Gangguan makan picky eater harus diatasi dari akar masalahnya. Para ahli nutrisi bersama psikolog bersepakat, sebagian besar penyebab picky eater adalah masalah psikologis pada diri anak. Itu sebabnya, sangat penting untuk mengatasi problem makan tersebut dari sisi kejiwaan. Di Jerman, orangtua yang tergabung dalam organisasi Milupa, mengampanyekan program "Kembali ke Pola Makan yang Sehat" untuk mengatasi anak picky eater, lewat lima langkah yang mudah kita tiru:

1.Ibu membekali diri dengan kursus memasak sejak dinyatakan hamil. Ibu yang bisa memasak, akan lebih mudah menyusun dan menyiapkan menu yang variatif, untuk menghindari kebosanan anak terhadap pada menu yang itu-itu saja. Karena bisa memasak, ibu juga bisa menyiasati makanan, misalnya:

* Menyembunyikan sayur ke dalam menu favorit anak
* Mengolah daging atau sayuran agar empuk dan mudah dimakan
* Menghias hidangan agar tampil menarik

Dengan ketrampilan memasak yang dimiliki ibu, frekuensi jajan dan membeli junk food akan berkurang, sebab ibu dapat membuat sendiri di rumah, dengan bahan-bahan yang lebih sehat dan higienis. Secara psikologis, hasil masakan ibu yang disiapkan dengan penuh kasih sayang, juga terasa lebih enak bagi seluruh anggota keluarga.

2. Makan bersama tidak hanya pada malam hari, tetapi juga sarapan. Makan bersama sekeluarga dalam suasana yang akrab dan relaks, menurut para ahli memberi banyak benefit bagi anak balita;

* Memberi anak kesempatan untuk berkomunikasi dengan bunda dan ayah
* Mengajarkan anak etiket makan yang baik melalui role model.
* Memperluas wawasan makan -karena anak mencoba menu baru setiap malam.
* Menjamin tersedianya makanan yang segar dan sehat
* Menghindari perilaku makan yang buruk, di antaranya picky eater sebab saat makan bersama anak mencontoh bunda dan ayah yang makan nasi, lauk-pauk, sayur dan buah, dengan lahap serta dihabiskan.

Milupa mengampanyekan makan bersama keluarga tidak hanya pada malam hari, tetapi juga saat sarapan, untuk menggandakan manfaat makan bersama tersebut bagi anak balita.

3. Menghidupkan kembali kebiasaan piknik. Makan saat piknik, rasanya 2 kali lebih nikmat! Hal yang sama bisa kita terapkan pada anak kita sekarang. Daripada makan di restoran saat berwisata, bawa saja makanan dan santaplah sambil duduk-duduk di atas tikar, pada rerumputan. Keluarga-keluarga di Jerman, pada musim panas, diimbau untuk lebih sering keluar rumah; ke taman, playground, pantai, untuk berpiknik. Pada prinsipnya, piknik memberi variasi suasana makan yang tidak sama dengan di rumah, sehingga anak lebih antusias makan.

4. Mengorganisir kelompok makan siang sehat. Secara psikologis, anak lebih tertarik makan apabila ia makan bersama temannya -tidak makan sendirian. Ketika makan bareng teman, anak-anak saling meniru:

* Teman menyuap sayur, anak ikut menyuap sayur.
* Teman mengunyah dengan cepat, anak juga.
* Teman lahap makan ayam goreng, anak juga ingin,
* Teman menghabiskan susu dan membuat "kumis" di atas mulutnya, anak ingin kumis yang sama. Seru!

Kumpulkan teman-teman Anda sesama ibu dari anak balita yang rumahnya berdekatan atau belajar di pre school yang sama. Rencanakan agar anak-anak Anda bisa makan bersama setidaknya satu minggu sekali, di rumah salah satu orangtua, dan lakukan bergiliran dari rumah ke rumah.

5. Memilih sekolah dengan program makan yang baik. Institusi sekolah dapat ikut membangun kebisaan makan yang baik pada anak, melalui program makan di sekolah, atau setidaknya pendidikan makanan sehat. Kita dapat mencari tahu ada tidaknya program itu, pada saat survey sekolah.