Keluhan muntah pada bayi dan anak adalah keluhan yang sering muncul pada praktek sehari hari. Kebiasaan muntah sering dianggap hal yang biasa karena akan membaik dalam usia tertentu. Tetapi bila berkepanjangan ternyata dapat mengakibatkan berbagai gangguan pertahanan tubuh (anak sering sakit), gangguan motorik, dan gangguan perilaku pada anak.
Muntah dapat merupakan gejala saluran cerna yang sering ditemukan pada bayi dan anak. Muntah dapat juga merupakan gejala awal dari berbagai macam kelainan. Seringkali merupakan gejala awal dari penyakit infeksi, misalnya faringitis (infeksi tenggorok), pneumonia (infeksi paru-paru), infeksi saluran kencing, bila disertai adanya gejala demam.
Pada usia bayi gangguan muntah sering terjadi saat usia di bawah 3 bulan sampai lebih dari 3-5 kali perhari. Gejala muntah berangsur membaik saat di atas usia 3 bulan. Di atas 1 tahun keluhan muntah masih ada meskipun tidak tiap hari, Biasanya terjadi malam hari yang didahului batuk-batuk. Setelah muntah anak tidur terlelap seperti tidak mengalami gangguan.
Pada usia anak anak kebiasaan muntah akan berkurang, biasanya akan timbul hanya saat menangis, batuk, tertawa keras atau berlari, atau saat di dalam kendaraan. Mudah mual (seperti muntah) saat disuap makanan.
Pada penderita alergi sering disertai gangguan muntah, Tampaknya penyakit alergi berperanan penting sebagai penyebab dalam kasus tersebut. Alergi makanan dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita tanpa terkecuali, terutama saluran cerna. Gangguan organ tubuh seperti saluran cerna sering kurang perhatian sebagai target organ reaksi yang ditimbulkan dari alergi makanan. Selama ini yang dianggap sebagai target organ adalah kulit, asma dan hidung. Beberapa penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa dengan melakukan eliminasi makanan penyebab alergi didapatkan gejala muntah berkurang atau hilang.


Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistim tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Fungsi organ tubuh yang sering terlibat dalam proses terjadinya alergi makanan adalah saluran cerna. Gejala gangguan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi makanan adalah muntah, diare, konstipasi, kolik, nyeri perut, sariawan dan sebagainya.
Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergi ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan rusaknya bahan penyebab alergi (denaturasi allergen). Secara imunologik IgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen (penyebab alergi) masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak saluran cerna masih imatur (belum matang). Sehingga sistim pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh. Gangguan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi makanan tersebut sering diistilahkan sebagai gastroenteropati atopi.
Saluran cerna adalah target awal dan utama pada proses terjadinya alergi makanan. Karena penyebab utama adalah imaturitas (ketidakmatangan) saluran cerna maka gangguan pencernaan yang disebabkan karena alergi paling sering ditemukan pada anak usia di bawah 2 tahun, yang paling sensitif di bawah 3 bulan. Dengan pertambahan usia secara bertahap imaturitas saluran cerna akan semakin membaik hingga pada usia 5 atau 7 tahun. Hal inilah yang menjelaskan kenapa alergi makanan akan berkurang dengan pertambahan usia terutama di atas 5 atau 7 tahun. Salah satu manifestasi klinis alergi yang berkaitan dengan gangguan saluran cerna adalah muntah. Bila dikaitkan dengan imaturitas saluran cerna tersebut maka gejala muntah pada anak juga akan membaik secara bertahap pada usia 2 hingga 7 tahun.

Gejala dan Tanda yang sering menyertai bayi yang sering mengalami muntah karena alergi adalah :

Kulit
Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut kepala.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga berlebihan.
Saluran pencernaan
Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan/hicups”, buang angin bunyinya keras, sering “ngeden & mulet”, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari.
Mulut dan lidah
Lidah dan mulut sering timbul putih, bibir kering
Metabolisme meningkat
Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat, keringat berlebihan.
Mudah kaget
Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar
Saluran nafas atas
Bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak. Kepala sering miring ke salah satu sisi karena salah satu sisi hidung buntu, sehingga beresiko ”kepala peyang”.
Problem minum ASI
Priblem minum ASI : sering menangis seperti minta minum sehingga berat badan berlebihan karena minta minum terus akibat perut tidak nyaman. Sehingga kenaikan berat badan berlebihan. Sering menangis belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang. Sering menggigit puting (agresif) sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu & napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi, karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah.

Gejala dan Tanda yang sering menyertai anak yang sering mengalami muntah karena alergi adalah :

Saluran nafas:
Batuk / pilek lama (>2 minggu), asma, bersin, hidung buntu, terutama malam dan pagi hari. mimisan, suara serak, sinusitis, sering menarik napas dalam.
Kulit :
Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Warna putih pada kulit seperti ”panu”. Sering menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena gatal. Kotoran telinga berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna).
Saluran cerna :
Mudah muntah bila menangis, berlari atau makan banyak. Mual pagi hari. Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering kembung, sering buang angin dan bau tajam. Sering nyeri perut.
Gigi dan mulut :
Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan mudah berdarah, sering sariawan, lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.
Pembuluh darah
Pembuluh darah Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering leban kebiruan pada tulang kering kaki atau pipi atas seperti bekas terbentur. Berdebar-debar, mudah pingsan, tekanan darah rendah.
Otot dan tulang :
Sering nyeri kaki, kadang nyeri dada terutama saat malam hari
Saluran kencing :
Sering minta kencing, bed wetting (semalam ngompol 2-3 kali)
Mata :
Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum). Kulit hitam di area bawah kelopak mata. memakai kaca mata (silindris) sejak usia 6-12 tahun.
Hormonal:
Rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan pertumbuhan tinggi badan.
Metabolisme meningkat
Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan meski dingin (malam/ac). Keringat berbau.
Fatique :
Mudah lelah, sering minta gendong

