Duh, pusing ya, jika tiba-tiba si Kecil gemar berperilaku kasar, seperti memukul dan menggigit. Waktu anak saya menginjak usia 2 tahun, dia sempat begitu, Bu. Bahkan, Ibu, Ayah, Adik, dan teman-temannya di sekolah pun tak luput dari pukulan dan gigitannya. Saya sempat bingung, Bu. Rasa-rasanya, di rumah tak ada yang mencontohkan demikian. Acara TV pun selalu dijaga agar tak menayangkan kekerasan. Lalu mengapa si Kecil tiba-tiba menjadi agresif? Nah, kali ini, yuk kita lihat bersama penyebab perilakunya itu dan tips menghadapinya!

Banner Register
Banner AKP
Banner Register

Alasan di Balik Perilaku Agresif

Buat si Kecil, periode usianya sejak 18 bulan hingga 3 tahun adalah masa-masa yang sangat menarik. Mereka mulai sadar kalau mereka adalah individu yang terpisah dari orang tuanya dan orang lain. Ini berarti mereka mulai ingin untuk menunjukkan diri  serta mengutarakan rasa suka dan tidaknya, dan beraksi secara mandiri (sebisa mungkin). Namun, sayangnya pada saat yang sama, mereka masih memiliki kendali diri yang terbatas.

Nah, karena itulah mereka lebih memilih ‘’aksi’’ dibanding kata-kata untuk mengungkapkan perasaan mereka. Jadi, memukul bisa saja adalah ekspresi dari “Kamu terlalu dekat, minggir sedikit!”, atau “Aku lelah dan butuh istirahat!”. Jadi, sebenarnya perilaku agresif itu normal,  Bu. Namun, tetap saja ya, ini tak bisa dibiarkan. Kita juga tetap harus mengajari si Kecil etika-etika yang baik dalam kehidupan bersosialisasi.

Trik Mengatasi Perilaku Agresif si Kecil

Artikel Sejenis

Teriakan “tak boleh memukul!” terkadang tak efektif, apalagi jika diucapkan Ibu dengan emosi. Lalu, bagaimana caranya agar si Kecil tak memukul dan menggigit?

1. Bereaksi tenang

Respon natural saat ibu melihat ia memukul anak lain pastinya, sih marah. Namun, itu bukanlah cara yang tepat karena justru akan menambah ketegangan dan memancing emosinya. Jadi, tarik napas, lalu pisahkan sejenak si Kecil dari anak yang dipukulnya. Lalu, minta dia untuk tenang dulu 

2. Berikan konsekuensi logis

Setelah si Kecil sudah mulai tenang, biarkan dia menonton temannya bermain dulu. Jelaskan bahwa jika ingin bermain kembali, maka dia harus siap untuk tak menyakiti siapapun. Lalu, beritahukan juga kepadanya kalau perilaku tersebut dapat membuat temannya sedih dan merasa kesakitan. Kemudian, berikan juga contoh sikap yang benar, Bu. Misalnya, jika si Kecil memukul karena sedang berebutan mainan. Ajak dia untuk menunggu giliran bermain dan meminta mainan itu dengan sopan.

3Konsisten

Nah, hal ini penting, Bu. Jika Ibu memberikan hukuman setrap setelah ia memukul, Ibu harus tetap konsisten dengan hal itu. Tidak berarti tidak, walaupun nanti si Kecil merengek-rengek untuk ingin bermain kembali. Dengan begitu, si Kecil bisa belajar untuk tidak mengulangi perbuatannya itu lagi.

4. Jadilah model untuknya

Di usia 2-3 tahun, si Kecil sedang asyik-asyiknya belajar untuk meniru perilaku dari orang terdekatnya, termasuk Ibu. Oleh sebab itu, yuk jadi contoh yang baik untuknya. Selalu tunjukkan cara-cara yang baik untuk berkomunikasi. Kata-kata seperti, “Di rumah ini kita nggak mukul, kita saling memeluk,” sudah dapat memberikan contoh yang baik untuknya. Atau, katakan “Kalau kamu memukul Ibu, Ibu sedih!” sambil tunjukkan wajah sedih. Lalu, kalau ia menunjukkan perilaku sayang, langsung tunjukkan wajah gembira, Bu. Berikan ia pengertian, jika bahasa tubuh yang baik akan mendapatkan reaksi yang menyenangkan!

Memang tak mudah ya Bu menghadapi si Kecil yang suka memukul. Tapi, dengan terus konsisten dan sabar, perlahan sikap agresifnya tersebut pasti bisa Ibu redam. Selamat mencoba tips saya ini dan semoga berhasil, Bu!

Konsultasi Gratis dengan Ahli Gizi

Data Ibu

Hanya boleh berupa huruf

Format nomor handphone 08xxxxxxxxxx

  • Password harus memiliki minimal 8 karakter
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf besar
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf kecil
  • Password harus memiliki setidaknya 1 angka
  • Password harus memiliki setidaknya 1 karakter khusus (misalnya ., *, !, ? atau semacamnya)

Data Anak

Silakan isi data anak atau anak yang termuda.