Hormon Oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.



Hormon Oksitosin tersebut dihasilkan jika ujung syaraf di sekitar payudara distimulasi oleh hisapan Si Kecil. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju payudara, yang akan menstimulasi otot di sekeliling alveoli, dan memeras ASI keluar dari alveolus menuju sinus laktiferus. ASI yang terdapat di dalam sinus laktiferus hanya dapat dikeluarkan oleh Ibu atau Si Kecil.

Oksitosin terbentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Kondisi ini yang menyebabkan ASI di payudara mengalir untuk dihisap. Oksitosin mulai bekerja saat Ibu sudah merasa ingin menyusui, walaupun Si Kecil belum menghisap payudara.

Oksitosin juga berperan penting dalam membuat uterus berkontraksi setelah persalinan, sehingga membantu mengurangi pendarahan yang terjadi pada Ibu, walaupun terkadang mengakibatkan rasa nyeri.

Si Kecil akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik. Payudara seolah-olah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap memproduksi ASI. ASI tidak mengalir keluar.

Bagaimana meningkatkan hormon Oksitosin?

1. Perasaan sayang Ibu kepada bayinya.
2. Peran ayah yang mendukung dalam mengasuh bayi, seperti turut serta memandikan, mendendangkan lagu, bermain bersama Si Kecil, membantu Ibu meggantikan popok bayi. Ayah juga dapat membantu menggendong bayi, serta membantu Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Produksi hormon Oksitosin akan berkurang jika:

1. Ibu merasa khawatir, kesal, marah, bingung, dan sedih.
2. Rasa sakit yang dirasakan saat menyusui Si kecil.
3. Ibu merasa khawatir akan bentuk tubuh.
4. Perasaan khawatir Ibu meninggalkan bayinya karena harus kembali bekerja.
5. Saat Ibu merasa ASI yang dimilikinya tidak cukup untuk Si Kecil.