Kelainan hernia pada bayi kerap sulit dicegah. Jika terkena kelainan ini, bayi laki-laki kerap menjerit kesakitan tanpa sebab. Bagaimana menanganinya?

Secara umum, hernia artinya perpindahan isi suatu ruangan ke ruangan lain melewati dinding pemisah. Hernia yang terjadi di daerah selangkangan ini disebabkan lemahnya dinding pemisah antara rongga perut dan skrotum, sehingga isi perut bisa menembus ke skrotum.

Awalnya, hanya berupa benjolan di atas paha bagian dalam, kerap di paha sebelah kanan. Munculnya benjolan ini bisa saja merupakan bawaan sejak lahir, namun ada juga yang muncul 2–3 minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir. Penyebab hernia belum diketahui pasti. Benjolan ini keras, seringkali berwarna biru dan jika disentuh terasa sakit. Bayi bisa tiba-tiba menjerit kesakitan tanpa sebab, meski ada juga yang tidak terasa sakit.

Berbahayakah? Ya, terutama bila usus sudah masuk ke skrotum dan seperti tercekik karena melewati lubang kecil pada dinding pemisah. Bila tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan kematian.

Sebaiknya...

Perhatikan lebih seksama kondisi tubuh anak. Misalnya, saat memandikan atau menggantikan popok, periksa apakah ada benjolan atau tidak di daerah antara paha dan perut. Juga, apakah ada benjolan di selangkangannya setelah dia batuk keras.
Periksakan bayi ke dokter bila Anda duga mengalami hernia. Apalagi, bila benjolannya besar, menetap, berwarna biru dan keras, yang menunjukkan usus sudah masuk ke skrotum.
Pertimbangkan anjuran dokter untuk mengoperasi hernia yang dialami si kecil. Biasanya, operasi dilakukan bila hernia menetap sampai bayi berusia 3 bulan. Namun, ada juga operasi hernia yang dilakukan pada bayi pasca lahir sebelum dia pulang dari rumah sakit. Operasi ini bukan operasi berat.
Pantau kondisi bayi pasca operasi hernia. Karena, hernia bisa kambuh bila terjadi peningkatan tekanan di dalam perut, misalnya setelah batuk hebat atau sembelit.


Sebaiknya Anda jangan melakukan tindakan apapun pada kelamin bayi laki-laki Anda bila curiga ada kelainan. Lebih baik, segera konsultasikan ke dokter anak.