Obesitas pada anak; penyebab dan pencegahannya



Saat si Kecil terlihat montok, ibu cenderung menganggapnya lucu dan sehat. Seandainya pun menyadari bahwa bobot si Kecil memang sudah berlebih, kecenderungan untuk menjadi permisif dengan alasan mumpung masih kecil, masih sering terhajadi. Padahal kelebihan berat badan atau obesitas pada usia dini memiliki kecenderungan untuk terus berlanjut hingga si Kecil dewasa. Apakah penyebab obesitas pada anak dan bagaimana mencegahnya?



Kelebihan berat badan pada anak dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Terutama jika orang tua mengindap penyakit diabetes, maka anak-anaknya berisiko untuk mengalami obesitas pada usia muda, meskipun ketika balita mereka memiliki berat badan yang normal.



Selain faktor keturunan, faktor yang paling berperan sebagai penyebab obesitas pada anak adalah pola makan, aktivitas fisik dan pola istirahat yang diterapkan pada si Kecil.

Banyak anak mengalami obesitas karena pola makan dengan porsi yang berlebihan dan pilihan makanan yang terlalu banyak karbohidrat serta lemak, seperti:

Permen dan coklat.
Minuman yang mengandung banyak gula.
Makanan cepat saji (junk food).
Kue-kue yang mengandung banyak gula dan coklat.
Keju dan kacang-kacangan, dll.



Meskipun demikian, tidak berarti makanan seperti di atas tidak boleh diberikan, si Kecil masih boleh mengkonsumsinya asalkan porsi dan frekuensinya tidak berlebihan. Porsi makan yang pas untuk batita adalah:

¼ dari porsi makan orang dewasa.
Minum jus yang terbuat dari 100% buah asli tidak lebih dari 180 ml per hari.
Jika ia masih lapar, berikan tambahan berupa sayuran dan buah-buahan yang kaya serat.
Biasakan membeli makanan selingan dalam ukuran sekali makan.
Jika harus membeli dalam ukuran besar, sajikan pada si kecil dalam wadah terpisah.
Susun jadwal makan yang teratur (3x makan besar, 2x makan selingan)



Selain mengatur pola makan, kebiasaan makan bersama sekeluarga juga membantu ibu mengawasi asupan nutrisi yang dikonsumsi si Kecil. Biasakan juga si Kecil untuk selalu aktif dan memiliki jadwal istirahat yang cukup. Anda mungkin berpikir bahwa tidur terlalu banyak dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak, tetapi ternyata riset membuktikan bahwa tidak cukup tidur malah dapat meningkatkan risiko obesitas. Kurang istirahat dapat mengganggu metabolisme dan membuat anak lebih suka untuk nyemil.



Ajak juga si Kecil untuk bermain bersama teman-temannya sehingga ia tetap aktif bergerak, kurangi waktu di depan TV atau bermain games elektronik/komputer karena membuat anak malas untuk aktif bergerak. Anak usia 1-5 tahun dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama total 3 jam sepanjang hari, setiap harinya. Lakukan aktivitas ini secara bertahap sepanjang hari, jangan langsung selama 3 jam. Lalu, apa saja aktivitas fisik yang dianjurkan untuk anak usia 1-5 tahun?

Anak usia 1-3 tahun
Anak dianjurkan untuk aktif bergerak lewat permainan-permainan yang aktif, yang didalamnya termasuk gerakan berlari, melompat, dan memanjat. Mereka juga mulai dapat dilatih untuk melakukan gerakan motorik seperti menendang, menangkap, melempar, memukul, dan berguling-guling. Anda juga dapat mengajak anak untuk menari bersama agar dia tidak bosan.
Anak usia 3-5 tahun
Di usia ini, anak sudah bisa melakukan banyak aktivitas. Selain aktivitas-aktivitas seperti anak usia 1-3 tahun di atas, Anda sudah mulai bisa mengajarinya beraktivitas fisik yang melatih kestabilan dan kemampuan mengontrol gerakan seperti naik sepeda. Ajak si Kecil ke taman bermain agar dia bisa beraktivitas fisik sekaligus belajar bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.