GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh.
Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas
dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi
selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan
otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak
agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus
mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.

*Tanda kurang gizi*
Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan
Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga. Pertama,
disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri
menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan
jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat
badan normal. Sedangkan yang kedua, disebut sebagai Kurang Energi Protein
Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari
berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas
adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. Ketiga,
disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi
menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada
marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang
dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai
Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda
lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki
mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian
karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami
kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa
pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda
lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut
misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering
terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah
di sudut mulut.

*Faktor penyebab*
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun).
"Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan
tinggi badan yang kurang dari normal," kata Sri. Sri menambahkan, jika
tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu
menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama. Sri
menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada
anak. *Pertama*, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut
mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita
dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak
diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang
gizi. "Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri,
terutama ntuk makan," tutur Sri. *Kedua*, anak yang mulai bisa berjalan
mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain. Selain
itu, yang *ketiga* adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga
anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang
gizi. *Keempat*, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi.
"Kurang gizi yang murni adalah karena makanan," kata Sri. Menurut Sri, si
Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. "Tidak
harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik,"
lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan
untuk anak. *Kelima*, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini
cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka
otomatis mereka akan kekurangan gizi. *Keenam*, selain karena makanan, anak
kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus
dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.

*Upaya yang harus dilakukan*
Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit,
anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan
demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak.
Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk
memperbaiki gizinya. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah
meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan
kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi
si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan
makanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah
makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan dengan kuantitas yang
baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak.
Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai
kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein
melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya
mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah
makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat,
zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan mengobati
penyakit-penyakit penyerta. (m-4)

*KOMPONEN MAKANAN SEHAT*

*Kelompok Makanan*
*Protein* diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian jaringan
tubuh. Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk susu
lainnya; amat banyak mengandung protein. Dari bahan nabati, antara lain
kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, dan sebagainya).

*Hidrat-arang* untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan disimpan
dalam tubuh sebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat arang adalah gula,
beras, jagung, dan umbi-umbian.

*Lemak* juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih banyak
dari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah yang berasal dari
kacang-kacangan.

*Serat* adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Tidak
mengandung gizi atapun energi, hanya berguna untuk kelancaran kegiatan
pencernaan.

*Vitamin* adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan kekurangan vitamin.

*Mineral* dan garam-garam diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk
didalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam garam
meja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bila
makanannya seimbang.

*Kalori* adalah satuan untuk mengukur besarnya nilai energi dalam makanan.
Bila seorang memakan lebih banyak kalori dari yang dipakainya, sisanya akan
disimpan sebagai lemak. Sebaliknya, bila lebih banyak energi dari yang
dimakan, simpanan lemak itu akan dipakai dan tubuh akan tampak menjadi
kurus. Makanan yang banyak mengandung lemak atau kalori umumnya bernilai
kalori tinggi.

*Saran Diet*
Umumnya makanan berprotein dari sumber hewani banyak mengandung lemak, jadi
sebaiknya pilihlah yang berasal dari sumber nabati.

Dalam memilih makanan hidrat arang, sebaiknya pilihlah beras merah atau
jagung yang mengandung serat serta zat lainnya, dibanding gula atau makanan
jadi lain yang hanya mengandung energi.

Usahakan sesedikit mungkin memakan makanan berlemak.

Untuk mendapatkan serat, pilihlah makanan dari padi-padian, buah, dan
sayuran.

Vitamin bisa hilang bila makanan dimasak terlalu lama. Jadi sebaiknya
makanlah sayuran sebagai lalapan dan buah mentah.

Terlalu banyak garam malah merugikan, jadi sebaiknya jangan terlalu banyak
memakan garam-garaman.

Makanan anak harus cukup mengandung kalori, namun jangan terlalu banyak.
Untunglah bahwa mekanisme pengaturan nafsu makan anak-anak biasanya sudah
menjamin cukupnya kalori dari makanannya.

Sumber : Harian Pelita, Jum'at, 1 Juni 2001; Halaman 9
Oleh: Dr. Tony Smith (editor), Pertolongan Pertama Dokter di Rumah Anda,
Dian Rakyat, 1986