Seringkali gangguan muntah dan alergi disertai gangguan otak berupa gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan neuroanatomis lainnya,seperti :

Gerakan Motorik Berlebihan
Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong atau diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}, sering memanjat. ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
Gangguan Tidur Malam
Gelisah/bolak-balik ujung ke ujung, bila tidur posisi “nungging”, berbicara,tertawa,berteriak saat tidur, sulit tidur, malam sering terbangun/duduk,mimpi buruk, “beradu gigi” atau bruxism.
Agresifitas Meningkat
Sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
Gangguan Konsentrasi
Cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game, baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antri, pelupa, suka “bengong”, tapi anak tampak cerdas
Emosi Tinggi
Mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum, keras kepala
Gangguan Sensoris dan Koordinasi Motorik
Bolak-balik, duduk, merangkak tidak sesuai usia. Terlambat berjalan, jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, jalan jinjit, duduk leter ”W”, posisi jalan dan berlari terlihat aneh. Terlambat mengayuh sepeda dan melompat. Takut ketinggian atau menaiki mainan yang bergerak-gerak seperti kuda-kudaan.tidak suka olah raga. Tetapi mempunyai kelebihan pada motorik halus seperti menggambar, menulis halus, kerajinan tangan, bermain komputer atau game.
Gangguan Oral Mototik
Keterlambatan bicara, tidak mengeluarkan kata umur <> 2 tahun membaik.
Gangguan Makan
Gangguan menelan-mengunyah, tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur (kangkung, dll), terlambat makan nasi lebih banyak minum susu dibandingkan makan. Tetapi makan bahan makanan yang keras seperti krupuk, biskuit, kacang tanah mudah.
Anak Mudah Jijik
Bila ada bau yang tidak enak, menyengat atau terlalu keras sering mual atau mau muntah.
Impulsif
Banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain
Sering sakit kepala atau migrain
Beresiko mudah terjadi kejang saat demam atau kejang non spesifik lainnya. Mata sering berkedip (TICKS). Beresiko mengalami pemakaian kaca mata tebal silindris sejak usia sangat muda (usia 6-12 tahun).
Memperberat gejala AUTIS dan ADHD

Tanda dan gejala yang dikaitkan dengan alergi pada bayi dan anak tersebut, seringkali memang dialami oleh banyak anak (sekitar 30% lebih). Karena banyaknya kasus tersebut maka gejala tersebut sering dianggap biasa, baik oleh kalangan masyarakat dan bahkan oleh sebagian kalangan klinisi atau dokter.
Bila orangtua hanya mempunyai satu anak mungkin tidak menyadari, tetapi bila mempunyai anak 2 atau lebih maka akan dapat membedakan sebenarnya tanda dan gejala yang dianggap biasa tersebut sebenarnya tidak terjadi pada sebagian anak lainnya. Hanya saja ketika hal tersebut dianggap biasa karena selama ini tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa hal itu terjadi. Demikian pula terjadi kontroversi di kalangan medis, semua gejala tersebut saat dikonsultasikan ke dokter sering dianggap biasa, Mungkin secara tehnis hal ini sulit dijelaskan ke pasien karena selama ini gangguan-gangguan tersebut secara medis penyebabnya belum terungkap jelas.
Gejala tersebut akan berkurang seiring dengan usia. Bila dikaitkan dengan manifestasi alergi, hal ini memang berkaitan dengan bertambahnya usia imaturitas atau ketidakmatangan saluran cerna akan semakin membaik sehingga gangguan-gangguan tersebut akan semakin berkurang.
Tetapi ternyata sebagian besar yang diaggap biasa dan normal tersebut mempunyai aspek yang sangat luas. Bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan banyak komplikasi seperti anak sering sakit, gangguan perilaku dan gangguan lain yang cukup mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak gangguan dapat disebabkan karena alergi makanan. Ternyata setelah dilakukan eliminasi makanan tertentu maka gejala tersebut dapat hilang atau berkurang. Atau, bila gejala tersebut timbul selalu terjadi menifestasi alergi lainnya. Misalnya, bila terjadi kolik seringkali disertai gangguan kulit, hidung buntu, napas grok-grok dan gangguan saluran cerna lainnya. Bila dilakukan anamnesa dengan cermat terjadi pola perubahan makanan baik diet ibu saat pemberian ASI atau makanan yang dikonsumsi langsung oleh bayi.
Demikian juga dengan gangguan bentol merah seperti digigit nyamuk atau serangga, biasanya disertai gangguan tidur malam, gangguan saluarn cerna ringan, hidung buntu malam, perilaku emosi dan agresif meningkat dan sering ditemukan pola diet makanan alergi yang dikonsumsi.
Sehingga orangtua harus bijak dalam menyikapinya. Memang tampaknya alergi makanan tidak berbahaya dan tidak terlalu mengkawatirkan. Tetapi bila dicermati lebih jauh jangka panjang yang bisa terjadi maka hal yang dianggap biasa tersebut SANGAT MENGGANGGU dan harus lebih diwaspadai. Segeralah konsultasi kepada dokter anda apabila mengalami hal hal tersebut