampaikan dalam banyak cara, misalnya dengan ungkapan atau perlakukan yang sederhana, sehubungan dengan perlakuan mereka sebagai suami-istri atau sebagai pasangan orang tua yang sejalan dalam pendapat-pendapatnya. Beberapa peneliti memberikan bukti, bahwa dukungan suami kepada istri seringkali merupakan penjabaran dari hubungan batin yang serasi diantara mereka.
Kerjasama dalam perasaan
Apa yang sebenarnya yang dapat diartikan sebagai dukungan moril suami terhadap istri? Seperti yang dikatakan diatas, bagi seorang pria, gambaran mengenai bantuan terhadap istri sering muncul sebagai sebuah bentuk kerja sama. Kerja sama dalam hal bantuan fisik yang dilakukan suami juga seringkali menonjol sebagai sebuah penjabaran keinginannya sendiri untuk ikut terlibat dalam urusan keluarganya, dan anak-anaknya. Hal itu diungkapkan dengan cara membatu istrinya sekali-kali.
Lain dengan wanita. Jika wanita membutuhkan bantuan suami, maka yang diharapkan adalah bantuan moril. Antara lain, dukungan suami terhadap berbagai pendapat istri. Hal tersebut dapat memupuk kepercayaan diri seorang istri dan kebanggan mereka sebagai ibu maupun wanita. Sikap dan pernyataan yang terasa menyeluruh ini lebih dibutuhkan daripada bantuan sesaat. Kurangnya dukungan moril dari suami tersebut, membuat secara sekilas sering tampak istri selalu menuntut “perhatian” lebih dari suami.
Di luar semua itu, dukungan moril itu sendiri bisa berarti penyampaian perasaan di saat suami dan istri berusaha untuk melancarkan komunikasi. Bagaimana mereka berdua berusaha menyatukan pendapat dalam mengatur rumah tangga, dalam mendidik anak dan sebagainya.
Oleh karena itu, tak heran kalau orang mengatakan bahwa keinginan untuk saling membantu, memberikan dorongan moril dalam setiap tahap kesulitan dalam keadaan yang tenang merupakan dasar dari sebuah pernikahan yang langgeng. Hal semacam itu meruoakan ungkapan cinta dari pasangan yang bahagia.
Bagaimana akibatnya
Penelitian mengenai hubungan suami-istri menunjukkan, bahwa besarnya dukungan suami kepada istrinya dan kualitas hubungan baik yang mereka ciptakan akan memberikan dampak positif yang tak terduga. Hasil ini tidak saja dirasakan oleh pasangan itu sendiri, tetapi juga oleh anak-anak mereka.
Misalnya:
? Jika si istri sedang hamil, dukungan moril dari suami membuat tekanan perasaan yang biasanya muncul akan berkurang. Kebahagiaan yang dirasakannya akan membuat istri merasa lebih santai dan bahagia menerima kehamilannya.
? Jika wanita tersebut sedang menyusui, maka kerepotan yang timbul dalam mengurus anak dapat dinikmatinya sebagai saat-saat yang membahagiakan. Si ibu akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan si kecil yang baru hadir dalam kehidupannya.
? Rasa sakit dan takut yang biasanya masih ada setelah melahirkan bisa terhapus dengan adanya dukungan moril suami.
? Keterampilan ibu baru dalam mengurus bayinya, perhatian dan kehangatan serta perlindungannya terhadap anak/bayi akan lebih muncul karena dukungan sang suami.
Jadi pada kenyataannya dukungan suami terhadap suami terhadap istri yang sedang hamil/baru melahirkan merupakan dorongan besar bagi seorang ibu dalam keterlibatannya dan kepekaan perasaannya terhadap anak-anaknya.
