Bu, senangnya melihat si Kecil mulai aktif belajar sambil bermain saat ini. Namun, ada kalanya saat proses belajar itu, ia tidak mampu mengontrol perilakunya sendiri. Ada saatnya ia sering melawan atau bahkan berkelahi dengan temannya. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat memengaruhi kepribadian si Kecil saat beranjak dewasa. Nah, berdasarkan konsultasi anak yang saya lakukan dengan psikolog di forum Ibu dan anak, berikut ini adalah beberapa perilaku buruk anak yang sebaiknya tidak disepelekan:

Banner Register
Banner AKP
Banner Register

1. Suka Marah-marah

Si Kecil suka marah-marah, misalnya saat Ibu mengambil gadget yang sedang dimainkannya? Ibu tidak sendirian. Berdasarkan hasil penelitian Peach Project terhadap 1000 anak, rasa depresi, kecemasan, dan emosi yang meledak-ledak salah satunya dapat terjadi jika si Kecil terlalu banyak bermain gadget. Selain itu, kebiasaan gampang marah si Kecil juga bisa disebabkan oleh kondisi tantrum , di mana ia belum paham bagaimana menyatakan keinginannya dengan baik dan benar.

Cara Mengatasinya:

Untuk menghadapi si Kecil yang suka marah-marah, Ibu perlu kesabaran ekstra. Sebab, Ibu tidak boleh membalasnya dengan amarah. Si Kecil dapat dengan mudah meniru kebiasaan orang tuanya, lho. Jadi, ajak ia berbicara dari hati ke hati dan tanyakan apa yang ia mau. Teguran yang tidak disertai emosi umumnya dapat memberi respons positif bagi si Kecil.

Artikel Sejenis

Penelitian Peach Project juga membuktikan, anak yang lebih aktif bergerak akan lebih sehat baik secara fisik maupun emosional. Oleh karena itu, Ibu dan Ayah bisa mengajak si Kecil beraktivitas di luar rumah, seperti berolahraga, mengajak piaraan jalan-jalan, dan sebagainya. Lalu, batasi waktu penggunaan gadget terhadap si Kecil sejak awal.

2. Memotong Pembicaraan

Apakah saat Ibu sedang mengobrol, si Kecil sering tiba-tiba mengganggu dan ingin menceritakan suatu hal? Ya, ia pun tidak berhenti mengganggu sampai Ibu mendengarkannya. Jika dibiarkan, ia bisa tumbuh menjadi anak yang suka menyela pembicaraan orang lain, Bu.

Cara Mengatasinya:

Jika terjadi berulang kali, Ibu dapat mulai bersikap tegas. Katakan bahwa ia harus bersabar menunggu pembicaraan orang lain selesai sebelum berbicara. Ibu juga bisa bersikap sedikit cuek saat ia menyela pembicaraan kembali setelah diingatkan.

3. Pura-pura Tidak Mendengar

Dulu, si Kecil sulit sekali diminta mengerjakan sesuatu. Saat diminta mandi, ia berpura-pura tak mendengar dan tetap menonton TV. Duh, sampai gemas ya, Bu, karena saya jadi harus mengatakan hal yang sama berulang-ulang. Akhirnya, saya pun dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran.

Cara Mengatasinya:

Mungkin saja si Kecil tidak memerhatikan Ibu karena sedang fokus dengan hal lain. Jadi, mulailah mengambil perhatiannya ketika berbicara. Ibu bisa memanggil namanya, menyentuh pundaknya, saling bertatap muka, bahkan bila perlu mematikan siaran televisi yang ditonton agar ia mendengarkan. Jika si Kecil marah dan tetap tak mau mendengarkan, buat aturan tegas. Misalnya, jika si Kecil tak mau mendengarkan saat disuruh mandi karena sedang menonton TV, besok ia tak boleh menonton TV lagi. Perlu diingat, lakukan dengan nada tegas, tapi bukan memarahinya sambil berteriak ya, Bu.

4. Mengambil Milik Orang Lain Tanpa Izin

Dulu, si Kecil sering mengganti channel TV tanpa izin, padahal ada orang lain yang sedang menonton. Ia juga sering mengambil mainan temannya tanpa meminjam terlebih dulu. Membiarkan perilaku ini akan menjadikan hal ini kebiasaan sampai dewasa. Risikonya, si Kecil bisa jadi punya kebiasaan melakukan hal semaunya, Bu.

Cara Mengatasinya:

Berdasarkan konsultasi anak online, komunikasi sejak awal merupakan kunci utama dalam masalah ini. Jelaskan bahwa ia tak bisa melakukan sesuatu tanpa meminta izin. Berikan juga pengertian bahwa ia bisa membuat orang lain sedih dan kecewa saat melakukan hal ini. Misalnya, temannya akan menangis saat mainannya dipinjam tanpa izin. Minta si Kecil membayangkan jika ia berada di posisi orang lain, ia pasti tidak suka saat ada orang lain merebut barang miliknya. Dengan begitu, Ibu dapat mengasah rasa empatinya.

5. Berbohong

Jika si Kecil pintar berbohong sejak kecil, ada risiko ia menjadi pathological liar saat sudah dewasa. Menurut Jerry Wyckoff, psikolog sekaligus penulis buku Getting Your Child From No to Yes, ada anak yang berbohong karena ia ingin terlihat keren, menghindari tanggung jawab, sampai menghindari masalah.

Cara Mengatasinya:

Jika Ibu memergokinya berbohong, tak perlu langsung menyangkalnya di depan banyak orang, Bu. Nanti ia merasa dipermalukan. Sebaiknya ajak si Kecil pulang dan bicara berdua. Cari tahu apa alasannya berbohong dan berikan pengertian kepadanya agar Ibu bisa menanamkan kejujuran pada si Kecil sejak dini.

6. Bersikap Tidak Sopan

Ibu pasti gemas saat si Kecil bersikap tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Terlebih jika ia melakukannya dengan gestur tidak menyenangkan, seperti menutup kuping atau memeragakan gerak bibir orang lain.

Cara Mengatasinya:

Tunjukkan kepada si Kecil bahwa perilakunya tidak baik. Namun, tetap lakukan dengan cara lembut dan tidak terkesan menyalahkan. Ibu dapat mengandaikan apabila ia diperlakukan serupa. Berikan pengertian bahwa ia pasti akan merasa sedih jika diejek ataut tidak dihargai seperti itu. Jika si Kecil terlihat merenungi hal ini, artinya si Kecil mulai memahami mana hal yang baik dan buruk.

Menghadapi perilaku si Kecil saat ini memang susah-susah gampang, Bu. Oleh sebab itu, Ibu harus hati-hati agar si Kecil tidak merasa dihakimi atau disalahkan saat menyampaikan maksud Ibu. Semoga informasi ini dapat menjadi inspirasi ya, Bu!

 

 

Konsultasi Gratis dengan Ahli Gizi

Data Ibu

Hanya boleh berupa huruf

Format nomor handphone 08xxxxxxxxxx

  • Password harus memiliki minimal 8 karakter
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf besar
  • Password harus memiliki setidaknya 1 huruf kecil
  • Password harus memiliki setidaknya 1 angka
  • Password harus memiliki setidaknya 1 karakter khusus (misalnya ., *, !, ? atau semacamnya)

Data Anak

Silakan isi data anak atau anak yang termuda.