Memijat bayi memiliki pengaruh biokimia dan fisik atau klinis yang positif.



Melakukan pijatan pada bayi memiliki pengaruh biokimia, yaitu menurunkan kadar cathecolamine, serta meningkatkan kadar serotonin. Sedangkan pengaruh fisik, yaitu:

1. Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan.
2. Merangsang fungsi pencernaan dan pembuangan.
3. Meningkatkan kenaikan berat badan.
4. Mengurangi depresi dan ketegangan pada bayi.
5. Membuat bayi tertidur lelap.
6. Mengurangi rasa sakit mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).
7. Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi.
8. Meningkatkan volume air susu ibu.
9. Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem immunitas.
10. Mengubah gelombang otak secara positif.

Beberapa pendapat para ahli mengenai pijatan yang dilakukan terhadap bayi:

1. Kenaikan berat badan.
Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Oleh karena itulah berat badan bayi yang dipijat akan meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat.
2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh.
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmiter serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glukokortikoid (adrenalin, suatu hormon stres). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stres). Penurunan kadar hormon stres ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG.
4. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap.
Memijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap serta meningkatkan kosentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat di buktikan dengan penggunaan EEG (electro enchephalogram).
5. Meningkatkan produksi ASI.
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktifitas nervus vagus menyebabkan bayi menjadi cepat merasa lapar, sehingga ia akan lebih sering menyusu pada Ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi.