Sebagaimana bermain game melalui internet, pemain game melalui hape juga dapat berinteraksi dengan sesama gamer lain dengan cara mengaktifkan internet di hapenya, asalkan ia rela pulsanya terpotong. Sejumlah operator telepon seluler bahkan menyediakan fasilitas ”unlimited” (tak terbatas) bagi penggemar game online yang menggunakan hape mutakhir berharga mahal dan canggih.

Jadi, dengan akses bermain game yang demikian mudah, tak heran bahwa kini bermain game melalui hape menjadi aktivitas yang menyita waktu anak. Jika dulu ada anak-anak masih bisa dibatasi untuk bermain game (melalui PS atau kompute dan hanya boleh bermain sekian jam di akhir pekan atau saat libur) dan orangtua dapat secara ketat mengatur pembatasan itu, kini dengan hape yang hampir selalu ada di tangan anak, pembatasan pun makin sulit dilakukan. Anak-anak kini bermain game tanpa mengenal tempat dan waktu, sepanjang hapenya on dan fasilitas gamenya tersedia.

Jangan heran bahwa anak-anak makin ”lengket” dengan hape. Teknologi ini tidak sekadar untuk menelepon, saling kirim sms, atau memotret, tetapi juga menjadi tampak lebih ”ramah” bagi anak karena bisa menjadi teman baginya. Repotnya, sebagaimana game yang dimainkan di berbagai alat lainnya, game hape pun berpotensi membuat pemainnya kecanduan!

Jadi, makin sering anak bermain game di hapenya, makin besar kemungkinan baginya untuk kecanduan. Orang dewasa atau orangtua yang tak peduli bisa saja mengira si anak menggunakan hapenya untuk meng-sms temannya atau melihat gambar/video, padahal si anak tidak ingin berhenti bermain game.

Bukan sekadar bahaya kecanduan, muatan game di hape pun banyak yang tidak sehat bagi anak. Game-game kekerasan semacam DOOM atau Resident Evil, yang selama ini dianggap kontroversial karena muatan kekerasannya, juga dapat dimainkan di hape.