Anak terkadang bosan dengan menu makan atau penyajian makanan.
Menu makan yang itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian makanan yang campur aduk antara lauk pauk ( makanan diblender ) jadi satu. Sama seperti orang dewasa, kalau kita makan dengan menu yang sama tiap hari dan disajikan dengan campur aduk, pasti akan malas makan. Begitu juga dengan pengenalan makanan kasar.

Tips : variasikan menu makan anak. Jika perlu buat menu makan anak minimal selama 1 minggu untuk mempermudah ibu mengatur variasi makanan. Jadi tergantung pinter-pinternya ibu memberikan makanan bervariasi. Seperti kalau anak yang tidak mau nasi, bisa diganti dengan roti, makaroni, pasta, bakmi, dan sebagainya. Penyajian makanan yang menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan nasi dengan lauk pauknya. Hias dengan aneka warna dan bentuk. Jika perlu cetak makanan dengan cetakan kue yang lucu.

Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan

Ngemil menjelang jam makan menyebabkan anak tidak merasa lapar. Seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dan sebagainya. Akibatnya ketika jam makan tiba anak sudah merasa kenyang.

Tips : Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat seperti potongan buah, sayur kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dan sebagainya.

Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan yang bisa menggantikan makanan utama seperti nasi, sayur dan lauk pauknya Orang tua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu. Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1 tahun, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Sebenarnya kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan dalam ikan-ikanan, sayur dan buah.

Tips : sebaiknya kurangi susu. Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dengan berbagai jenis makanan.

Terpengaruh kebiasaan makan orang tua
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yang dilakukan orang tuanya yang mempengaruhi perilaku makan anak. Misalnya anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang malas makan (misalnya diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga padaa si anak. Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak tidak terlatih untuk bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga seperti kebiasaan orang tua ketika menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dan sebagainya.). Akibatnya anak kekenyangan dan malas makan.

Tips : perhatikan dan ubah kebiasaan dan perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar dan menerapkan semua hal yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya, terutama orang tuanya. Biarkan anak mencoba memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Tidak perlu takut berantakan. Kan tidak berantakan berarti tidak belajar.

Munculnya sikap negativistik pada anak
Pada usia lebih dari 2 th, anak sering membangkang / tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang tidak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dan sebagainya. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yang dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent . Jadi batita umumnya ditandai dengan “aku”, artinya segala sesuatunya harus berasal dari “aku” bukan dari orang lain. Nah banyak orang tua yang tidak memahami hal ini, sehingga akibat terlalu khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada orang tua yang mengancam anaknya bahkan hingga memukul. Cara-cara tersebut harus dihindari.

Justru semakin anak pada usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya) . Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa enggan makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.

Tips : Pahami kondisi anak dengan baik. Jadilah orang tua yang otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yang baik dengan anak. Bersabarlah menghadapi anak.

Anak sedang sakit / sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan karena anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan cerewet, maka disaat sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.

Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yang baik. Jangan paksakan anak kalau tidak mau makan. Beri makanan ringan yang padat kalori, seperti makaroni skutel, dan sebagainya.

Yang jelas dan perlu diingat baik-baik oleh tiap orang tua adalah, seberapapun anak tidak mau / susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan ! Selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.