Waspadai Anemia Pada Bayi Dan Anak
oleh Seseorang, 12 Tahun Yang Lalu
Anemia atau biasanya kita sebut dengan kurang darah lebih sering dianggap sebagai penyakit orang tua atau ibu hamil, padahal anemia dapat pula terjadi pada bayi dan anak-anak. Di negara-negara berkembang dipastikan 80% bayi dan anak mengalami anemia. Secara medis, anemia merupakan kondisi rendahnya kadar hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah merah yang memiliki fungsi penting sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh juga pembawa karbon dioksida kembali ke organ paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh.
Bayi atau anak anemia menunjukkan gejal-gejala tertentu, yaitu lemah, lesu, kulit pucat, pusing, detak jantung lebih cepat, imunitas yang lemah serta mudah terserang infeksi virus. Secara umum penyebab utama anemia adalah kurangnya zat besi dalam darah, terutama diakibatkan minimnya zat ini dalam makanan anak. 95% anak di bawah usia 2 tahun mengalami kekurangan zat besi, dan 3% dari jumlah tersebut berkembang menjadi anemia. Beberapa riset menyimpulkan adanya faktor-faktor pemicu resiko anemia pada bayi dan anak-anak, yaitu:
1. Ibu terlalu cepat berhenti memberikan ASI pada bayi , dan menggantinya dengan susu formula atau susu sapi yang miskin zat besi.
2. Anak balita yang terlalu banyak minum susu sapi. Susu sapi memang baik untuk anak, tetapi kurang mencukupi kebutuhan zat besi mereka. Di sisi lain terlalu banyak minum susu menyebabkan anak kurang nafsu makan, sehingga tidak mendapat tambahan zat besi dari makanan.
3. Pola makan yang tidak seimbang. Kebanyakan anak-anak tidak menyukai sayuran, daging dan buah, padahal jenis makanan tersebut kaya zat besi yang sangat mereka butuhkan, seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, dan sereal.
4. Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes.
5. Bayi yang lahir prematur dan kurang nutrisi (berat badan rendah). Bayi yang kurang mendapat asupan nutrisi zat besi, vitamin E, B 12, dan asam folat selama masa kehamilan rentan terhadap anemia. Dalam presentasi medik berjudul “Anemia of Prematurity Medication” disebutkan bahwa pada minggu-minggu pertama kehamilan eritrosit dihasilkan oleh hati janin, dan kemudian peran tersebut dibantu oleh tulang belakang hingga janin berusia 32 minggu. Dan diambil alih sepenuhnya oleh tulang belakang pada usia janin 40 minggu. Sementara bayi prematur lahir sebelum usianya 40 minggu, sehingga proses tadi tidak berjalan sempurna, akibatnya bayi kekurangan zat besi dalam darahnya dan menimbulkan anemia pada bayi.
Anak anemia berkepanjangan akan mengalami beberapa resiko buruk bagi kesehatan dan pertumbuhannya. Efek anemia bagi bayi dan anak adalah pertumbuhan fisik yang terhambat, menggangu neurologis anak yang berakibat pada berkurangnya kemampuan belajar dan tingkat IQ yang lebih rendah. Bahkan penelitian yang dilakukan terhadap anak penderita anemia berat di Meksiko, mereka mengalami gangguan fungsi motorik yang terlihat dari cara berjalan yang tidak sempurna.
Sumber: pakarbayi.com
Ada 0 komentar pada diskusi ini
Belum ada komentar pada post ini