Bagi ibu yang memutuskan memberi ASI eksklusif, terdapat beberapa pedoman dalam pemberian ASI. Pedoman ini akan turut menentukan kelancaran produksi ASI.

Bulatkan niat, tekad, dan keyakinan untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi Anda.

Jauh hari sebelum melahirkan, Anda harus mempunyai keyakinan yang kuat bahwa Anda mampu dan akan mem-beri ASI eksklusif pada bayi Anda. Sebab, ASI merupakan makanan paling sempurna dan tiada duanya bagi tumbuh kembangnya.

Segeralah berikan ASI begitu bayi Anda lahir. Hindari bayi mengenal susu botol terlebih dulu daripada ASI.

Sebelum persalinan, baik normal maupun melalui caesar, katakan kepada dokter atau bidan bahwa Anda akan memerikan ASI eksklusif. Bisa juga Anda meminta fasilitas “rawat gabung”. Di mana Anda dan bayi berada dalam ruang yang sama sehingga memudahkan pemberian ASI. Biasanya, para dokter akan membantu dan memahami keinginan Anda tersebut.

Usahakan pemberian ASI tidak lebih dari 1 jam setelah kelahirannya. Usai pemotongan tali pusar, bayi jangan dipisahkan dari Anda. Jangan dulu dibedong, atau dibersihkan terlebih dahulu. Tapi, segera letakkan bayi di atas perut Anda.

Dengan refleks bayi yang paling awal, yakni rooting refleks (refleks mencari puting), bayi Anda akan berusaha men-cari puting susu. Anda tidak perlu membantunya menemukan yang dicarinya. Perjuangan bayi mendapatkan puting, lalu mengisapnya kuat-kuat untuk pertama kalinya, itulah yang disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Sambil menyusui, tataplah matanya, bicaralah padanya, dan sentuhlah dengan lembut anggota-anggota tubuhnya.

Dengan begitu, berarti Anda sedang merangsang fungsi-fungsi pancaindranya sedini mungkin. Hal ini akan membantu proses pertumbuhan dan pematangan fungsi organ-organnya. Pada sisi lain, Anda pun sesungguhnya sedang membangun fondasi ikatan batin antara seorang ibu dan anak.

Konsumsilah makanan dan minuman bergizi.

Jauh-jauh hari sebelum kelahiran, pemenuhan gizi lengkap dan berimbang seharusnya telah menjadi gaya hidup Anda. Pada wanita yang tidak menyusui, kebutuhan kalorinya sekitar 1.800 kalori per hari. Sementara, bagi wanita menyusui, butuh tambahan sekitar 500 kalori. Dengan begitu, kebutuhan kalori per hari menjadi sekitar 2.300 kalori. Apalagi jika anak yang dilahirkan kembar, tentu kebutuhan kalorinya pun bertambah.

Tambahan kalori diperoleh dari makanan dan minuman bergizi. Untuk itu, perbanyaklah makanan berprotein, kalsium, vitamin, serat, lemak, dan aneka sayuran segar, terlebih daun katuk. Minumlah minimal delapan gelas sehari. Sebab, sekitar 85 persen ASI terbuat dari air. Biasakan meminum jus buah dan susu.

Mengingat kondisi setiap ibu menyusui berbeda-beda, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi. Tanyakan tentang berapa kira¬kira kebutuhan gizi yang tepat untuk Anda dan apa saja jenis makanan yang perlu atau tidak perlu dikonsumsi.

Perbanyak menghadirkan momen-momen kebahagiaan dan hindari stres.

Suasana hati yang bahagia menjalani hari-hari bersama bayi, membuat metabolisme tubuh ibu merespons secara positif pula. Dengan begitu, berpengaruh pada produktivitas ASI. Sebaliknya, jika hati selalu diliputi stres, akan berdampak kurang balk bagi metabolisme tubuh. Produktivitas ASI pun terganggu. Selain itu, setumpuk perasaan stres yang ter-bawa saat memberikan ASI, akan membuat rangsangan-rangsangan Anda pada bayi tidak akan berjalan secara optimal. Padahal, rangsangan-rangsangan itu penting dalam rangka mematangkan fungsi-fungsi organ tubuhnya.

Tidur dan istirahat yang cukup.

Kondisi tubuh yang bugar karena cukup istirahat, turut menentukan produktivitas ASI Anda. Lebih baik mengambil waktu tidur Anda saat bayi juga sedang tidur. Kemudian, segera bangun begitu bayi merengek minta disusui. Seiring berjalannya waktu dan pulihnya kondisi paska persalinan, biasanya jam tidur bayi akan semakin teratur.

Jika Anda terserang sakit flu, teruskan pemberian ASI kepada bayi.

Kerap kali, muncul kekhawatiran, ketika ibu menyusui terserang flu, bayinya akan tertular. Akhirnya, banyak ibu memilih tidak memberikan ASI untuk sementara waktu. Kekhawatiran itu ada benarnya. Seringkali, memang ibu yang flu dengan cepat akan menularkan penyakitnya pada bayinya.

Jika bayi Anda belum tertular flu dari Anda, seharusnya Anda memakai masker saat memberikan ASI. Perlu diingat, dalam ASI terdapat zat antibodi yang mampu melindungi bayi dari infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.

Jika bayi Anda telah tertular flu, tetaplah memberinya ASI, dengan menggunakan masker. Dengan tetap memberinya ASI diharapkan zat antibodi yang terdapat dalam ASI mampu mengurangi efek yang lebih buruk lagi dari flu yang dideritanya.

Mintalah pendapat dokter soal pemberian ASI saat Anda mengidap flu.

Dukungan suami melalui breastfeeding father sangat membantu kelancaran ASI.

Breastfeeding father merupakan peran dan keterlibatan aktif suami memberi dukungan moral dan emosional dalam pemberian ASI. Perhatian dan limpahan kasih sayang suami kepada Anda dan bayi, turut menentukan kadar emosi kebahagiaan Anda. Suami turut menemani saat Anda bangun malam untuk menyusui, mengganti popok, atau mengambilkan minum, mengambilkan makan setelah menyusui. Hal¬hal tersebut akan mendorong refleks kimiawi tubuh untuk terus memproduksi ASI.

Selain itu, suami juga dapat membiarkan bayi berbaring di dadanya agar bayi dapat mendengar detak jantungnya. Bunyi napas dan kehangatan kulit ayahnya dapat meningkatkan keakraban antara bayi dan ayahnya.

Sebelum usia enam bulan, kebutuhan gizi bayi cukup dengan diberi ASI eksklusif. Namun, begitu genap usia enam bulan, bayi perlu diperkenalkan makanan tambahan di luar ASI. Meski pemberian AS1 tetap dilanjutkan.

Sebelum usia enam bulan, 100% kebutuhan gizi bayi dapat dipenuhi dengan ASI eksklusif saja. Namun, begitu genap usia 6 hingga 9 bulan, ASI hanya cukup memenuhi 60-70% kebutuhan gizi bayi. Menginjak usia 9-12 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 50% kebutuhan gizinya. Pada usia 12 bulan hingga 2 tahun, kemampuan ASI hanya mampu memenuhi sekitar 30% saja dari seluruh kebutuhan giz-inya.

Kebutuhan gizi yang meningkat itu karena tubuh bayi kian bertambah besar. Aktivitas yang mampu dilakukannya pun mulai beragam sehingga membutuhkan energi yang lebih besar pula. Kebutuhan zat gizinya diberikan melalui pemberian makanan pendamping ASI (MPASI).