Hasil dukungan moril suami terhadap istri itu tidak hanya berhenti saat istri melahirkan atau ketika anak-anaknya masih bayi saja. Dukungan suami ini masih dibutuhkan sepanjang hidup keluarga itu. Ketika anak-anak sudah semakin besar, menginjak masa remaha, dewasa, bahkan juga ketika anak-anak satu persatu mulai meninggalkan rumah.
Untuk Anda yang masih mempunyai anak kecil, dukungan tersebut bisa dilakukan, misalnya dengan membicarakan bersama istri bagaimana mengatur atau menyuruh anak mereka yang berusia dua atau tiga tahun. Dengan kekompakan antara suami-istri seperti ini, biasanya anak-anak pun akan lebih mudah diatur dan menjadi lebih patuh kepada orang tua. Hal tersebut dapat mereka rasakan, jika ketika memberikan perintah baik ayah maupun ibu ada, dan bahasa yang diberikan pun cukup sederhana.
Tentu saja seorang suami pun membutuhkan dukungan. Hal ini mereka butuhkan terutama pada saat anak-anaknya masih balita. Pada pria yang dibesarkan dalam lingkungan tradisional, dimana pria biasanya jarang dilibatkan dalam urusan rumah tangga, seperti mengurus bayi/anak, keinginan suami untuk terlibat dalam mengurus bayi akan mengalami kesulitan. Pada saat seperti ini, diperlukan dukungan istri pada suami. Bagaimana membesarkan hati suami atau mengajaknya mengasuh si kecil dengan mengajarkan atau menjelaskan bagaimana cara memegang si kecil dengan jelas.
Utarakanlah dengan rasa cinta
Perkawinan yang bahagia bisa ditunjang oleh sikap kedua belah pihak. Bagaimana mereka saling memberi, saling mendukung, atau bersama-sama menyelesaikan persoalan dalam badai kehidupan yang mereka hadapi. Dukungan suami terhadap istri atau sebaliknya dalam memutuskan sesuatu amat penting artinya. Dengan demikian, salah satu yang lemah akan merasa lebih diteguhkan.
Oleh karena itu, bagaimanapun masalah yang sedang Anda hadapi berdua, suami sebaiknya tetap dapat dan mau menunjukkan rasa bangganya terhadap istrinya. Begitu pula sebaliknya di pihak istri.
Sepasang suami istri sebaiknya juga dapat menyelesaikan kesenjangan yang muncul diantara mereka secara baik-baik. Pilihlah kata-kata yang sederhana dan jelas, dan cobalah berpikir secara jernih dan dewasa. Ketika membicarakan sesuatu yang kurang enak, usahakanlah agar tidak ada anak-anak di sekitar Anda. Jangan sampai anak-anak memberi penilaian atau gambaran yang keliru jika mereka mencuri dengar pembicaraan Anda.
Selain itu, usahakanlah sebisanya untuk konsekuen pada pembicaraan atas keputusan Anda berdua. Jangan sampai Anda menyetujui suatu keputusan, kemudian melanggarnya sendiri. Sekarang mengatakan ya, tapi besok mengatakan tidak boleh. Keputusan atau tindakan yang tidak konsisten ini tidak saja akan membingungkan pasangan kita, tapi juga membingungkan anak-anak.
Dalam segala hal, sebaiknya Anda menyediakan waktu yang tenang dan damai untuk mengerjakan segala sesuatunya bersama-sama. Paling tidak, dalam suasana yang penuh kegembiraan. Kuncinya, utarakanlah segalanya dengan penuh cinta. Cinta kepada pasangan kita maupun kepada keluarga.
Ada 2 komentar pada diskusi ini
26 October 2011, 10:41 AM
26 October 2011, 10:18 AM
sedangkan tidak sedikit pasangan yang penghasilannya cukup/pas"an untuk hari ini saja,,namun hidupnya harmonis.semua tak lepas dari saling pengertian & saling memberi dukungan moril bahwa kita pasti mampu menghadapi segala ujian.dari situ kita akan timbul rasa saling menyayangi & saling membutuhkan...like u bund