Pada suatu hari Berilmu diundang kampung Ratu Adil untuk menghadiri perjamuan makan malam, karena jarak yang cukup jauh maka Berilmu memutuskan untuk menginap di rumah kepala Kampung Ratu Adil barang semalam. Ketua kampung Tuan Mahligai yang beristri tiga dan beranak gadis dua dengan senang hati menampung Kepala kampung Awet Muda itu. Bahkan menyuruh Berilmu menginap 3 hari sebagai tamu istimewa. Karena belum ijin kepada warganya dan atas pertimbangan menghargai Tuan mahligai maka diputuskan oleh Berilmu untuk menginap barang satu hari lagi. Segera dia memanggil utusannya untuk menyampaikan perihal ini kepada warga kampung Awet Muda dan memberikan beberapa titah lainnya kepada utusan itu.

Malam dengan pembicaraan diplomasi ngalor ngidul membuat Berilmu bangun lebih cepat dari suara ayam. Sulit ternyata memejamkan mata di Kampung orang, pikirnya. Maka diputuskannya untuk sejenak merehat pikiran dengan menghirup udara pagi di luar sana. Didapatinya Tuan Mahligaipun telah berada di luar rumah. Dan tidak.. pikir Berilmu, pembicaraan diplomasipun berlanjut.

Sore hari sebelum kembali ke Kampung Awet Muda, Berilmu berjalan-jalan di kebun bambu milik Tuan mahligai, Hmm indah benar, tidak jauh berbeda dengan kampungku, pikirnya, Berilmu berjalan mengikuti jalan setapak di kebun bambu itu, didengarnya suara gemericik air dan berjalanlah ia mengikuti sumber suara berasal. Beberapa meter di depan, dilihatnya seorang gadis tengah duduk sendirian di pinggir sungai dimana sumber suara genericik itu berasal. Didengarnya senandung yang tak dimengeti bahasanya oleh Berilmu. Berilmu mendekati gadis berambut panjang itu dan berdeham, sontak gadis itu menoleh ke belakang melihat Berilmu. Beberapa detik mata mereka bertemu, dan Berilmu merasakan getaran lain yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Sang Gadis mengalihkan pandangan karena malu. Dan berilmu segera meminta maaf andai telah mengagetkan gadis itu atas kedatangannya yang tiba-tiba.

” Maaf apabila saya mengagetkanmu wahai Nona, saya sedang berjalan-jalan di kebun ini dan mendengar senandung lirih anda, kalau boleh tau apa yang sedang anda senandungkan? Sepertinya sesuatu yang membuat anda risau? ”
”Tidak apa-apa Tuan, maaf apabila saya berlaku tidak sopan”,
”Owh tidak-tidak justru sayalah yang tidak sopan” mm bolehkah saya bergabung duduk disini?”.
”Tentu mari silahkan duduk”, gadis itu mempersilahkan Berilmu duduk di sampingnya. Berilmu memandang sungai di bawahnya, ”Sungguh jernih sekali air sungai di sini”. Beberapa menit mereka memandang air sungai tanpa bicara satu sama lain.
”Tidakkah anda ingin bersenandung tuan?” tanya gadis itu tiba-tiba,
”owh benar sekali sepertinya saya ingin bergabung dengan angin yang mendera bambu-bambu ini, dan air yang mengalir perlahan dibawah sana, sungguh indah. Ini membuat saya seperti berada di kampung sendiri”.
”Demikianlah yang baru saja saya lakukan tadi. Membuat diri saya hanyut bersama kawan-kawan alam”. Kata gadis itu. Kemudian mereka memandang air sungai di bawah,.kali ini melantunkan nada-nada teratur, sahut menyahut, terasa begitu seimbang dan harmonis. Angin yang menggerakkan daun bambu yang membuatnya mengeluarkan nada tak luput menarikan rambut gadis disamping Berilmu. Berilmu melepas pandanganya yang jauh melebihi fisik dari air itu, tak sengaja memandang tangan gadis di sebelahnya.

”Maaf,.ada nyamuk di tangan Nona”, kata Berilmu tiba-tiba.
”oh biarkan saja,..tidak apa-apa tuan, nyamuk pun memerlukan makan untuk hidup,.Biarkan saya sedikit berbagi dengannya, hal kecil ini mungkin akan berarti besar untuknya.” kata gadis itu sambil tersenyum.
Berilmu tertarik memdengar uraian gadis itu. ”Betapa baiknya engkau wahai Nona, bukankah nyamuk sekecil itu akan membuat gatal tangan anda. Dan bukankah itu mengganggu anda?”.
”Saya rasa tidak tuan, toh hanya gatal saja sedetik juga hilang.
”Begitukah? , hmm sudah duduk cukup lama, tapi belum juga saya tahu nama nona,.”
”nama saya Kebaikan Hati tuan,..”
”hmm Kebaikan Hati, sungguh mencerminkan sikap anda”.
Diam beberapa saat.
”Tahukah tuan di kampung ini kita diajarkan untuk tidak membunuh nyamuk. Nyamuk tidak pernah bermaksud untuk mengganggu, dia hanya menuruti instingnya untuk mencari makan, dan kebetulan dengan darah kita yang setitik itu dia dapat bertahan..”
”hm sejujurnya saya baru mendengar hal itu Nona”.
”Memang hal ini jarang dibicarakan di kampung ini Tuan, karena jarang dijumpai nyamuk disini. Semua orang di kampung ini berusaha menjaga kebersihan sehingga komunitas nyamuk tidak akan betah berlama-lama tinggal di kampung ini. Mungkin inilah satu-satunya cara terhalus agar para nyamuk mencari tempat yang lebih sesuai bagi kelestarian mereka. Sejujurnya Saya merasa beruntung karena dapat memberi shodaqoh bagi keberlangsungan hidup nyamuk yang mungkin kesepian ini. Tidakkah tuan melihat, darah saya yang setitik itu dapat menggemukkan perutnya. Barangkali kita akan mendengarnya bersenadung, mungkin itu adalah senandung kesunyian tapi mungkin juga itu adalah senandung syukur”.
Berilmu tersenyum memandang gadis itu, dan melantunkan senandung lagi,, yah ini adalah bahasa alam, pikirnya.


dr seorang teman